Memecah Batu Karang
#tantangan gurusiana hari ke 31
“Coba dibaca lanjutan dari temanmu, Putri,” saya memerintahkan saat pelajaran bahasa Indonesia tentnag membaca.
Putri diam seribu bahasa. Tak ada kata yang terucap dari bibirnya. Wanita bertubuh langsing dan berambut panjang itu diam saja. Dia tetap duduk diposisinya, dibangku belakang sendirian. Tak ada teman yang mau duduk dengannya.
Hari itu hari kedua saya mengajar di kelas 5 SD. Sekolah di mana saya pertama kali mengabdikan diri menjadi guru.
“Bu, Putri tidak dapat membaca. Setiap diminta guru membaca, dia akan diam saja,” Febri mendekatiku dan menceritakan keadaan Putri saat jam istirahat.
Putri memang sangat pemalu. Saya perhatikan dia hanya bermain di kelas saja sendirian selama istirahat. Tak ada teman yang mau bermain dengannya. Entah apa sebabnya. Wajah cantik, tinggi semampai dan berkulit putih. Tapi mengapa dia jadi bulian temannya. Harus ada cara saya untuk menolongnya.
“Untuk pelajaran membaca kali ini. Ibu akan buat perkelompok. Febri satu kelompok dengan Putri, Irfan dengan Agung...,” saya membagi mereka perkelompok. Febri siswi yang pintar di kelas. Dia sabar dan mudah bergual.
“Putri tinggal dengan siapa di rumah,” tanyaku suatu ketika jam istirahat.
Putri hanya tersenyum padaku. Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya. Kemudian dia menunduk lagi.
Saya makin penasaran dengan keadaan putri. Apakah dia bisu? Saya keruang guru sengaja untuk mencari informasi. Bu Sri wali kelasnya dikelas 4 menceritakan keadaan putri. Putri memang tidak pernah mau membaca. Kalau disuruh membaca dia hanya diam saja. Dan itu sudah terjadi sejak Putri duduk di kelas satu.
“Apa solusi yang sudah dilakukan guru sebelumnya untuk Putri,” tanya saya tak sabar ingin tahu. Ada beberapa mantan wali kelas Putri sebelumnya.
Semua jawaban mereka sama. Putri tetap dengan keras kepalanya saat disuruh membaca. Diam seribu bahasa dan terpaku memandang bukunya. Berarti mereka belum berusaha maksimal untuk Putri. Saya berterima kasih dan kembali ke kelas diiringi suara bel tanda jam istirahat sudah habis.
“Anak-anak, kita lanjutkan membaca. Silahkan kalian simak bacaan teman sebangku kalian. Cukup satu paragraf masing masing kalian.” Saya memberi arahan pada pelajaran hari itu.
Sebenarnya target saya adalah Putri. Semua siswa sibuk membaca. Saya memperhatikan Putri dan Febri. Febri membujuknya untuk mau membaca. Terdengar suaranya pelan sekali terbata-bata. Saya tersenyum pada febri dan mengacungk jempol.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
hebat Febri, ayuk dampingi terus Putri. cerita berlanjut Bunda Yessie, keren.sukses selalu
Trimakasih bu. Sukses kembali buat ibu