Layu Sebelum Berkembang
Gue Altarizo Radian. Hari ini hari perpisahan sekolah gue, gue mempunyai harapan besar di hari ini. Gue sangat ingin menyampaikan isi hati gue kepada seorang perempuan yang tanpa gue sadar telah masuk entah sejak kapan dan bertengger di sana. Gue ngerasa hidup gue hampa jika satu hari saja tidak berbicara dengannya.
Hari ini akan menjadi hari bersejarah buat gue. Tadi gue udah bicara kepadanya untuk bertemu dengannya di sini, nanti ketika acara perpisahan telah selesai gue akan bertemu dengannya di sekretariat tercintanya.
Namanya Queen, seseorang yang tidak sadar diri bahwa sudah menjadi rebutan oleh beberapa lelaki di sini, tapi gue yakin, gue dan Queen bisa bersatu, gue sangat yakin dia akan menerima gue.
Gue dan dia sudah banyak melewati masa suka dan duka serta sudah mengetahui satu sama lain kepribadian masing-masing. Apalagi setelah dia putus dari pacarnya yang brengsek itu, yang selama ini gue yakini menjadi penghalang terbesar antara gue dan dia.
Queen tak pernah mencintai Kien, lelaki pengecut dan tak tau diri itu. Sudah untung di jadikan pacar oleh Queen, walaupun gue yakin Queen menerimanya bukan karena cinta. Gue yakin itu, karena ketika dia diputuskan oleh Kien, gue tak melihat sedikitpun rona sedih diwajah Queen, tetap saja Queen dengan keceriaannya.
Queen, Lo harus menjadi milik gue, seluruh sekolahpun tau kalau gue dan Queen itu cocok dan hampir semua orang bilang, disekolah ini sepertinya Queen hanya lebih sedikit terbuka dengan gue. Jadi, tidak salah kan kalo gue sedikit merasa berbesar hati, kalau orang yang gue inginkan ini hanya akan menunggu pernyataan cinta gue?
Hari inipun dia terlihat cantik, beda dari pada biasanya. Malah gue tak menyangka pakaian yang dipakainya terlihat serasi dengan yang gue pakai, membuat gue makin yakin kalau dia sengaja mencari baju yang bisa disamakan dengan baju gue. Gue merasa sebentar lagi akan menjadi raja dan ratu dengan Queen.
Tunggu, itu siapa yang mengendap-endap menutup pintu ruangan kepala sekolah, bisa berabe kalau ketahuan buk Mulya. Aku harus melihatnya,
Queen? iya itu Queen, astaga bahaya, kepala sekolah yang baru saja turun pentas sepertinya menyadari kelakukan Queen. Astaga untuk apa buk Mulya membawa balok kayu besar itu, tidak Queen dalam bahaya.
"Awaas Queen." Teriak Gue.
Sekencang teriakan gue, sekencang itu juga Queen melakukan gerakan untuk melindungi dirinya. Dia dengan berani memelintir tangan Buk Mulya, kepala sekolah kami. Benar-benar tak bisa gue percaya, gue saja belum tentu berani melakukan itu, huh, ternyata gue pengecut. Astaga, pantaskah gue? Sebaiknya gue membantunya dulu. Buk Mulya yang terbentur keras ke pintu tadi sepertinya kehilangan tenaga untuk bergerak.
Tanpa aba-aba, semua orang pun berkumpul ke tempat kejadian, gue panik, apa yang harus gue lakukan. Wakil kepala sekolah, pak Kusno pun menghampiri dengan amarah yang sangat terlihat dari raut wajahnya.
"Apa-apaan Kalian? Kurang ajar sekali perilaku kalian?!" Geram pak Kusno kepada kami.
Gue lihat Queen akan menjawab, namun Queen tertegun karena tiba-tiba seseorang yang memakai jas putih dan celana putih slim fitnya, stelannya berbis biru tua, serta memakai dasi biru tua, kacamata reben hitamnya menambah ketampanannya. Kenapa pria ini bisa membuat Queen seperti terpesona begitu, tidak seperti biasanya yang tak pernah ngeh dengan ketampanan seseorang, atau Queen mengenalnya? Astaga, gue lihat sekeliling gue, ternyata semuanya telah terhipnotis olah pria ini.
Tunggu, tunggu Rasanya gue mengenal pria ini. Zen, iya dia Zen. Mengapa dia bisa muncul di sini?
"Maaf Bapak-Bapak Ibuk-ibuk, Saya rasa kalian bisa mendapatkan penjelasannya nanti setelah berada di kantor polisi, sebentar lagi polisi akan datang." Ucap Zen dengan sangat berwibawa dan penuh percaya diri.
Apa maksudnya, gue sungguh tak mengerti. Sebenarnya ada apa?
"Zen?" Tiba-tiba Queen mengeluarkan suara.
"Iya Sayank, ini aku. Ternyata dengan High Heels ini tidak mebuatmu susah untuk membela diri ya, hahaha, kamu terlihat seksi sayank" Kata Zen lagi dan sekarang sambil mengelus manja kepala Queen.
Sayang? Apa, apa maksudnya? Dan Queen biasanya akan marah jika diperlakukan seperti itu. tetapi, loh, loh, kenapa malah wajah Queen jagi nge-blush begitu?
Apa Queen dan Zen? Tidak, tidak mungkin ini terjadi. Zen sangat membenci Queen dan Queen juga tidak pernah mendapatkan perlakuan baik dari Zen. Lalu, lalu apa yang sedang gue lihat ini. Kenapa? Kenapa bisa beginiiii....
Dengan lunglai dan hati berkecamuk gue harus ikut ke kantor polisi untuk menjadi saksi berhubungan dengan hal yang terjadi di sekolah gue. Polisi yang datang tadi menemukan banyak "barang haram" di sekolah gue.
Dalam perjalanan dalam mobil ini, gue bergabung bersama guru yang lain. Sedangkan, Queen dan Zen pisah menggunakan mobil Zen. Jujur hati gue tak tenang, pikiran gue cuma tertuju dengan hal yang tadi terjadi di hadapan gue.
Zen dan Queen, apakah benar mereka telah berpacaran? Apa hal yang tidak gue tau tentang Queen? Bagaimana dengan harapan gue tadi? Apakah hanya akan sampai di sini.
Gue terlalu cepat mengambil kesimpulan, gue merasa hanya gue yang sedang ditunggu oleh Queen, gue melupakan bahwa Queen juga mempunyai kehidupan diluar sekolah. Ukkkhh.....
Kenapa gue harus merasakan hal seperti ini, seakan gue merasa perasaan gue harus "layu sebelum berkembang"?
Apakah Gue tak bisa bersamamu? Queen?
END
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Karya pertama yang menawan......
syukron buk @debi, mohon krisannya untuk kedepannya
Cerita remaja ya bu,? tapi tetap keren kok dibaca ibu ibu sprti saya,hehe
Hehehe, ya buk, alhamdulillah, maaf baru liat komentarnya. Tenggelam heheh, syukron sudah singgah buk