Yeti Chotimah

Yeti Chotimah, saat ini menjadi guru di SMPN 3 Rogojampi Banyuwangi Jawa Timur. Motto "Menjadi guru adalah pilihan, mengabdi kepada masyarakat adalah kewajiban"...

Selengkapnya
Navigasi Web

SEKOLAH NORMAL DI ERA BARU, SIAPA TAKUT ?

Pandemi Corona melanda hampir semua negara di dunia. Tak terkecuali Indonesia. Lalu kita harus bagaimana? Ya, mau tidak mau harus menghadapinya.

Corona atau Covid-19 merupakan musibah yang melanda negara, wilayah bahkan sedunia, maka disebutlah pandemi. Indonesia tidak luput dari serangan wabah penyakit diakibatkan oleh Covid-19. Karena itulah maka tidak ada cara lain, seluruh komponen bangsa ini selayaknya harus bersatu-padu untuk mengatasinya.

Pemerintah Indonesia sebenarnya cukup sigap mengantisipasi wabah Corona. Hanya karena yang dihadapi adalah “virus baru”, maka muncul juga kepanikan. Akibatnya terkesan tidak satu suara dalam mengatasinya. Keyakinan berbangsa dan bernegara tentunya mewujudkan rasa cinta dalam tiap diri manusia di Indonesia. Rasa cinta diwujudkan dengan ingin melakukan yang terbaik untuk menghadapi serangan Covid-19.

Sikap terbaik yakni tetap tenang dan keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang terbaik. Sebab, virus secara umum tidak terlihat dengan mata telanjang. Begitu juga virus Corona 19, tahu-tahu ada orang positif terinfeksi, kemudian jubir gugus tugas menyampaikan adanya penambahan data. Puji syukur kepada Tuhan, karena Jawa Timur bisa dikatakan mulai berangsur “relatif” aman dari pandemi ini. Namun kita tetap harus waspada dan tidak teledor dengan berbagai kemungkinan. Tentu sikap waspada bukan berarti menghilangkan rasa tepo seliro yang sudah kita punya sejak jaman nenek moyang.

Sejak awal pemerintah sudah memberi arahan, bahwa untuk mencegah penyebaran virus Corona yakni dengan pembatasan sosial. Stay at home, termasuk sekolah dari rumah. Juga menjaga jarak atau physical distancing, memakai masker jika sedang berada di ruang publik, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer untuk menjaga agar jari tangan kita terhindar dari penularan virus. Serta segera mencuci baju yang sudah dipakai setelah pebergian.

Arahan pemerintah sebenarnya simple untuk dilakukan. Tapi, sekali lagi, karena ini semacam “barang baru”, belum semua orang bersedia melakukannya. Akibatnya kita tahu, hampir 34 provinsi di Indonesia penduduknya ada yang terpapar Covid-19. Hal ini berpengaruh bagi seluruh sektor dan infrasutruktur masyarakat. Sektor pendidikan yang tidak luput dari arahan pemerintah, juga memaksimalkan daya gunanya untuk menyiapkan kebutuhan peserta didik, guru dan tenaga pendidik agar sewaktu waktu harus kembali bersekolah, juga dengan nuansa yang baru. Bermasker, jaga jarak dan sebanyak mungkin menyediakan tempat mencuci tangan.

Maklum, negara kita begitu luas. Hampir sama luasnya dengan Benua Amerika. Penduduk Indonesia mendekati 162 juta jiwa. Kebiasaan penduduknya beda dan budaya masyarakatnya tidak sama. Jadi, bisa dibayangkan beratnya beban pemerintah untuk menghadapi wabah Corona. Setiap gugus tugas yang dibentuk di tiap wilayah, merupakan orang-orang yang diyakini mampu menjadi fasilitator antara program pemerintah dengan budaya yang berlaku di wilayah tersebut. Hal ini senada dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dimana Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara, melainkan juga sebagai way of life atau pandangan hidup bangsa Indonesia.Jika kita sebagai bagian dari masyarakat yang bergerak dalam bidang pendidikan, tidak ikut berjuang melawan ini semua, maka Indonesia akan benar benar lumpuh. Namun diakui atau tidak, ternyata semangat para insan cendikia yang berada di garda depan pendidikan, patut sekiranya diacungi jempol dengan berbagai cara para guru mengupdate diri, dan berusaha bagaimana peserta didik tetap bisa memperoleh pendidikan dan pembelajaran yang layak.

Pada awalnya arahan pemerintah agar masyarakat melakukan social distancing dan physical distancing dianggap aneh. Sepertinya itu tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan tidak pas dengan semangat kebersamaan bangsa kita. Kita saksikan bahkan mengalami sendiri, setiap orang tiba-tiba disuruh bekerja dari rumah, murid-murid bersekolah dari rumah. Kebiasaan beribadah juga dianjurkan dilakukan di rumah. Wajar kalau muncul banyak selisih pendapat antara yang setuju dan tidak. Namun dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, masyarakat Indonesia yang mempunyai kebiasaan dan budaya masyarakat berbeda-beda di berbagai daerah di Indonesia, bisa dipersatukan. Utamanya yang tampak yakni dengan semangat gotong-royong, saling peduli, tepo seliro menjaga semangat kebersamaan.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai sadar bahwa anjuran social distancing, physical distancing, pakai masker dan rajin cuci tangan merupakan usaha memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Masyarakat juga mulai sadar, bahwa anjuran pemerintah bersifat sementara. Sampai Indonesia dinyatakan bisa meminimalisir mewabahnya Covid-19. Jadi, tidak apalah kalau harus bersakit-sakit dahulu untuk menjaga bersama kesehatan rakyat Indonesia di waktu kemudian. Karena pada dasarnya tiap manusia diberikan antibodi oleh Tuhan sejak dia dilahirkan. Antibodiini akan terbentuk dengan sendirinya untuk menyikapi keberadaan mahluk asing yang menyerang diri manusia. Meskipun tidak semua manusia bisa bertahan karena tipa kemampuan pertahanan tubuhnya berbeda beda tergantung prilaku dan kebiasaan serta faktor lingkungan.

Saya, anda, dan kita semua sedih dengan keadaan ini. Tapi ingat, musibah ini tidak hanya menimpa negeri dan bangsa ini. Ini pandemi. Jadi 200-an lebih negara di seluruh dunia juga mengalami. Itu sebabnya ada baiknya kalau kita tetap tenang, tidak panik berlebihan. Kita harus percaya bahwa untuk setiap masalah Tuhan akan memberi kita jalan. Setiap manusia juga wajib berusaha, karena Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak mau berusaha. Salah satu usaha bersama kita yakni dengan mematuhi apa yang sudah menjadi keputusan pemerintah.

Pemerintah Indonesia memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) disertai penetapan jam malam, mulai pukul 21.00-04.00 WIB. Tujuan PSBB untuk mengurangi pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya, serta mencegah kerumunan orang di tempat keramaian, tempat hiburan dan warung kopi. Harapan pemerintah, di tengah pandemi virus Corona masyarakat mengurangi aktivitas yang tidak terlalu penting serta lebih baik di rumah saja.

Bukankah virus Corona ada di tubuh manusia? Manusia yang mana, kita tidak tahu. Tanpa melalui rapid test dan swab test, seseorang tidak diketahui jadi pembawa virus Corona apa tidak? Maka, satu-satunya cara untuk mencegah penyebaran virus dengan cara sedapat mungkin mengurangi interaksi antara manusia.

Apalagi kini ada status baru, yakni OTG (Orang Tanpa Gejala). Orangnya tampak baik-baik saja karena daya tahan tubuhnya bagus. Padahal pada yang namanya OTG ini sudah bersarang virus Corona. Apa jadinya kalau OTG ini kemudian dibiarkan berkeliaran ke berbagai komunitas klaster.

Pemerintah juga sadar, membiarkan penduduk tinggal di rumah juga tidak mungkin. Itu sebabnya pemerintah ingin rakyat menjalankan protokol kesehatan Covid-19. Apa itu? Untuk tetap jaga jarak, pakai masker dan rajin-rajin cuci tangan dengan sabun serta mengurangi kegiatan tidak perlu di luar rumah.

Untuk itu pula pemerintah memperkenalkan sekaligus mensosialisasikan Tatanan Baru atau New Normal. Tata kehidupan baru dengan tetap mengikuti Protokol Kesehatan Covid-19. Di era New Normal rakyat Indonesia dapat memulai kembali kehidupannya secara normal, namun tetap dengan Protokol Kesehatan Covid-19 yang ketat. Angkutan umum, baik darat, laut dan udara mulai berjalan normal dengan syarat-syarat tertentu. Dengan begitu sektor ekonomi yang selama 3 bulan terasa seret diharapkan bisa bergerak kembali.

Semoga tatanan baru ini membuka peluang dan harapan baru. Semakin cepat kita mampu beradaptasi dengan tatanan kehidupan yang baru, maka terbuka peluang bagi masyarakat luas untuk menemukan hal baru. Dengan begitu bisa kita harapkan kehidupan normal mewarnai kehidupan berbangsa, berbudaya dan beragama sesuai kearifan lokal yang berwawasan global.

Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong sesuai Falsafah Pancasila, InsyaaAllah bangsa Indonesia bisa melewati cobaan yang tengah dihadapi negara ini, Garda depan pendidikan, selalulah di depan untuk masa depan generasi bangsaa. Aamiin. Nah, SEKOLAH NORMAL DI ERA BARU, siapa takut ?

*Guru SMPN 3 Rogojampi Banyuwangi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

termakasih

08 Sep
Balas

Mantab

08 Sep
Balas

terimakasih pak Sunaryo

08 Sep



search

New Post