Perjalanan Menggapai Asa (1)
(Tantangan hari ke-44)
Mengenang masa lalu, ingatanku kembali pada beberapa episode yang telah dilewati. Salah satu episode yang merupakan momentum bagi seseorang untuk menggapai impian adalah saat masuk perguruan tinggi. Masih segar dalam ingatan, Ibu menangis tatkala memintaku untuk kuliah di institut keguruan. Beliau sedih, tidak dapat mengikuti keinginan anaknya. Bukan memaksakan kehendak, beliau tahu kalau aku bercita-cita menjadi seorang dokter. Keadaan ekonomi keluarga memaksa harus demikian.
Layaknya seorang anak yang taat dan patuh pada orang tua, aku tidak mau memperlihatkan kesedihan di depan beliau. Walaupun berat, kuhapus pilihan “Kedokteran Universitas Indonesia” dalam formulir sistem penerimaan mahasiswa baru, diganti dengan “Pendidikan Fisika IKIP Padang.” Impian dan cita-cita kadang berbeda dengan realita. Tetapi, aku selalu ingat pesan seorang guru, bahwa ridha Allah terlelak pada ridhanya orang tua. Aku sangat yakin akan hal itu. Bagiku, seorang ibu adalah sosok nan agung. Bagaimana tidak, ibu mengandung selama 9 bulan, melahirkan dengan pertaruhan nyawa, mendidik dan membesarkan kelima anaknya dengan penuh kasih sayang.
Setiap tetesan keringat dan air mata ibu dan ayah, kuganti dengan ketekunan dalam mengikuti perkuliahan. Tiga tahun berlalu, akhirnya aku menamatkan kuliah Diploma-3 jurusan Pendidikan Fisika IKIP Padang. Dengan perjuangan dan air mata, aku lulus menduduki peringkat ketiga. Setelah tamat, dengan mudah aku diterima di sebagai guru honorer pada satu sekolah swasta favorit di kotaku.
Berbekal ilmu yang diperoleh selama perkuliahan, aku berupaya memberikan yang terbaik bagi anak didik. Walaupun sebagai guru honorer, tidak menyurutkan semangatku untuk mengabdi. Darah guru yang mengalir dari ibu dan kakek, ternyata tidak membuatku kesulitan dalam mendidik dan mengajar. Saat itu aku menyadari, bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan. Berhadapan dengan anak-anak dengan segala keunikannya, menyebabkan aku jatuh cinta pada profesi guru.
Momen yang sangat didambakan bagi seorang lulusan institut keguruan adalah diangkat menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Setelah tiga tahun mengabdi sebagai guru honorer, akhirnya melalui seleksi yang ketat, aku diangkat menjadi PNS. Air bening bergulir di sudut mataku saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah tempatku ditugaskan. Sejuknya udara pegunungan dan ramahnya warga sekolah, semakin menguatkan cintaku pada profesi guru. Sebuah SMP yang terletak di lereng gunung Merapi, merupakan semangat baru bagiku. Mendidik dengan hati adalah komitmenku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kenangan indah yang layak dibagi pada generasi penerus diri. Sukses bu Yetti Yulia
InsyaaAllah. Terima kasih, Pak.
Alhamdulillah, kenangan dan karunia yang perlu diapresiasi. Salam literasi, sukses selalu.
Amin. Terima kasih, Pak. Salam literasi.
Kenangan indah,ya Bu. Penyemangat hidup...salam sukses.
Terima kasih, Bu.
Top
Terima kasih, Pak.