Yessy Eria, S.Pd

Guru SMAS Muhammadiyah 2 Medan. Belajar adalah sebuah keharusan dan belajar adalah ibadah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ZAHRA

ZAHRA

#Tagur, hari ke 103

Bagian 34

“Sebelumnya saya minta maaf, karena semestinya saya yang datang ke sekolah untuk jumpa sama Miss. Tapi saya malu. Ga enak nanti imagenya!” keningku agak berkerut mendengar kalimat terakhir mama Zahra.

“Mmmaaksudnya saya, hampir setiap tahun bahkan dari kelas sepuluh kami selaku orang tua Zahra selalu datang ke sekolah untuk memenuhi panggilan dari sekolah. Entah yang datang itu abangnya, papanya dan sekarang saya. Saya sebenarnya malu karena kedatangan kami ke sekolah tidak terkait dengan prestasinya malah ke bandelannya!” nada suaranya terdengar seperti orang frustasi.

“Kadang selaku orangtuanya saya merasa lelah sendiri. Delapan yang saya asuh, tidak ada yang sebadung dia. Apa mungkin karena bahan dasarnya berbeda, jadi ia seperti itu?”

Aku belum bisa menemukan kalimat yang tepat atas pertanyaan Mama Zahra. Secara umur ia lebih tua dariku bahkan mungkin umurnya tidak jauh beda dengan orangtuaku. Secara pengalaman dalam mengasuh anakpun kurasa jauh lebih berpengalaman dariku.

“Ya ibu sabar dan doakan yang baik-baik untuknya!” ujarku sambil mengusap lengan atasnya.

Semilir udara sore terasa menenangkanku. Lalulalang kendaraan yang didominasi roda empat menjadi pemandanganku. Mulai dari mobil biasa seperti avanza, calya, agia, xenia, hingga mobil mewah seperti pajero, CR-V, BMW, marcedes, volvo, landcuiser, fortuner, alphard, toyota cambry, toyota crown royal salon, virefire dan yang lainnya. Plat mobil yang lewat itu bukanlah plat biasa pula. Ada yang terbaca olehku BK 1234 AA, BK 80 S. Sesaat aku berhayal kapan bisa memilikinya.

“Silakan Bu!” suara pelayan cafe menghentikan hayalanku.

“Ayo Miss dicicip. Ini pancekenya enak. Rasanya hampir mirip dengan yang di restoran Nelayan. Dimsumnya juga!” katanya padaku sambil mengambil sebuah panceke dan memakannya.

“Kadang saya berfikir mungkin ini ujian. Tapi kok rasanya ga henti-hentinya Allah menguji kami. Papa Zahra itu sudah tua. Tapi ia belum tenang. Maaaarah aja bawaannya kalau liat si Zahra tidak pulang atau merengek meminta sesuatu yang tak masuk akal”

“Seperti apa tak masuk akalnya Bu?”

“Coba Miss bayangi sekarang ini ia minta sama Papanya untuk di belikan Laptop? Saya tanya untuk apa? Apakah di Muhammadiya mesti belajarnya pake laptop, kan enggak. Setahu saya ada lab komputerkan. Nah ia bilang papanya pilih kasih. Ia bilang giliran cucunya yang minta, langsung dibelikan. Mereknya Appel” ia bercerita sambil tertawa padaku.

“Papanya Zahra memang begitu. Ia senang, kalau anaknya, cucunya semangat untuk sekolah dan menunjukan keseriusannya dalam belajar. Ia belikanlah cucunya laptop Ap*le. Zahra meradang. Padahal ia tidak tahu bahwa merek itu dibelikan karena memang sekolahnya di Singapore meminta merek itu!”

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow....keren. Bikin penasaran cerpennya. Sukses selalu tuk ibu, salam literasi.

04 Aug
Balas

Terimakasih bunda

05 Aug



search

New Post