Yesmawati

Yesmawati lahir di sebuah desa yang bernama Saok Laweh tepatnya 20 Januari 1983 dari ayah yang bernama Tamri dan Ibu Eniarlis. Saok Laweh adalah sebuah de...

Selengkapnya
Navigasi Web

Rempong

REMPONG

Teett...Teett... bunyi alarm di hp ku. Jantungku berdetak kencang. “alamak, aku kesiangan”, lirihku. Bergegas aku berdiri perlahan, aku takut gerakanku membangunkan sidedek yang masih tertidur pulas. Sambil mengucek mata aku menuju kamar mandi untuk berwuduk.

Subuh ini aku kesiangan lagi. Ada rasa penyesalan dalam hati. Mengapa semalam aku tidur terlalu larut. Tugas-tugas yang menumpuk membuat aku sibuk. Tugas domestik adalah tugas wajib, ketidakcekkatanku membuat tugas menjadi menumpuk . Tambah tugas tambahan. Sebagai seorang guru meski banyak persiapan. Masuk kelas harus punya umpan. Agar pembelajaran menyenangkan.

Shalat subuh dua rakaat terkadang tidak meresap ke jiwa. Dalam shalat ingat nasi yang belum sempat dimasak. Ada juga rasa takut terlambat. Terkadang ingat pekerjaan yang mendesak. Syetan benar-benar menguasai jiwaku. Membuat diriku susah konsentrasi.

Saat tahiyatul akhir, kucoba pusatkan hati, fikiran akan doa-doa yang aku lantunkan. Berharap Allah Yang Maha Esa mendengar dan mengabulkannya. Tak lupa doa-doa terbaik kumohonkan untuk sahabat dan keluarga, karena aku tahu bahwa itu salah satu waktu terbaik untuk berdoa.

Belum selesai aku salam, terdengar suara si dedek menangis. Si dedek adalah anak bungsuku yang masih berumur dua belas bulan. Ia gelisah karena tidak ada aku di sampingnya. Bergegas aku selesaikan salamku dan duduk di samping dedek sambil mengusap-ngusap punggungnya. Tak lama kemudian si dedek mulai tenang dan tertidur kembali.

Dalam berdiri aku berzikir. Tanganku mulai cekatan mengerjakan pekerjaan dapur. Pertama aku harus memasak nasi. Setelah itu aku akan membuat sayur, goreng telur, goreng ikan, giling cabe, cuci piring, mandi, siap-siap berangkat sekolah. Itulah draf kerjaku pagi ini. Semua itu telah tertata rapi di memoriku.

Belum selesai mengerjakan pekerjaan kedua, anakku yang nomor tiga bangun sambil menangis, “umi, buatkan maryam susu”, teriaknya dari dalam kamar. Walaupun umurnya sudah tiga tahun, dia masih saja minum susu pakai dodot. Dengan langkah gontai aku berjalan ke meja dan membuatkannya susu. Kuberikan padanya agar ia tidak menangis lagi.

Aku tidak bisa lama-lama menemani Maryam. Telur yang tadi kugoreng telah mengeluarkan aroma yang menyengat hidung. Ternyata telurnya gosong. Segera kuanggkat telur dadar yang sudah mulai menghitam dan lanjut draft berikutnya.

Keasyikan di dapur, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 06.30, itu artinya aku memiliki waktu hanya tiga puluh menit untuk bersiap ke sekolah. Si sulung dan adeknya terlupa aku membangunkannya. Padahal biasanya sisulung rajin shalat subuh ke masjid. Entah kenapa hari ini dia tertidur nyenyak. Aku semakin panik, kerjaan dapur belum selesai. Itu artinya sarapan pagi ini hanya seadanya.

Kakak Maryam sangat sulit untuk dibangunkan. “Masyitoh, ayo bangun”, kataku. “Iya mi”, balasnya. Masithoh hanya menggerakkan badannya sedikit. Matanya masih terpejam. Kemudian tidur lagi. Berkali-kali aku memanggil namanya, namun jawabannya iya saja. Tak ada pergerakan. Tak ada perjuangan. Setelah level kemahanku naik, baru Masyitoh bangun dan bergerak ke kamar mandi. Mandipun tak segera dilakukan. Lama bersemedi di kamar mandi. Entah apa yang dipikirkan. Setelah dipanggil namanya baru ada tanda-tanda air jatuh. Kalau tidak, kamar mandi sepi tanpa penghuni.

Sisulung Alifah, berteriak dari kamar bahwa dasinya tidak bertemu,”umi, ada umi melihat dasi Alifah”, tanyanya. Kemaren waktu aku membereskan kamar, aku melihat dasi Alifah tergeletak di atas rak buku. “Iya, itu ada di rak bukumu”, jawabku dari balik dapur.

Masyitoh dan sidedek masih tertidur nyenyak. Biasanya aku sempat membuatkan sarapan untuk empat orang anakku. Menyiapkan peralatan sekolah dan memandikan si dedek. Kami juga sempat sarapan pagi bersama. Tapi hari ini aku benar-benar dibuat rempong gegara aku terlambat bangun.

Sumpur Kudus, Maret 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post