Tagur hari ke 8 KEBOHONGAN-KEBOHONGAN IBU (Part 1) Oleh Yenti Efrina
Dari dulu setiap ada data yang meminta kita memasukkan hobi, saya selalu membuat ‘membaca’ sebagai urutan pertama sebelum saya mengisikan hobi yang lainnya. Kenapa demikian? Ya karena saya memang sangat suka membaca. Saya suka sekali dengan cara para penulis bercerita karena seringkali cerita yang ditulis kisahnya hamper sama dengan apa yang kita alami dan terkadang kita sebagai pembaca merasa bahwa kitalah yang sedang diceritakan oleh penulis. Seperti sebuah cerita pendek yang secara berulang saya baca yang judulnya “Eight Lies Of a Mother” pada link: (https://spiritualgrowthevents.com/8-lies-of-a-mother-a-short-spiritual-story/). Kisah dalam cerita ini mempunyai kisah yang hampir sama dengan cerita yang akan kubagikan yang pernah diceritakan seseorang bernama bu Ani padaku. Bu Ani menceritaka bagaimana dia berprilaku pada anak-anaknya mulai dari almarhum suaminya terbaring sakit, sampai saat dia menjadi orang tua tunggal bagi ketiga anaknya.
Kalau dipikir-pikir dan ditelaah lebih dalam, memang kita para ibu suka berbohong, terutama pada anak-anaknya. Walau bohongnya kita sebagai ibu pada anak-anak mungkin berbeda-beda masing-masing kita karena tidak semua orang mempunyai masalah, kesakitan, kesulitan, keinginan dan kesakitan yang sama. bagi , terutama bagi bu Ani sebagai orang tua tunggal setelah ditinggal ayahnya anak-anak untuk selama-lamanya banyak sekali kebohongan yang pernah dilakukan pada anak-anaknya, sisulung, kakak dan si adek. Kebongan itu baik itu tentang materi, tentang waktu, tentang kesehatan dan tentang janji-janji yang kadang-kadang butuh waktu lama untuk ditepati atau bahkan sampai sekarangmpun belum pernah ditepati. Disini aku akan menceritakan beberapa kebohongan yang pernah dilakukan bu Ani terhadap anak-anaknya dan mungkin ibu-ibu lain pasti juga pernah melakukannnya. Karena cerita bu Ani sangat menyentuh, maka kucoba menceritakannya kembali walaupun dulu bu Ani hanya mau berbagi cerita denganku.
Kebohongan bu Ani pertama adalah mengatakan “makanlah ibu belum lapar nak”. Ucapan ini dulu pernah seringkali terucap ketika anak-anak masih kecil dan keadaan kami sedang sangat kesulitan sewaktu almarhum ayahnya anak-anak sedang sakit. Keadaan ekonomi yang sulit dan penyakit yang makin parah membuat mereka kadang-kadang kehabisan bahan makanan. Keadaan waktu itu dimana keluarga dan tetangga sekitar sering membantu mereka dengan kebutuhan pokok. Keadaan waktu membuatnya tidak optimal untuk berusaha sehingga memang bu Ani harus berhemat dan bahkan menahan keinginannya sendiri. Maka kebohongan itu pun harus terucap walaupun memang waktu itupun aku juga kelaparan tapi demi anak-anaknya bisa makan maka rasa itu harus ditahan dan dia akan makan kalau ada makanan lebih setelah anak-anaknya makan.
Kebohongan yang kedua adalah mengatakan “ibu kan tidak suka ayam, nak”. Bu Ani tinggal didaerah dimana banyak sekali peternakan ayam dan seringkali ketika kerabat atau tetangga panen ayam pedaging, mereka akan membaginya padanya. Maka ayam pemberian itu dimasak bu Ani menjadi rendang agar bertahan lebih lama dan anak-anaknya bisa makan makanan bergizi yang sangat penting bagi pertumbuhan mereka. Anak-anaknya sangat senang dan mereka bertiga makan dengan sangat lahap hingga sikakak bertanya “mengapa ibu tidak ikut makan?”. Dengan berpura-pura riang bu Ani menjawab “ibu dari dulu tidak suka ayam. Kamu saja ya yang makan.” Setelah anak-anaknya selesai makan bu Ani membereskan semuanya dan makan ayam yang masih tersisa sedikit dagingnya dan dia melanjutkan makan dengan gulai nangka muda yang sudah dimasaknya.
Ini baru dua kebohongan dua kebohongan yang diceritakan bu Ani. Untuk edisi besok masih ada kebohongan lainnya yang diceritakan bu Ani padaku. Tapi jangan salah paham dulu ya bohongnya seorang ibu bukan untuk tujuan yang buruk, tetapi hanyalah wujud kasih saying dan tanggung jawabnya pada anak-anaknya.
Untukmu anak-anakku
Rumah kita, 9 Januari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih Dinda. Salam kenal juga ya.
Terimakasih Dinda. Salam kenal juga ya.
Salam kenal, cerpen yang bagus, salam sukses dan selalu semangat dalam berkarya Bunda Yenti.