Yessy Eria, S.Pd

Guru SMAS Muhammadiyah 2 Medan. Belajar adalah sebuah keharusan dan belajar adalah ibadah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ZAHRA

ZAHRA

#Tagur, hari ke 104

Bagian 35

“Tapi bu, akhir-akhir ini Zahra bersemangat dalam belaja. Bahkan ia mengajukan diri untuk ikut olympiade sosiologi?” aku ingin melihat reaksi mama Zahra

“Baguslah Miss, semoga saja itu benar adanya!”

“Benarlah Buk. Kebetulan saya guru sosiologinya. Nanti ia akan dibimbing bersama temannya yang lain. Ada empat tim nantinya yang ikut dari SMA Muhammadiyah. Saya minta tolong agar ibu memberikan dukungan padanya ya!” ku letakan tangan kananku di atas tangannya.

“Emang kapan lombanya?”

“Tanggal 25 bulan ini buk!”

“Saya sudah sering kali dibohongin oleh si Zahra Miss. Susah bagi saya untuk mempercayainya lagi. Kemarin waktu saya tinggalkan ia di rumah kakaknya, ia malah merokok sepeninggal kakaknya kerja. Untung ketahuan. Banyaklah miss kecewa saya!”

“Nah sekarang ia mengajukan diri ke miss untuk ikut olympiede? Ah saya pikir akal-akalanya saja itu untuk ia tak cepat pulang ke rumah!”

“Miss tahu apa kelakuan si Zahra itu di rumah?”

“Ia di rumah seperti anak kost, dan terkadang seperti tamu. Heeeeran saya!” mama Zahra tampak kesal namun berusaha juga untuk tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya padaku.

“Miss bayangkan. Di rumah ada pembantu. Ia tinggal makan, minum, tidurkan? Tapikan saya kepengen juga melihat dia itu bergerak, membersihkan tempat tidurnya sendiri, mencuci piring, membersihkan rumah. Ia kan sudah besar, tidak mesti ia saya suruh-suruh teruskan Miss? Bahkan inikan sebenarnya tak harus saya katakan ke Miss. Tapi miss gurunya, walikelasnya dan saya anggap bukan orang lain”

“Pagi hari bangunnya susah. Mesti dibangunkan. Cwaaapek saya. Bisa tegang urat leher saya dibuatnya. Alarmnya ada, tapi tak berhasil membuat ia terbangun dari tidurnya. Mesti ditarik dan diomelin dulu!”

“Tapi Zahrakan jarang telat ke sekolah Bu?”

“Betul. Kan sudah saya bilang tadi miss, urat leher saya bisa tegang dibuatnya. Kadang ia saya ancam, tak usah sekolah sekalian. Untungnya jarak rumah dari sekolahkan tak jauh. Bangun jam 6 lewatpun kalo tidak macet dijamin ga telat.”

“Mau suami saya, ia itu bangun sebelum subuh. Minimal setengah enamlah, ia dah bangun. Inikan tidak. Sudah kelas tiga SMA lho dianya, udah gede itu. kalau di kampung udah mau dicarikan jodoh sama orangtuannya!”

Mama Zahra terus menceracau dan bahkan menceritakan dirinya yang di jodohkan oleh orangtuanya setamat SMA. Ia katakan bahwa hidupnya dulu senang. Namun ia merasa ada perbedaan antara dirinya dan Zahra. Ia bisa mandiri dan tidak mengandalkan orang lain untuk mengurus dirinya sendiri. Ia mau meringankan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci piring, membersihkan tempat tidur.

“Bahkan Miss kemarin-kemarin ini ia sering sekali pulang ke rumah hingga Mahgrib. Apa ada anak sekolah pulang jam segitu. Waktu ditanya paling ia bilang ada tugas kelompok atau main ke rumah teman. Miss bayangkan apa ga kesal dengarnya.”

“Apalagi sekarang ini saya tahu ia sering diantar oleh temannya yang tinggi hitam itu. Miss kenal dengannya. Sepertinya seragamnya juga sama dengan Zahra?” Terbayang olehku bahwa lelaki yang di sebut mama Zahra pasti Iwan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga Zahra berubah ya bu, ceritanya menarik. Salam sukses

05 Aug
Balas

Trmksh ibu yessy, aamiiin

06 Aug

Semoga Zahra berubah ke arah yang lebih baik. Keren. Sukses selalu tuk ibu.

06 Aug
Balas

Terimakasih ibu Meidia

06 Aug



search

New Post