Yenny Puspita Saragih

Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebelumnya pernah bertugas di MTs dan MA Swasta PTh Darur Rachmad Sib...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sahabat Sejati

Sahabat Sejati

Sahabat Sejati

 

#TantanganGurusiana hari ke-16

 

Sudah sebulan Rizka pindah sekolah ke SDIT Cendikia. Awalnya banyak teman yang senang padanya. Berkumpul bersama pada jam istirahat atau jajan bareng ke kantin. Kini teman-temannya seperti mulai menjauh. Vera yang sebangku dengannya juga terkadang pindah duduk ke tempat lain saat ada teman sekelasnya yang tidak masuk.

“Anak mama kenapa sih? Dari tadi diperhatikan kok cemberut terus.” Kata mama sambil menjawil ujung hidung Rizka. Dilihatnya putri semata wayangnya duduk melamun di ruang tamu. Rizka masih saja pasang muka kusut. Matanya mulai berkaca-kaca.

“Loh, kok tambah manyun. Jelek banget tau.” Goda Mama.

Rizka malah sesenggukan. Wah, ada masalah serius nih, pikir Mama.

“Ada apa, sayang? Ayo cerita ke mama.” Ujar Mama sambil memeluk bahu Rizka.

Sambil sesenggukan gadis kecil itu menceritakan hal yang dialaminya di sekolah.

“Rizka sayang, coba ingat-ingat dulu. Mungkin kamu pernah melakukan sesuatu yang tidak disenangi teman-teman di sekolah.”

“Nggak, Ma. Rizka gak pernah buat salah sama mereka. Merekanya aja yang tiba-tiba menjauhi Rizka.”

“Mungkin Rizka gak sadar bahwa ada perbuatan Rizka yang tidak disukai mereka.”

“Gak tau deh, Ma.”

“Ya, sudah. Coba besok Rizka tanya baik-baik, apa Rizka ada salah sama mereka. “

“Ya, Ma.” Rizka menghapus air matanya yang sempat tumpah.

Papa Rizka adalah seorang hakim yang baru saja pindah tugas dari Bandung ke Pontianak tiga bulan yang lalu. Namun istri dan anaknya baru ikut pindah sebulan yang lalu sebab harus menunggu Rizka menerima rapor kenaikan kelas.

Rizka merupakan gadis kecil yang supel dan pemberani. Ia tidak kesulitan bergaul dengan teman-teman barunya. Para guru juga senang padanya sebab selain ramah dan sopan pada guru, ia juga berani tampil saat guru memintanya berbicara di depan umum. Contohnya saat Ketua Yayasan SDIT Cendikia datang berkunjung, bu guru memintanya berpidato tentang kewajiban menuntut ilmu. Ia dapat melakukannya dengan baik.

Kini teman-temannya berubah. Sudah 3 hari ini, saat jam istirahat Rizka hanya duduk menyendiri di bangkunya. Vera, Mita dan Rini, yang biasa jajan bersamanya, pergi ke kantin tanpa mengajaknya. Saat Rizka mengajak mereka berjalan bersama ke depan gerbang saat pulang sekolah seperti biasa, mereka diam saja. Jadilah Rizka berjalan sendiri ke depan gerbang sementara teman-teman yang lain berjalan beramai-ramai sambil bercanda dan tertawa bersama. Untung mama sudah menunggunya di depan sekolah, jadi ia tak perlu berlama-lama berdiri sendirian.

Benar kata mama tadi, pikir Rizka. Aku harus menanyakan langsung kepada mereka besok. Setelah selesai mengerjakan PR dan menyusun roster pelajaran besok, ia pun bersiap-siap tidur.

Esoknya, pagi-pagi sebelum bel masuk berbunyi, Rizka menghampiri Vera, Mita dan Rini yang sedang berdiri di depan kelas. Mereka yang tadinya sedang bercerita dan tertawa riang mendadak diam.

“Maaf, teman-teman. Aku minta maaf ya kalau ada salah. Tapi kalau boleh tahu, kenapa kalian menjauhiku? Salahku apa?”

Vera, Mita dan Rini saling berpandangan. Mita menyikut Vera pelan.

“Kamu gak mau membantu kita waktu ulangan Matematika. Akhirnya kita dapat nilai jelek. Kamu dapat nilai 100.” Akhirnya Vera angkat bicara.

Oh, gara-gara ulangan matematika waktu itu. Rizka tersenyum.

“Maaf, teman-teman. Kan Bu Sri sudah mengingatkan siapa yang meminta dan memberi contekan akan dihukum tidak boleh ikut ujian.”

“Kamu kan bisa memberi contekannya diam-diam. Jangan ketahuan Bu Sri.” Sergah Mita.

“Tapi, kalau ketahuan gimana?”

“Jadi bagaimana supaya kami juga bisa mengerjakan soal-soal ulangan matematika. Kami kan malu dapat nilai jelek.” Rini yang dari tadi hanya diam akhirnya ikut bicara.

“Begini saja, gimana kalau kita belajar bersama di rumahku. Kalian bisa datang sore hari sesudah istirahat tidur siang. Bagaimana?” Usul Rizka.

Vera, Mita dan Rini saling berpandangan lagi dan kemudian serentak mengangguk setuju.

“Kami juga minta maaf ya, Ka. Tidak seharusnya juga kami menjauhimu.” Sesal Vera.

“Sudah. Yang penting sekarang kita sudah baikan kan.” Kata Rizka sambil memeluk Vera. Mita dan Rini pun ikut memeluk Rizka dan Vera.

Dari kejauhan Bu Sri, wali kelas mereka, tersenyum melihat mereka berpelukan dan tertawa bersama. Tadi malam, Bu Rahma, mamanya Rizka, menghubunginya via Whatsapp. Bu Rahma memberitahu masalah yang dihadapi Rizka di sekolah. Dari pembicaraan di Whatsapp, mereka sepakat akan membiarkan dulu gadis-gadis kecil itu menyelesaikan sendiri masalah mereka. Jika tidak berhasil, barulah Bu Sri akan turun tangan. Dan alhamdulillah mereka berhasil. Empat sekawan itu telah bersatu lagi.

 

Tadukan Raga, 17 April 2020

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu cerita yg sering dialami anak2 d sekolah.

17 Apr
Balas



search

New Post