(Tantangan hari ke-36)

Sekolah adalah lembaga yang bersifat komplek dan unik, sehingga sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, siswa, dan orang tua siswa. Tanpa mengenyampingkan peran dari unsur-unsur lain dari organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan personil intern yang sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah adalah pemimpin sekaligus berfungsi sebagai manajer. Ukuran kinerjanya ditentukan oleh tingkat kepiawaiannya menguasai ilmu pengetahuan dalam memotivasi orang-orang untuk mengembangkan dirinya dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.

Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah. Sedangkan sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan dan proses pembelajaran dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Agustiar Syah Nur bahwa ”there are no weak platoons only weak leaders”. Dengan demikian jika sekolah gagal, maka itu adalah kegagalan kepala sekolah.

Di masa pandemic Covid-19, terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap pembelajaran di sekolah. Beberapa daerah menerapkan kebijakan pembelajaran dalam jaringan (daring). Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Tiga bulan pertama, situasi ini menimbulkan banyak permasalahan, karena pandemic terjadi di luar dugaan, sehingga banyak sekolah tidak siap.

Memasuki tahun pelajaran 2020/2021, pandemic belum usai, pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Pelajaran 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19, hanya daerah yang berada pada zona hijau yang dapat melakukan pembelajaran secara tatap muka. Berdasarkan data, 94% sekolah berada di zona kuning, oranye, dan merah, otomatis tetap melaksanakan pembelajaran secara daring. Untuk itu kepala sekolah sebagai manajer harus mampu menyusun program yang tepat dalam menghadapi situasi ini.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membangun manajemen pendidikan di sekolah yang dikembangkan oleh Henry Fayol. Henry Fayol menyatakan bahwa pengertian manajemen adalah proses yang terdiri dari kegiatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia (SDM) & mengandakan pengendalian dalam rangka untuk mencapai tujuan yang akan dicapainya.