Mencintai Anak Dengan Uang
#tantangan 365 hari tantangan gurusiana hari ke 16
"Bagas, kamu masuk sekolah ga. Lihat ada guru piket di depan gerbang. Ayo kabur," kata tomy mengajak bagas bolos sekolah. Mereka sedang duduk di depan warung tempat biasa mereka nongkrong pagi-pagi sekali. Warung itu berada disamping sekolah. Selalu ada 5 atau 6 anak disana.
Minum kopi, sarapan atau bahkan berencana bolos sekolah mereka lakukan di sana. Bapak dan ibu warungnya juga mendukung. Bagi mereka yang penting jualannya laku. Sesekali terlihat siswa merokok di sana.
"Kita bolos yuk, gua lagi bosan belajar nih." Ujar Bagas menjawab lertanyaan Tomy.
Melihat siswa kumpul-kumpul, Bu Neny yang lagi piket bergegas menemui Bagas, Tomy dan beberapa siswa yang lain. Dan seketika itu juga mereka menghilang.
Akhirnya Bu Neny kembali ke sekolah denga tangan hampa. Mengarahkan siswa yang lain masuk karena bel sudah berbunyi sejak tadi.
Beberapa siswa terlambat datang kesekolah. Mereka disuruh mematikan kontak motor dan mendorong motor keparkiran agar tidak mengganggu suasana belajar.
Setelah semua masuk bu Neny masuk ke ruang guru.
“Bunda, hari ini Bagas, Tomy dan beberapa temannya bolos lagi. Saya sempat mengejar mereka. Tapi mereka kabur. Ini untuk yang ke sekian kalinya mereka bolos,”
Bunda adalah wakil kepala sekolah di SMK itu. Anak-anak segan padanya.
“Bu Neny minta tolong TU untuk membuat surat panggilan orang tua untuk siswa yang sudah sering bolos ya. Besok minta mereka menemui saya jam 10.00,” pinta Bunda pada bu Neny.
“Baik Bun,” Bu nenypun berlalu melanjutkan tugasnya mencek ruang kamar mandi dan tempat-tempat lain yang tempat siswa nongkrong.
*** “Assalamu’alaikum, bisa bertemu dengan wakil kepala sekolah,” seorang ibu dengan penampilan rapi, modis dan bersahaja masuk keruang guru. “Wa’alaikumsalam. Silahkan duduk ibu,” Bunda menyuruh ibu itu duduk di kursi tamu. “Apakah ibu salah satu orang tua yang mendapat surat panggilan kemarin?” tanya bunda melanjutkan. “Ya, Bu. Saya ibunya Bagas. Saya seorang guru SD,” beliau mengarahkan tangannya untuk berjabat tangan sambil memperkenalkan diri. Bunda menerima uluran tangan beliau. “Sebaiknya kita bicara dimeja kerja saya saja Bu. Sebentar lagi bel istirahat. Biasanya ruangan ini ramai oleh guru dan siswa.” Bunda mengarahkan ibu Bagas ke meja kerjanya. Suasana sejenak hening. Bunda dan Ibu bagas duduk berhadapan. “Begini Bu, Bagas sudah sering tidak masuk sekolah. Jadi kami sengaja memanggi ibu. Khawatir ada apa-apa dengan bagas.” Bunda sengaja menutupi sedikit permasalahannya. Berharap Ibu Bagas mengetahui permasalahannya. BersambungKonten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ibu, dah ada sambungannya blm ya. Baru bs baca ni. Ktinggalan