Kata tak akan habis terurai. Deru yang menggebu menjadi lukisan batin tak terelakkan. Aku gelisah menunggu habis malam. Rindu terus berpetualang dalam rongga pikiran. Angan pun terus melayang, “Esok apalagi kata yang ingin kurangkai ?” bisik kalbuku. Ya, rindu ini ternyata tumbuh subur di hatiku. Berakar dalam sel darahku dan bercabang di urat nadiku. Kerinduan menjentikkan kata-kata di atas kayboard laptopku, atau mesin ketik tua pemberian ibuku 20 tahun silam

Pagipun datang, satu demi satu pekerjaan rutinku terselesaikan dengan cepat. Kedekati meja kerjaku, dan kubuka laptop yang menunggu setia menunggu dan menemaniku. Kutatap layar penuh cinta, kutekan satu persatu aksara membentuk kata kata. Ya....satu paperku sudah selesai. Kini aku kembali mengukir puluhan kata untuk satu tulisanku yang entah mungkin akhir tahun akan terbit. Sesekali rasa capek menyelimuti fikiranku, kuhentikan jentik jemariku. Kulewati rak rak buku yang kurang tersusun rapi, kupilih satu dua buku lalu kubaca dan terus kubaca. Dengan membaca kutemukan banyak hal baru untuk bisa menambah kekayaan permainan kosakata dalam otakku.

Hemh, akhirnya rindu hari ini benar benar bisa kutumpahkan. Diatas lembaran putih yang kemudian kucetak dan kubaca ulang. Mungkin ada yang harus kutambahkan lagi kata demi kata yang terlupa. Atau bahkan harus kembali kuperbaiki rangkaian tulisan yang dirasa merusak selera rindu ini. Seyakin aku pada rinduku, aku tuntaskan rindu ini untuk tulasan tulisanku. Ah, rindu. Ternyata aku tak bisa menduga dahsyatnya merindu. Ia benar-benar tumbuh subur di hatiku.