Yesfi Mira Andria

"Menulislah Walau engkau belum tahu apa yang akan engkau tulis" Penulis bernama Yesfi Mira Andria, dan akrab disapa Mira, Penulis dilahirkan di Padang, pada ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Saya dan Belahan Jiwa

Saya dan Belahan Jiwa

Malam ini edisi curhat ceritanya. Malam ini saya lagi sedih, melihat perkembangan dan tingkah laku putra saya Adib.

Saya sedang berfikir apa salahnya pada diri saya yang tidak ada buat dia, karena sibuk bekerja. Sehingga dia kurang waktu, perhatian dan kasih sayang saya.

Adib bertindak sedikit diluar kebiasaan dia yang biasanya. Beberapa hari ini dia sering membantah, baik membantah dengan ucapan atau perbuatan. Apa yang saya larang, dilakukan seolah-olah melihatkan kalau dia bisa melawan.

Apa saya salah ya mendidiknya? Pertanyaan yang muncul di benak saya.

Yang pasti ketika Adib ada salah, saya tidak bisa marah-marah apalagi sampai memukulnya, tapi saya hanya diam. Ketika amarah saya mulai reda saya memanggilnya dan bicara. Nah saat bicara ini selalu sayanya yang menangis duluan dan Adib bakal ikutan nangis.

Nah karena sudah menangis, ketika saya tanya, apa masalahnya, Adib mau seperti apa?, Adib tidak menjawab.

Hari ini kejadian lagi. Ceritanya tadi siang Adib minta makan es krim yang ada di kulkas, namun saya melarang dengan alasan pertama itu cuaca lagi hujan, kedua kondisinya lagi panas dalam dan bibirnya berdarah dan ketiga Adib habis hujan-hujanan pas di sekolah tadi. Kebetulan pas tadi saya mau jemput Adib pulang sekolah, hujan turun deras disertakan badai dan petir. Melihat kondisi seperti itu saya menunggu beberapa saat dan saya yakin bakal terlambat jemput Adib makanya saya menelpon pihak sekolah mengabari. Pas sampai sekolah saya dapati Adib sudah basah kuyub dan sudah pucat.

Tiga alasan itu yang saya kemukakan sebagai alasan melarang Adib makan es krim. Tapi tiba-tiba saja Adib mengambil es krim di kulkas lalu pergi ke dapur buat memakannya.

Tentunya saya marah dan langsung melarangnya. Alhamdulillah Adib berhenti dan tidak melanjutkan memakan es krim itu. Namun melihat dari wajahnya dia membantah saya.

Setelah marah reda, saya panggil Adib. Saya tanya tau tadi Adib melakukan kesalahan, saya tanya apa masalah Adib. Adib tidak menjawab dan tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Ketika saya tanya maunya Adib apa ?, Dia diam dan hanya melirik tulisannya yang dibuat kemaren yang tergantung di pintu kamar.

Tulisan itu dibuat spontan sama Adib, kemaren saat katanya Adib lagi buat kreasi kertas origami dan tali. Tapi tulisan itu sengaja digantung di gagang pintu kamar saya tanpa ngomong apa-apa. Sengaja mungkin biar saya baca.

Dua tulisan di kertas itu :

Pertama

Umi Kapan Kita liburan

Hadis Riwayat Tirmizi

*

***

Kedua

Umi hari minggu kita ke gor ya mi

Dan sekarang tulisan itu tetap tergantung di pintu kamar saya. Saya hanya senyum-senyum memandang tulisan itu, entah apa yang ada di ikiran anak delapan tahun ini, saya mencoba memahami setiap proses perkembangan mental putra saya.

Mudah-mudahan bunda-bunda yang baca tulisan ini ada pengalaman juga dan bisa berbagi dengan saya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya bu cicik. Mksh sharing nya

05 Mar
Balas

Ya bu cicik. Mksh sharing nya

05 Mar
Balas

Adin lagi caper, Bu. Dia ingin meminta sesuatu, tapi tidak berani menyampaikan. Sehingga melakukan sesuatu untuk meminta perhatian. Itu pengalaman saya. Semoga benar. Salam untuk Adib dan sukses untuk ibu.

02 Mar
Balas



search

New Post