Vanessa (Bagian 11 Masuk Asrama Putri)
Vanessa (Bagian 11 Masuk Asrama Putri)
#TantanganGurusiana hari ke-44
Hari ini Sarah dan Vanessa akan masuk asrama putri Pesantren Hidayatullah. Ibu membantu Sarah dan Vanessa berkemas. Pakaian, peralatan mandi dan kosmetik serta sedikit makanan kering. Sarah mengatakan di sana memang ada koperasi serba ada. Tapi harga barang-barang yang dijual agak sedikit mahal. Jadi lebih baik dipersiapkan dari rumah saja.
Tak banyak pakaian yang dibawa Sarah dan Vanessa. Hanya untuk persediaan selama satu minggu. Senin sore mereka bisa pulang sebab Hari Selasa adalah hari libur pesantren. Masing-masing membawa satu ransel dan satu tas jinjing. Itu sudah bisa memuat semua keperluan mereka.
Tadi Ibu dan Sarah sudah menemani Vanessa berbelanja membeli beberapa baju gamis dan kerudung. Ibu bilang semua baju itu terlihat sangat cantik dipakai Vanessa. Vanessa tersipu. Tadi ia memilih untuk langsung memakai gamis berwarna merah muda dan kerudung berwarna senada. Sarah tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Ia makin terpesona melihat kecantikan Vanessa yang berbalut gamis dan kerudung.
“Hey, jangan melongo.” Ibu menepuk pundak Sarah. Vanessa tertawa melihat ekspresi Sarah. Ibu dan Sarah juga ikut tertawa.
“Sarah, sudah siap belum?” Terdengar ayah memanggil dari ruang tamu.
“Ya, Yah.” Jawab Sarah dari dalam kamar.
Ibu melangkah keluar lebih dahulu. Lalu diikuti Sarah dan Vanessa yang sudah siap dengan ransel di pundak dan tas jinjing di tangan kanan.
Ayah akan mengantar mereka ke asrama putri. Di sana Ayah akan berbicara dengan Encik Bainah, Kepala Asrama, mengenai Vanessa. Gadis itu akan menjadi santri khusus. Ia mondok hanya untuk beberapa hari saja, paling lama dua minggu.
Sebelum pergi, sarah dan Vanessa salim pada Ibu. Ibu berpesan pada Sarah agar membantu Vanessa selama di sana. Ibu juga menitipkan uang untuk Aisyah, kakak Sarah yang di asrama. Becak sudah menunggu di depan pagar. Ayah akan mengiringi becak mereka dari belakang.
Tak sampai sepuluh menit. Becak berhenti di depan sebuah toko buku. Sarah turun. Vanessa pun mengikutinya. Ayah memarkir sepeda motornya di depan toko tersebut. Ia menyapa kakek pemilik toko dan berbincang-bincang sebentar. Setelah membayar ongkos becak, Ayah menyeberang jalan. Sarah dan Vanessa mengikuti di belakang.
Di seberang jalan, sebuah tangga lebar nan megah menyambut mereka. Vanessa mendongak. Terlihat satu tangga lagi yang sama lebarnya. Di atasnya ada sebuah bangunan putih berlantai dua yang bersebelahan dengan bangunan berlantai tiga. Ia ingat melewati tempat ini saat menuju rumah penginapan. Ternyata ini asrama putri Pesantren Hidayatullah. Ketiganya melangkah perlahan menaiki tangga.
Tanpa ada seorang pun yang menyadari, dua orang pria mengamati mereka dari kejauhan. Salah satunya si pria bertangan kekar dan berbulu.
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar