JEJAK MASA SILAM
Melati paham sekali, sejak ia meninggalkan kota kelahirannya dari delapan tahun yang lalu, hari di mana Melati terpaksa meninggalkan segala memory di Kota ini, di mana hatinya tergores luka yang cukup dalam, hari ini pasti akan datang hari ia akan kembali ketempat ini. Selalu alasan kesibukanlah yang membuat dia bertahan di tempat lain agar goresan itu bisa sedikit pudar seiring waktu.
Sedih dan luka itu kembali terlihat dalam balutan emosinya. Kecewa bercampur marah masih saja membayangi kala teringat wajah orang yang tak dipercaya mampu melakukan hal itu. Ia tak akan pulang, jika saja telpon itu tak mengatakan kalau kondisi lelaki cinta pertamanya dalam kondisi yang sudah kritis, dan lebih menyakitkan perempuan itu yang mengabarinya dengan suara isakan sebelum telepon itu ditutupnya.
Sampai di rumah sakit, Melati ditunggu oleh perempuan yang masih saja dibencinya. "Mel, aku dan papamu minta maaf atas semua yang terjadi. Terserah kamu menganggap aku bagaimana. Namun satu hal yang harus kamu ingat, papamu sakit dan itu yang membuat kami mempercepat pernikahan. Kami tidak bisa menghubungimu karena nomormu tak pernah aktif. Saya tak pernah dapat menggantikan kedudukan mamamu di hati papamu Mel, namun yang dapat kulakukan adalah membuat dia bahagia dan melupakan kesedihannya. Semenjak itu Melati mulai memaafkan segalanya dan dia mulai mengetahui perempuan itu dengan lebih intens dan ia terlihat baik. "Maafkan Melati, Pa". Namun, semua takkan terulang karena papa tak lagi memberi respon dan pergi untuk menyusul mama.
Pariaman, 23022022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah, Melati menyadari keegoisannya
Pentigrafnya keren
Pentigraf yang keren..juga membuat airmata menetes Cy
Hhmmm.... sedin ya Chie, hujan pun turun menderas nih hhe. Salam literasi
sedih ... typo :)
Untung hujannya gak bikin banjir pak..hehehe.. mokasi pak.
Aduhhh...sedihnyaa...
Kisahnya sedih,Bu Yessy. Salam sukses selalu.
Sediiih
Cerita yang mengharuskan biru, semoga selalu sehat dan sukses.