Yohani

Memulis harus menjadi hobby karena dengannya kita dikenal dunia. Membaca harus menjadi lagu wajib karena dengannya kita mengenal dunia...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kemana Hidupmu Bermuara?
Gambar diambil dari google

Kemana Hidupmu Bermuara?

Manusia dituntut untuk terus selalu update informasi tentang perkembangan ilmu dan berita dunia sehingga kita terus mengupgrade diri menjadi pribadi yang mumpuni baik ilmu maupun kesadaran diri merubah diri dan lingkungan sekitar, gadget adalah suatu hal yang musti kita ketahui fungsi dan manfaatnya sehingga kita tidak gampang terjebak pada dunia modern yang menjadikan kita seolah seperti manusia purba di jaman modern.

Berbagai media sosial disuguhkan dari sebuah gadget kecil digenggaman kita dari Facebook, twitter, line BBM dan lain-lain, dan dari satu media kita bisa mempunyai seabrek group dari yang terkecil yang bernama keluarga sampai group besar lintas negara bahkan benua sekalipun kita bisa memilikinya dari genggaman kita. Dari jutaan manusia modern pengguna gadget hanya sedikit persen yang mampu memahami karakter dari komunitas yang mereka ikuti, sisanya hanya sebagai follower atau bahkan hanya sebagai pembaca sejati dari postingan orang lain atau bahkan terkadang sering menggunakan kepala orang lain( otak orang lian ) untuk posting di wallnya sedang otaknya sendiri berselancar kegroup sebelah atau yang lebih kita kenal dengan Copy Paste. Alangkah hebatnya andai setiap manusia modern ini mampu menuangkan ide dan gagasannya di group atau media yang diikutinya, sehingga dalam satu hari ada manusia modern yang fresh mind dengan gagasan dan ilmunya, dengan diskusi keluarga, teman bahkan group tersebar lintas negara dengan disiplin ilmu masing-masing.

Media sosial kerap dijadikan sebagai ajang perdebatan tanpa solusi untuk sebuah permasalahan yang sebenarnya tidak perlu pembahasan dengan otot yang menguras tenaga dan pikiran, masih ada hal-hal lain yang bermanfaat disekeliling kita yang lebih membutuhkan gagasan kita, tapi terkadang hanya untuk masalah suara terompet Tahun baru seolah semua lebih tahu hukumnya dan cenderung menghukum tanpa menyiapkan penjara. Kita dijadikan budak dari media sosial, Inilah yang gariskan dalam sebuah hadist bahwa manusia ( Muslim ) di akhir zaman nanti akan diperebutkan layaknya anjing yang memperebutkan tulang. Iya anjing memperebutkan tulang tanpa daging. Kemudian dikatakan bahwa muslim saat itu bukanlah sedikit sehingga tidak mampu melawan, muslim saat itu besar dan tersebar diseluruh penjuru dunia akan tetapi mereka lemah karena faktor Hubbuddunya Cinta dunia dan Takut akan kematian.

Cinta dunia sudah menjalar masuk keseluruh sendi kehidupan ummat dari kelas kere sampai elit sekalipun hanya sekian persen yang masih tetap menjaga hatinya, ketika anak kecil sudah beranjak remaja selalu di tanya tentang cita-cita kelak, maka menjadi sebuah kebanggaan ketika anak bisa menjawab menjadi profesi yang dipandang elit bagi kalangan sebagian masyarakat meski dia sendiri hidup dipinggiran hutan dibawah semak belukar, tapi era informasi digital mampu merubah mindset manusia sebagai hamba dunia, ketika memasuki gerbang sekolah selalu ditekan untuk mampu menguasai disiplin ilmu dunia yang terkdang dirinya sendiri tidak mampu menempuhnya, ilmu agama dijadikan ekstra kurikuler sampingan karena tidak jelas peruntungannya, ketika seorang anak sekolah mampu kognitifnya ditanya “ mau melanjutkan kemana setelah ini? Dia jawab ke Pesantren. Apa yang dikatakan oleh guru kita? Wah sayang sekali ya, kenapa tidak ke SMP Negeri ini dan itu atau ke Sekolah favorit yang ini dan itu, maka akan goyahlah pendiriannya.

Sebagian orang tua lebih bangga anaknya ranking satu tapi bodoh bacaan alqur’annya dibanding Hafal juz 30 dengan predikat yang kurang beruntung di kognitif yang lain. Guru-guru sekolah selalu menekan siswa untuk berjuang dan selalu fight dengan semua mata pelajaran umum sedang pendidikan agama dan karakter dihilangkan menjelang ujian untuk Cinta Dunia di akhir masa sekolahnya. Penanaman kesetaraan gender dikedepankan daripada pendidikan untuk menjaga aurat.Ini salah siapa? Bukan hanya kesalahan guru yang mengajar mereka disekolah tapi kesalahan orang tua yang tidak bisa menanamkan pendidikan agama di rumah, berapa banyak manusia yang bernama Orang tua dari anak tidak punya kurikulum yang baku dan paten untuk pendidikan anaknya, mau dijadikan apa ia kelak dikemudian hari, hendak diarahkan kemana anaknya setelah dewasa nanti. Karena semua sudah dipersiapkan muaranya untuk Hubbuddunya Cinta dunia. Nasehat lukmanul hakim untuk anaknya yang dikisahkan didalam alqur’an hanya sebagai bacaan sepintas lalu sambil menikmati secangkir kopi panasa dipagi hari dengan iringan obrolan prestasi anak disekolahnya.

Cinta kepada Allah hanya sebatas angan-angan kelak ketika anaknya sudah dewasa dengan dalih itu adalah hidayah, Cinta masjid hanyalah sebuah himbauan bagi anaknya karena setiap hari orang tua jarang sholat berjama’ah, waktunya lebih banyak dihabiskan didepan komputer dengan pekerjaan yang selalu menjadikannya sebagai budak dunia. Yang tidak mempunyai pekerjaan disore hari lebih banyak dihabiskan didepan Televisi dengan suguhan artis-artis dunia dan produk-produk yang menjadikan mereka selalu konsumtif sehingga menguras ekonomi karena besar pasak dari pada tiangnya.

Tuntutan pekerjaan atau yang lebih tepatnya cara manusia modern mencari penghidupan hanya sebatas sebagai karyawan, entah swasta maupun birokrat. Padahal Rosulullah mengajarkan kepada ummatnya bahwa berdagang (Pasar) merupakan ladang ekonomi yang tepat bagi siapapun yang ingin kaya. Tapi perlu kita persiapkan mental-anak-anak kita, karena komunitas yang bernama pasar adalah syurganya setan atau lebih tepatnya tempat tinggalnya setan, manusia modern yang tidak punya bekal iman dan taqwa yang mumpuni kemudian terjun dalam dunia perdagangan maka hasilnya akan mejadi pedagang yang tidak jujur dan selalu menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan sebanyak-banyakknya. Cukuplah Abdurrahman bin Auf sebagai teladan pedagang bagi kita. Yang kedua Rosulullah menganjurkan untuk bercocokk tanam atau menjadi petani. Manusia dengan kedua profesi itu adalah yang terbanyak menunaikan ibadah haji setiap tahunnya, pertanyaannya kenapa kita masih terus menekan anak kita untuk menjadi karyawan?

Pemilihan jurusan ketika memasuki masa kuliah adalah penuh dilema, pintar dengan nilai memuaskan diarahkan jurusan kedokteran, yang standar masuklah jurusan hukum, yang kurang beruntung masuklah jurusan pendidikan, jurusan tafsir dan hadist dianggapnya tidak keren dan suram, maka penulis pernah menulis kisah tentang seorang yang ditolak lamarannya karena profesinya sebagai guru ngaji, bagi calon mertua guru ngaji adalah suram masa depannya dan sangat kecil kemungkinan anaknya bisa bahagia dengan hidup dengannya.

Jurusan-jurusan kuliah yang menurut sebagian banyak orang kurang jelas masa depannya ditinggalkan atau dijadikan second option, sekali lagi ukuran terang tidak terang dan jelas tidak jelas masa depan adalah sesuai lapangan pekerjaan yang menunggu pasca lulus kuliah, maka tidak heran banyak manusia modern yang menyesal mengambil jurusan karena tuntutan dunia tidak sesuai dengan jurusan kuliah yang ia ambil dulu sehingga terpaksalah sekolah lagi dengan jurusan yang Linier, sekali lagi cinta dunia membelenggunya. Muslim harus kuat, aqidah dan ekonominya. Kuat aqidah sehingga tidak terjebak dalam prostitusi budaya.

Dengan pendangkalan aqidah disekitar kita maka persiapan dan beteng ummat harus kuat. Perdukunan merajalela dari dukun hitam sampai dukun putih yang bernama kyai terus tumbuh bak jamur dimusim hujan, mari kita tanya, dinegeri Indonesia yang mayoritas muslim, dimanakah kelurahan yang tidak ada dukunnya. Pasti ada sesuai dengan kelasnya, kelas ikhlas bayarannya kemudian naik sepuluh ribuan sampai ratusan juta hanya untuk memuluskan cita-cita, naik jabatan, disayang atasan, menyakiti bahkan membunuh sesama kollega karena menjegal laporan LPJnya.

Kemuduran ummat juga ditopang dengan maraknya Bid’ah di mayoritas muslim nusantara, manusia modern lebih memilih sunnah dibanding yang wajib, mengedepankan hal-hal yang tabu untuk menyingkirkan permasalahan yang jelas-jelas terang benderang ada didalam alqur’an dan alhadist. Sungguh sangat ironi negeriku Indonesia, itu baru beberapa kasus contoh pendangkalan aqidah, disamping itu dengan munculnya paham-paham serta aliran yang mengatas namakan islam tapi ajarannnya sama sekali jauh dari Rosulullah sebagai tuntunannya, benturan antar organisasi islam kian meruncing karena permasalahan khilafiyah yang seharusnya sudah wajib ditinggalkan sekian puluh tahun yang lalu, entah karena baru paham agama atau karena sebuah konspirasi makhluk yang bernama yahudi yang sudah masuk dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat muslim dewasa ini, organisasi sebagai media dakwah sudah dijadikan rujukan seolah dewa yang tidak pernah salah dalam berfatwa, ulama-ulama mereka merajalela memberi kajian dan sekaligus berfatwa yang bukan dari disiplin ilmu yang mereka pernah pelajari sehingga ada Doktor dalam disiplin tafsir memberi fatwa tentang khilafiyaha masalah jilbab dan kawannya dari jurusan fiqih berfatwa tentang keberagaman aqidah. Sungguh dunia fatamorgana, sejuk di kejauhan kering dihadapan.

Hubbuddunya juga sudah mengarah kepada organisasi dimana disebagian daerah pemilihan pimpinan organisasi berbasis massa islam ini hanya berlandaskan titel dan gelar, maka sudah bisa dipastikan siapa yang mempunyai gelar terpanjang didepan dan belakang namanya maka layak untuk dijadikan sebagai pimpinan, padahal kapasitas, loyalitas serta kesempatan untuk mengurus organisasi belum teruji, orang dengan kesibukan yang super penuh sepanjang hari maka ketika pulang disore hari hanya tinggal sisa-sisa tenaga, maka ketika rapat organisasi hanya sebagai pengambil keputusan tanpa melihat proses keputusan itu diambil.

Roda organisasi yang seharusnya sebagai media dakwah telah diambil ruhnya dengan birokrasi dan aturan-aturan serta prosedur dalam menjalankannya, rapat harus dengan undangan kertas, kebijakan harus sepengetahuan seluruh anggota, bendahara mengeluarkan uang harus seijin pimpinan meski saat itu ada sekumpulan manusia yang sedang membutuhkan bantuan organisasi. Tidak ada yang salah dengan yang namanya management, tapi organisasi dakwah adalah berbeda dengan birokrasi pemerintah yang ribet dengan aturan.

Setiap warga organisasi adalah sekumpulan manusia yang mempunyai tanggung jawab dan sepakat untuk berdakwah bersama dalam rangka memurnikan ajaran islam sesuai misi organisasi, tapi terkadang kita terjebak dalam aturan serta prosedur yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan mudah karena kunci dari menjalankan roda ini adalah ikhlas karena Allah. Maka tidak heran banyak sekali program-program organisasi yang tidak selesai sampai habis masa jabatannya, tahun pertama menyusun program, tahun kedua merancang tahap awal, tahun ketiga realisasi tahap ke dua , keempat mulai menjalankan, tahun kelima habis masa jabatan dengan menyisakan pekerjaan rumah. Pada pemilihan berikutnya berganti bagian dan bagian lama di jabat oleh orang baru dengan berbeda program.

Lembaga pendidikan yang seyogyanya ikut andil dalam memberikan pondasi serta landasan bagi anak dan remaja juga ikut andil dalam menghancurkan keyakinan, baik disengaja maupun tidak. Dengan kurikulum yang selalu berganti seolah melegitimasi bahwa pendidikan hanyalah sebagai hiburan diwaktu senggang bagi anak tanpa perlu pertanggung jawaban di kemudian hari, sangat jarang praktisi pendidikan yang memahami bahwa pendidikan adalah untuk masa depan, sehingga apa yang mereka ajarkan kepada anak didik harus bisa dipahami dan dipraktekkan saat itu juga sehingga bisa dikatakan berhasil. Dewasa ini kita sering disuguhi konsep pendidikan menyenangkan, tentunya kita sudah paham darimana konsep itu berasal, itu adalah adopsi dari negeri yang bernama finlandia yang menurut survey adalah terdepan dalam bidang pendidikan, tanpa melakukan riset lebih jauh ternyata konsep yg kita adopsi itu sudah jauh-jauh hari ditinggalkan dinegeri asalnya, berganti dengan metode praktis dalam pengajaran.

Seragam sekolah sudah menjelma menjadi security yang siap kapanpun memulangkan mereka ketika kurang atributnya, anak sekolah lebih baik bolos atau loncat pagar dari pada dihukum karena tidak berseragam, ini mengindikasikan bahwa ternyata kewajiban menuntut ilmu ternyata kalah dibanding kewajiban berseragam, maka tidak heran saat kelulusan sekolah mereka merayakannya dengan membabi buta menjadikan seragam mereka seolah sampah yang layak utnuk dibuang dan dicampakkan setelah sebelumnya di corat coret dengan pilok, digunting bahkan dijadikan untuk mengelap knalpot motor setelah selesai konvoi hasil lulusan. Ini mungkin bentuk ekspresi betapa bencinya mereka dengan yang namanya seragam, mereka tidak sadar dihadapan mereka terbentang luas tantangan hidup yang setiap saat menantinya. Sekali lagu hubbuddunya menjadikan kita benar-benar menjadi budak dunia.

Belakangan ini marak sekali berita yang selalu menghiasi layar televisi maupun berbagai media cetak maupun elektronik dan dunia maya tentang sekelompok orang yang berjuang dengan caranya, memperebutkan ideologi yang menurut mereka adalah yang terbaik utnuk bisa mengembalika kejayaan Islam. Dari yang bernama ISIS sampai berbagai aliran-aliran garis keras ( versi mereka ). Pandai-pandailah bersikap serta kritis dalam mensikapi semua persoalan terlebih informasi yang berasal dari dunia maya atau bahkan media apapun, jeli dalam melihat persoalan adalah kunci dari kenyamanan dan ketenangan hidup didalam masyarakat. Terlepas dari itu semua masyarakat sekarang telah dijajah dengan istilah “ JIHAD “ kata Hamid Fahmi Zarkasyi, alumni Pondok Modern Gontor.

Ketika orang mendengar kata jihad maka yang terlintas dalam pikirannya adalah bentuk perjuangan dengan mengangkat senjata kemudian menyakiti, membunuh, melenyapkan siapapun yang tidak seide dan keluar dari ideolgi Islam. Jihad dimaknai dengan sempit sehingga menimbulkan ketakutan bagi siapapun untuk mengucapkannya. Karena makna jihad diindikasikan dengan teror yang pelakunya di cap teroris yang harus ditangkap dan diadili meski bukti-bukti bisa dicari kemudian, para ustadz dan mualligh berpikir ulang untuk mengajak jihad karena itu menjadi hal yang tabu dan haram dikumandangkan dihadapan jama’ah. Padahal, belajar adalah jihad, mengajak kebaikan adalah jihad, mencegah kemungkaran adalah jihad dan masih banyak jihad-jihad yang lain yang tidak layak untuk di jadikan sebagai tersangka teroris. Atau bahkan mungkin kelompok tukang tangkap ini bisa juga di jadikan sebagai teroris karena menebar teror di masyarakat yang sudah nyaman berkehidupan. Semua takut, saling curiga, saling tuduh dan suudzon antar sesama ummat hanya karena kata yang bernama JIHAD.

Alqur’an yang seharusnya dijadikan pegangan semakin lama semakin masuk dalam perpustakaan terdalam tanpa disentuh banyak orang, banyak orang menghafal alqur’an tapi tidak tahu maknananya, banyak orang tahu makna alqur’an tapi tidak mengamalkan. Apakah seperti itu masih bisa dikatakan sebagai orang islam. Kalau kita tahu cara mencuri dan kita tidak mencuri terus kita dikatakan sebagai pencuri? Maka hal yang sama juga berlaku bagi kita yang tahu islam tapi tidak pernah menjalankan, menjalankan tapi tidak sepenuh hati bahkan di selingi dengan bid’ah dan maksiat, apakah kita layak disebut sebagai orang muslim? Wallahu’alam bishowab.

Wonosobo, 29/04 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dan ternyata ada yg bilang, bahwa orang kelahiran 80 keatas tidak percaya dengan sekolah ( kurikulum ) saat ini. Makanya anakku ga sekolah, tapi belajar dirumah hihi

29 Apr
Balas

Untuk mengubah paradigma itu tidak mudah. Mulai dari anak kita sendiri. Dan syiarkan....didikan anak disekolah bernuansa agama contoh pesantren ternyata membuat kita sbg orang tua sekaligus pendidik lebih siap menjalaninya. Berani taruhan....

29 Apr
Balas



search

New Post