Yessy Eria, S.Pd

Guru SMAS Muhammadiyah 2 Medan. Belajar adalah sebuah keharusan dan belajar adalah ibadah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ZAHRA

ZAHRA

#Tagur, hari ke 107

Keesokan harinya, jam istirahat Zahra sengaja menjumpaiku dan menyampaikan salam dari mamanya. Zahra bertanya padaku apa saja yang diperbincangkan mamanya selama denganku kemarin.

“Miss pasti mama ngejelekin Zahra ya ?” katanya setengah berbisik padaku.

“Ga biasa aja. Pembicaraan kami tak lebih dari pembicaraan sesama orang tua!” ucapku santai.

“Emang apa pembicaraan orang tua itu Miss?”

“Yaaa banyaklah, diantaranya mengenai harapan orang tua pada anaknya!” ujarku sembari mengoreksi LKS anak-anak.

“Terus mama bilang ia kecewa sama Zahra. Itukan?”

Aku tak langsung menjawab, namun menangguhkannya. Kukatakan bahwa nanti sepulang sekolah saja bicaranya. Lagian aku juga sibuk mengoreksi dan memindahkannya tugas anak-anak ke buku nilai.

“Okey ya miss, sepulang sekolah. Awas kalau nanti Miss mangkir!” ujarnya sambil mengangkat jari telunjuknya dan mengarahkan ke mukaku. Sembari bertupang dagu, aku tersenyum menatap telunjuknya itu.

“Mmaaf Miss!” lalu dengan segera ia menurunkannya dari mukaku dan menggantinya dengan kelingking. Penuh harap ia agar aku mau membalasnya.

“Okey” kataku sambil mengaitkan kelingkingku pada kelingkingnya.

Sepulang sekolah aku duduk-duduk sambil menunggu gojek di Mesjid Taqwa. Jemariku sibuk memasukan nomor handpone anak-anak ke group whatsup yang kuberi judul group olymsos.

“Miss!” tetiba Zahra sudah berada di hadapanku.

“Tadinya Zahra nyari miss di kantor, kata miss Rindu, miss sudah pulang!” ia duduk bersebelahan denganku.

“Miss apa saja yang dibilang mama ke miss?”

“Hmmm masih penasaran ia rupanya” gumamku

“Zahra pengen tahu miss!” ujarnya dengan mimik muka serius.

“Zahra yang miss lihat dari mamamu kemarin itu, ia memang kecewa. Tapi kekecewaannya tidak lebih karena harapannya yang besar terhadapmu.” Aku menyampaikan pandanganku padanya, sambil memperbaiki posisi dudukku. Iapun sama. Kami duduk saring menyerong sehingga lutut kiriku dengan lutut kanannya saling beradu.

“Miss dulu juga suka bertanya ke orangtua miss. Kenapa tidak boleh pulang telat, jadi anak kita harus rajin sekolah, harus begini begitu?”

“Mereka tidak marah ketika miss tanyai?”

“Kadang-kadang, tapi lebih sering tidak marah. Miss berfikir tujuan mereka itukan sebenanya baik. Mereka ingin melindungi kita. Tapi terkadang karena kita muda, merasa mereka mengekang kita”

“Kamu ingatkan, waktu kelas sepuluh dapat angka bagus pada materi nilai dan norma? Nah mengapa pengetahuanmu itu tidak coba kamu gunakan untuk menganalisa itu. Mengapa mamamu membuat aturan?” Untuk sesaat kuperhatikan ia diam.

“Iya mis iya. Zahra tahu. Tapi terkadang mama-papa di rumah itu tak pernah mengerti apa yang Zahra mau?”

“Emang Zahra mau apa dari mereka?”

“Ga banyak sich miss. Zahra minta dimengertiin aja. Zahrakan remaja miss. Masa miss ga ngerti gimana remaja itu. Miss juga pernah remajakan?”

“Tapi kamu ngerti juga dengan apa yang diinginkan oleh orang tuamu? Memang disatu sisi remaja seperti yang kamu bilang tadi. Tapi remaja hari inikan ga sama model pergaulannya dengan zaman miss. Zaman kalian itu payah. Malunya kurang. Liat aja itu?” Aku menunjuk sepasang remaja yang berboncengan dengan posisi mengangkang, lalu tangannya berada di paha cowok. Zahra tersenyum melihatnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post