Rendezvous (Bagian 9)
Rendezvous (Bagian 9)
#TantanganGurusiana hari ke 11
Pukul 6 pagi tadi, Mak dan Farhan tiba. Mak sedih melihat Fani yang tampak makin lemah. Tak seperti saat dilepasnya berangkat ke Banda. Saat itu Fani masih bisa berjalan pelan. Ia masih bisa berbincang-bincang dengan Mak saat menunggu bus yang belum berangkat. Saat itu supir bus masih menyusun barang bawaan penumpang di bagasi.
Fani pun senang melihat Mak ada di sampingnya saat ia terjaga. Tadi ia hanya bisa shalat dalam keadaan berbaring. Ayah membantunya tayammum. Fani tak lagi mengerang kesakitan seperti tadi malam.
“Pajoh bu beuh, Neuk? Eunteuk jeip ubat.” (Makan ya, Nak? Nanti minum obat ya?) Kata Mak. Fani mengangguk.
Mak menyuapi Fani nasi bubur yang diantar petugas tadi pagi. Suapan kecil yang hanya seujung sendok. Sebab Fani hanya bisa membuka mulutnya sedikit. Di suapan ke-empat Fani tak lagi membuka mulutnya. Ia menggeleng. Mak menerima aqua gelas yang diberikan Kya. Lalu meminumkannya ke mulut Fani dengan sedotan. Baru minum sedikit, Fani terbatuk. Kya lupa mengangkat sedikit kepala Fani tadi.
Melihat Fani tertidur, Mak beranjak ke selasar belakang, ikut duduk dengan Ayah dan Farhan yamg sudah ada di sana. Tak lama Mak menarik bantal yang diletakkan Kya tadi pagi di sudut, lalu bergolek menghadap dinding. Semalam kaki Mak tergantung lama saat duduk di bus semalaman. Begitu sampai tadi pagi, setelah shalat subuh, Mak sempat duduk sebentar meluruskan kaki.
Kya masih duduk di sisi kanan tempat tidur. Dilihatnya Fani tidur nyenyak sekali hingga terdengar sedikit mendengkur. Kya heran, selama ini Fani tak pernah tidur mendengkur.
Menjelang Dzuhur, Ayah dan Farhan pamit pergi ke mesjid. Mak sudah selesai mandi dan bersiap-siap shalat. Mak menghampar sajadah di sisi kanan tempat tidur yang dekat pintu depan. Setelah selesai shalat, seperti biasa Mak berdzikir dan mengaji. Mak memang selalu membawa Majmu’ Syarif dan tasbihnya kala bepergian. Tasbih itu terbuat dari kayu liwung, pemberian seorang sahabat Mak yang tinggal di Jawa. Mak senang memakainya karena bentuk butirannya yang pipih, membuat Mak lebih mudah menggunakannya.
Kya pun hendak shalat. Ia mengambil wudhu di kamar mandi dan kemudian shalat di selasar belakang. Kya masih duduk di atas sajadahnya. Mukenanya masih terpasang saat Ayah dan Farhan tiba. Ayah meletakkan satu plastik berwarna biru yang berisi dua nasi bungkus untuk Kya dan Mak. Ayah dan Farhan sudah makan di kedai nasi di depan rumah sakit tadi sepulang dari mesjid. Farhan meletakkan satu kotak aqua gelas. Sekotak aqua gelas yang dibeli Ayah sebelumnya hanya tinggal beberapa buah lagi.
Selesai makan, Kya kembali melihat Fani. Ia heran Fani belum juga bangun. Ia bermaksud memberitahu Ayah. Namun dilihatnya Ayah sedang menelepon seseorang. Ternyata ayah sedang berbicara dengan Om Sardi, Adik sepupu Ayah yang seorang Pengusaha di Banda. Dari pengeras suara HP yang diaktifkan Ayah, Kya mendengar Om Sardi menyarankan agar Fani dibawa ke Penang. Ayah sepertinya setuju. Sebelum menutup pembicaraan, Om Sardi mengatakan ia sedang dalam perjalanan menuju ke sini.
Setelah Ayah mengakhiri pembicaraanya dengan Om Sardi di telepon, Kya memberitahu Ayah tentang Fani yang belum juga bangun. Ayah juga heran. Didekatinya Fani yang masih tidur mendengkur seperti tadi. Namun kini dengkurannya semakin keras. Ayah menyuruh Kya memberitahu perawat.
Perawat seperti sudah tahu bahwa Fani akan seperti itu. Baru aku tahu, ternyata Fani koma. Matanya tak lagi merespon cahaya dari senter yang diarahkan dokter. Perawat dan dokter memasang alat ke mulut Fani. Om Sardi yang baru sampai meminta agar Fani dipindahkan ke ruang ICU. Namun dokter mengatakan ruang ICU penuh. Om Sardi bertanya mengenai prosedur pemindahan pasien yang dalam keadaan koma ke rumah sakit lain. Dokter menjelaskan bahwa hal itu sulit.
Salah seorang dokter koas ditugaskan menunggui Fani dan mengecek suhu tubuh Fani setiap sekian menit. Kya sempat melirik catatannya. Demamnya makin tinggi, di catatan terakhir tertulis angka 40 derajat Celcius.
Kya dan Mak membaca Al-qur’an dengan suara terisak-isak. Kya masih berharap ada keajaiban. Ia tak putus berdo’a meminta kesembuhan atas adiknya. Ia masih tak rela Fani pergi.
Magrib baru saja berlalu. Keadaan Fani masih seperti tadi. Ayah meminta dokter yang berjaga untuk melepas alat bantu pernapasan yang dipasang tadi siang. Dokter koas itu mengatakan ia tak bisa melakukannya. Ayah meminta dokter itu memanggil dokter penanggung jawab yang bertugas hari ini. Kya meminta Ayah untuk tidak melakukannya. Namun Ayah bersikeras. Ayah yakin bahwa sudah tiba saatnya Fani pergi dan meminta Kya agar jangan mempersulit kepergiannya.
Ya Allah... Bisiknya. Tangis Kya terisak.
Tak berapa lama, dokter penanggung jawab dan beberapa perawat datang. Ia menjelaskan prosedur jika Ayah bersikeras ingin melepas alat bantu pernapasan Fani. Ayah mengiyakan. Lalu dokter meminta perawat melepas alat itu. Napas Fani tak langsung berhenti. Lidahnya masih bergerak-gerak mengikuti bacaan talkin Ayah. Begitu alat tadi dibuka ayah langsung menalkinkan Fani.
Kya dan Mak yang tak mampu menahan tangis juga ikut talkin. Kya menyaksikan lidah Fani bergerak seirama kalimat “Laa ilaaha illallaah” beberapa kali. Kemudian lidahnya berhenti, tangannya terangkat seperti gerakan takbiratul ihram. Ayah langsung takbir dan melipatkan kedua tangan Fani di atas perut posisi bersedekap. Dokter memegang nadi Fani. Sambil melihat jam tangannya, ia menyatakan pasien meninggal hari Senin pukul 19.45.
“Innaalillaahi wainnaa ilaihi rooji’uun.” Ucap Ayah dengan suara bergetar.
Tangis Kya dan Mak pun pecah.
(Bersambung)
Tadukan Raga, 12 April 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap sekali nih jadi iget lagunya dewi yul bu redevous berdua
Ya Bu. Terima kasih, salam kenal ya Bu.