MENAHAN WAKTU
Detik berlalu menjauh, pagipun masih belum menapaki kakinya. Namun hati masih terpaku dalam diam, duduk di perapian tungku yang bertemankan asap yang masih menyisakan kepulan yang meliuk-liuk. Perlahan tangannya Rindu mulai menata kayu itu agar tak kembali menyala, karena semuanya sudah berlalu dari tadi.
Sepi, kata yang terasa di hulu hatinya Rindu. Dalam pembaringan masih tersisa tetesan-tetesan penyesalan. Pertanyaan yang sama selalu muncul benarkah semua itu terjadi dalam sekejap mata. Tak bisa lagi bertatap muka walau hanya lewat gawai yang berdenting. Tak bisa lagi meraup tangan keriputnya dengan mata yang basah meminta elusan untuk belaian yang menyenangkan.
Ibu, bunda yang selalu ada dalam doanya Rindu. Bunda yang terbaring sakit yang terpaksa Rindu tinggal sekejap hanya untuk memanggil sang dokter untuk bisa kembali memeriksa ibunya. Namun semua bukanlah seperti bayangannya, dalam langkahnya terbayang tangan ibu seperti menahan Rindu untuk tak pergi. Dalam langkahnya ada harap ibu kembali membaik dan bisa merajut hari bersama kembali, namun semua hanya kosong. Ibu berpulang ketika Rindu melangkah jauh.
PUISI
MENAHAN WAKTU
By. Chie
Waktu, ingin kumenyerah
Memeluk, tanpa ingin engkau berlalu
Namun aku kalah, aku menyerah
Aku terkapar
Denganmu yang membawa takdir
Menyapa resah membawanya hingga hati melukis perih
Paris, 22012022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Insha Allah ibunda husnul khatimah
Luar biasa bunda Chie
Semoga ibu tenant di sana. Alfatihah untuk ibu. Salam sehat selalu dan Salam literasi
Alfatihah untuk Ibunda tercinta ya Bu Yessy dan semoga ibunda Husnul Khotimah. Salam sukses
Alfatihah untuk Ibunda tercinta ya Bu Yessy dan semoga ibunda Husnul Khotimah. Salam sukses
Hanya ikhlas padaNya sembari mengirimkan doa untuk ibu tercinta Yessy
Puisi yang menyentuh akan rindu. Keren, ci
Meleleh air mata ini, sabar dan tetap semangat Bunda.
Ulasan dan puisinya keren bucan, salam sukses
Salut say, eksis terus menulis. Salam literasi
Kereen bgt say. Meski sedih baper bc nya. Sukses sllu
Ikut sedih, Bu Yessy. Sepertinya kisah Bu Yessy sendiri. Benarkah? Sabaar yaa... Salam sehat selalu.
Narasi dan puisi yang apik, walaupun ada rasa sedih, Al Fatihah untuk Ibunda, salam sukses selalu
Jangan bersedih Chi. Biarlah Ibu tenang di sana. Kita juga akan ke sana menyusulnya. Semoga sehat dan bahagia selalu.
Keren bunda puisinya, kesedihan tergambar lewat diksi yg menawan dalam larik yg apik, alfatikhah tuk bunda nggih
Aku suka diksi puisinya. Salam sehat dan sukses selalu Bu Yessy. Salam literasi.
Ulasan dan puisinya mantap keren bu Yayuk. Sampai membacanya iku baper. Semoga senantiasa sehat dan sukses selalu
Mengharukan ... puisi yang luar biasa
Tetap semangat ibu, jangan patah arang, semoga selalu sehat dan sukses.