CINTA DALAM DIAM
Suara musik gambus masuk ke pendengaranku. Langkah kakiku berat rasanya untuk sampai ke sini. Ku seret dengan paksa agar sampai di pintu gerbang kondangan itu. Para keluarga datang menyambut dengan berdiri berjejer di pintu masuk.
Dekorasi pelaminan yang dibilang tak sederhana menghias halaman dan ruangan rumah sang mempelai. Karangan bunga berdiri megah di pekarangan. Perpaduan warna dari pelaminan memanjakan mata.
Para undangan begitu ramai datang ke pesta ini. Semua datang dengan senyum sumringah kecuali aku yang datang dengan hati yang bergejolak. Pandangan ku nanar menatap kedua mempelai yang duduk di pelaminan. Begitu susah kubendung bulir-bulir air mata. Aku takut dibilang lelaki cengeng hanya karena mengeluarkan air mata. Rasa di dada ini semakin berkecamuk. Rasanya semua bagai campur sari.
Perempuan berkerudung yang duduk di pelaminan itu terlihat begitu cantik dan menawan di mataku. Dialah Rindu sahabat dan sekaligus cinta pertama serta cinta dalam diamku. Sampai saat ini rasanya aku tak percaya cintaku hanya terucap dalam bait-bait puisi. Aku yang tak punya nyali untuk mengungkapkan. Aku yang hanya pura-pura memiliki seorang cewek yang akan menjadi pendampingku. Sekarang yang ada hanya penyesalan terbesar karena terlambat bergerak untuk membuktikan kalau aku mencintainya.
Bayangan kenangan yang hadir seolah menari di pelupuk mata. Dia yang tiap kali kumintai pertolongan dan kuusili karena setiap dia marah dan merengek membuat aku bahagia mendengar suara merdunya.
"Ndu tolong aku Du", ucapku hari itu. Please hanya kamu yang tahu rasa yang kupendam ini memohon kepadanya untuk dibuat surat cinta kepada seseorang yang kusuka.
"Alah kamu", gak jamannya main surat-suratan ucapnya waktu itu. Kalau suka ya diomongin jangan hanya diam dan kalau surat kmu gak dibaca dia takkan tahu jawab Rindu waktu itu.
Rindu terlihat menceramahiku, dia seolah tak percaya dengan ucapanku. Ini serius Ndu, ucapku padanya. Dia adalah gadis yang mampu memikat hatiku. Dia yang sellu menari dalm benakku. Kali ini tolong kamu buatkan aku kata-kata indah ya Ndu.
Aku ingin menyimpan surat yang dibuatnya atas permintaanku. Surat yang sebenarnya ingin kupersembahkan untuknya. Semenjak kecil hingga sekarang banyak wanita yang ingin membersamai hariku. Namun selalu kutolak karena rasa memiliki Rindu merajai hatiku.
Inginku segera mengucapkan dan melamarnya. Namun semua tak bis kukatakan karena takut nantinya dia akan menjauhiku. Aku yang tak tahu ternyata rasa itu juga dia tujukan untukku. Aku yang selalu ada ketika dia butuh. Namun langkahku terlalu lamban.
Rindu yang memanjatkan namaku dalam doanya. Dia yang malu untuk memulai semua karena hijabnya yang meminta diam. Seorang wanita yang hanya akan menerima pinangan lelaki serius itu yang akan diladaninya. Kalimat itu terngiang di benakku. Aku yang belum mampu bersegera karena masih ada yang kukejar dalam mimpiku.
Hingga saatnya tiba, lelaki yang baik. Lelaki itu melamar Rindu. Namanya Ahsan, dia yang dipandang baik oleh keluarga Rindu, tak ada alasan untuk menolaknya.
Kupandangi Rindu hari itu, kuutarakan rasa yang kurasakan. Kujabarkan setiap detailnya kalau semua yang kupinta kepadanya untuk merangkai aksara dalam selembar surat yang sebenarnya itu adalah untuk dia. Kupersembahkan seembar kertas yang kutulis berhari-hari dengan harapan itu semua berbalas. Cuma langkah terhenti karena semua tak mungkin lagi.
Sekarang pelaminan menjadi saksi cintaku hanya bisa diam. Tak bisa lagi kupanjatkan rapalan doa untuk Rindu. Karena ada hati yang harus dijaga. Aku lelki yang tak ingin merusak rumah tangga orang lain apalagi dia adalah Rindu sahabat dan wanita yang slalu terpatri di hati.
Begitu nanar kulihat mereka yang bahagia. Aku yang terlalu susah menahan sebak di dada. Kutinggalkan pesta itu, ikatan suci pernikahan Rindu mengakiri semua. Rasa yang kusemai harus kubunuh sampai ke akarnya. Hnaya diam dan mencintai dalam diam, hingga nanti akan ada yang mengganti kedudukannya di hati yang paling dalam.
Paris, 05022022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bunda cerpennya
Duuh..... Sakitnyaaa. Keren ceritanya, Bun. Ikut merasakan pedihnya patah hati.
Wiiihhhh.... sedih banget Bu Yessy. Sukses selalu ya Bu
Mantap ceritanya, Bu Yessy. Salam sukses selalu.
Cerita yang mengelitik untuk diikuti terus Cy
Kok melow jadi bacanya ya Bun, aku juga pernah mencintai dalam diam eakk, keren cerpennya sukses selaku bun
Aduhhh...sedihnya. btw keren crt nya say
Asyiik kisahnya, Bu Yessy. Butuh keberanian untuk mengungkapkan. Semoga ada "Rindu" lain yang akan menggantikan. Salam sukses selalu, Ibu.
Cerpen yang menarik,enak dibaca.. sukses selalu Bunda.
Keren Chie. Jadi novel yang indah. Sukses selalu.
Keren sekali tayangannya, mantap. sehat dan sukses selalu Bu Yessy
Cinta dalam diam. cerpen yang indah dan cadas. semoga langgeng sampai tua. sehat selalu bunda Yessy Hasni