Vanessa (Bagian 2 Rencana jahat)
#TantanganGurusiana hari ke-34
Vanessa terbangun dari tidurnya. Saat ia membuka mata, dari jendela bus tampak banyak anak-anak dan remaja laki-laki lalu lalang di sepanjang jalan. Busana mereka mirip satu sama lain. Memakai atasan kaos atau kemeja dan bawahan kain sarung ditambah peci putih di atas kepala mereka. Bus melaju agak lambat sebab jalanan ramai pejalan kaki.
Belum hilang keheranannya, di sebelah kanan tampak bangunan kokoh di atas bukit yang lumayan tinggi. Ada tangga lebar untuk bisa ke atas bukit dengan bangunan panjang berwarna putih. Tampak ada dua bangunan, berlantai dua dan tiga.
Tak sampai 15 menit, bus berhenti di depan sebuah rumah bercat putih dengan halaman luas. Rumah itu dikelilingi kebun coklat yang luas.
Semua penumpang bersiap-siap turun. Di depan rumah sudah ada Bang Arifin Siregar, sang sutradara yang sudah lebih dulu tiba. Ia bersama Ahmad Zaki, pemeran utama pria yang akan menjadi lawan main Vanessa. Keduanya sudah 2 hari berada di sini. Sekalian pulang kampung. Bang Arifin dan Zaki putera Mandailing asli yang telah hijrah ke Jakarta.
"Hayo, turun-turun. Pasti lelah semua ya. Ayo masuk, sudah disuguhkan makanan dan minuman di dalam rumah." Kata Bang Arifin.
Rumah berlantai dua yang akan mereka tinggali lumayan besar. Ada lima kamar tidur di lantai bawah dan tiga kamar tidur di lantai atas. Di ruang makan yang cukup luas tampak meja besar yang dipenuhi makanan dan minuman. Rumah itu telah disewa untuk 2 minggu ke depan. Rumah itu milik konglomerat di daerah tersebut.
Vanessa dan Rena, manajernya meletakkan barang-barang mereka di kamar tengah yang memang dipilihkan Bang Arifin untuk mereka. Di dalamnya ada kamar mandi, jadi mereka tak perlu antri.
Para pemain dan kru yang memang sudah merasa lapar langsung merubungi meja mengambil makan malam. Vanessa memilih mandi dulu sebelum makan.
Yang lain sudah masuk ke kamar masing-masing saat Vanessa keluar dari kamarnya. Di ruang makan hanya tinggal Jessica, mbak Vey yang mengurusi make up dan busana artis, dan Martin. Jessica dan Martin adalah pemain pendamping yang berperan sebagai sahabat Vanessa di film yang akan mereka bintangi.
"Sudah selesai, Jess?" Sapa Vanessa.
"Sudah. Baru aja." Jawabnya.
"Di kamar mana, Jess? Sama siapa?" Tanya Vanessa sambil mengambil makan malamnya.
"Di kamar ke-tiga itu dengan Mbak Vey." Jessica menunjuk kamar di sebelah kanan kamar Vanessa.
"Aku duluan ya, Ness." Jessica pamit. Sebelum berlalu, ia menatap Martin. Pemuda itu mengangguk kecil.
"Okeh." Jawab Vanessa. Ia tak menyadari Jessica dan Martin yang saling kode.
Tak lama mbak Vey juga menyusul Jessica. Tinggal Vanessa dan Martin di ruangan itu. Vanessa menyantap makan malamnya sambil membuka akun instagramnya. Martin telah selesai makan. Ia beranjak dari kursinya. Vanessa masih asik dengan gawainya.
"Ness."
"Ya?" Vanessa mendongak sambil mengibaskan rambut lurusnya yang tak terlalu panjang.
"Tadi dicari Bang Arifin. Penting katanya"
"Oh ya? Sekarang di mana?" Vanessa bersiap-siap menghubungi Bang Arifin melalui HP-nya. Tapi dicegah Martin.
"Jangan ditelepon katanya tadi. HP-nya lagi charging. Dia menunggu di luar, di gazebo belakang. Ayo aku temani ke sana. Mungkin Zaki juga di sana"
"Oo..." Vanessa mempercepat makannya.
Awalnya Martin berjalan di depan. Namun setelah beberapa saat ia menyuruh Vanessa berjalan duluan. Tali sepatunya lepas katanya.
"Duluan aja. Dikit lagi tu, terus aja."
Vanessa terus berjalan. Namun tak ada tanda-tanda gazebo.
"Mana gazebonya?" Tak ada jawaban dari Martin. Ia menoleh ke belakang. Martin tak ada. Senter dari HP-nya mulai meredup. Ia lupa nge-cas dulu tadi.
Vanessa makin panik.
"Martin... Martin..." Teriaknya. Tak juga ada jawaban. Yang ada hanya suara jangkrik yang bersahut-sahutan. Vanessa melihat sekelilingnya. Ia berada di tengah-tengah kebun coklat.
Ia berbalik arah dan berjalan cepat-cepat. Ekor matanya sekilas melihat ada orang mengikutinya. Ia menoleh.
"Martin, Is that you? Martin?" Tetap saja tak ada jawaban. Tiba-tiba seseorang membekapnya dengan sapu tangan dari belakang. Tangan itu terlihat kekar dan berbulu. Itu bukan tangan Martin, pikirnya. Ada bau aneh di sapu tangan itu. Tak berapa lama ia terkulai tak sadarkan diri.
(Bersambung)
Tadukan Raga, 05 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Woow..siapa tuh tangan kekar berbulu...takut..
Hihi, siapa yaa...