Yessy Eria, S.Pd

Guru SMAS Muhammadiyah 2 Medan. Belajar adalah sebuah keharusan dan belajar adalah ibadah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ZAHRA

ZAHRA

#Tagur, hari ke 107

(Bagian 39)

“Emang zaman miss dulu ga ada?”

“Miss rasa ada juga. Tapi tak separah sekarang. Dulu kalau ketemu seperti itu lalu dilihat sama orang tua atau guru, mereka malu. Kalau sekarang, malah kebalik. Yang liat malu dan yang diliat cuek habiiis. Cwapek deeeh!” Ia tertawa lebar hingga kelihatan gerahamnya.

“Nah itulah yang dikhawatirkan oleh mamamu itu kak. Ia tidak mau ka-u terjerumus dan melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi Zahra miss liat suka pula bermain di area yang tidak disukai mama-papanya. Nah inilah yang buat dikau riiiibut”

“Miss lucu ya logat Medannya udah mulai dapat pula. Kata kamu sekarang udah ganti jadi kata ka-u”

“Iyanyaa?” Ia kembali tertawa ketika aku mengeluarkan kata itu, kemudian melanjutkan kalimatnya.

“Habis Zahra kesal, mereka tak mau ngertiin Zahra. Mereka maunya menuntut aja miss. Pusing kepala Zahra setiap hari mendengar omelannya. Ya udah mendingan Zahra kelayapan aja”

“Ya iyalah diomelin. Orang kamunya kalau dipagi hari susah bangunnya. Kesal jadinya mamamu. Mana ada anak perempuan seperti itu?”

“Jadi mama sampai buka kartu Zahra sebegitunya ke miss? Aduuuuh mama ga ngira-ngira. Suka kali bikin anaknya malu. Ngapain coba pake diceritakan segala ke miss. Kan bikin malu Zahra!” ujarnya sambil merebahkan kepalanya di bahuku.

“Hmm...maunya yang enak aja. Berat tahu kepalanya” kataku becandain dia.

“heheh...” ia menarik kepalanya dari bahuku

“Udah ga apa-apa. Tarok lagi!” ujarku.

“Miss!”

“Apaa? Coba miss tanya udah berapa lama kamu tak dipeluk sama mamanya?”

Ia terdiam dan mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali ia dipeluk mamanya.

“Augh ah miss!”

“Udah lamakan?” Dia menaikan alisnya

“Berarti Zahrapun sudah lama tak memeluk mamanya. Gimana sich? Kalau mau dipeluk, kamu duluan yang meluk!”

“Apa perlu miss ajarkan bagaimana cara memeluk orangtua. Begini caranya?” kuperagakan itu dengan mendekap bahunya. Perlahan ia merebahkan kembali kepalanya di pundaku.

Gojek yang kupesan akhirnya muncul dihadapanku.

“Ya udah miss, makasih atas bahunya, Zahra juga mau pulang!” Zahra bangkit dari duduknya, disusul denganku.

“Ok langsung pulang ya, jangan singgah-singgah dulu”

“Beres” ucapnya

“Nanti miss akan chatt mamanya benaran ga sudah sampai rumah”

“Iyaaa, ga percaya banget sich miss sama Zahra. Jangan-jangan ketularan sama mama nich!” aku tertawa mendengarnya.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, sudah sampai bagian 39. Sukses selalu untuk kita semua.

09 Aug
Balas

Aamiin...mksh Bund

10 Aug



search

New Post