Yolla Yulandhini

Hobi membaca sejak kecil, Enid Blyton adalah penulis favoritnya. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Romansa di Tengah Gerimis

Tantangan hari ke-24

Suara deru motor terdengar halus di telinga. Gerimis yang sejak sore tadi mengguyur kota tak menyurutkan niat kami untuk keluar rumah. Berboncengan di tengah gerimis di malam Minggu dengan seseorang yang dikasihi, seperti aku berada di novel-novel romantis yang sering dibaca. Dingin yang menusuk kulit semakin mengeratkan pelukanku pada pinggang laki-laki yang sudah sebelas tahun membersamaiku.

“Rahman,” ucapnya lembut sambil mengulurkan tangan.

“Amelia,” jawabku malu-malu seraya menjabat tangannya.

Suasana Sabtu sore di café rumput yang terletak berseberangan dengan Kebun Raya Bogor sangat ramai. Banyak pasangan muda mudi yang sedang nongkrong. Aku diajak Meta kesini, dan sekarang Meta berangkat dengan pacarnya meninggalkan aku dengan cowok keren di depanku. Ehem lumayan kerenlah.

Mentang-mentang aku jomblo seenaknya saja kenalin aku ke teman pacarnya.

“Kuliah dimana?” tanyanya

“PGTK.”

“Oh, calon guru dong,”

Aku hanya membalas dengan senyuman. Bingung apa yang mau dibicarakan. Hanya suara musik yang mengalun menemani kami.

“Mau saya antar pulang?” tanyanya mencairkan suasana setelah hampir lima belas menit kami berduaan. Dari tadi kami asik dengan hp masing-masing.

“Engga usah, terima kasih,” ujarku malu seraya beranjak dari tempat duduk.

Langkahku terhenti ketika sampai di luar café. Tak ada satu pun angkutan umum yang berhenti. Semuanya penuh dengan penumpang.

“Mari saya antar pulang saja,” suara itu terdengar jelas di belakangku.

“Iya,” hanya itu yang keluar dari mulutku.

Segera aku mengekorinya menuju parkiran motor. Ada perasaan tak menentu di dadaku. Takut kalau laki-laki ini akan berbuat jahat padaku. Tapi ucapan Meta berusaha aku percayai.

“Rahman orang baik, dia berniat mencari istri. Negara saja dia jaga apalagi wanita,” ujar Meta tadi pagi ketika membujukku berkenalan dengan seorang abdi negara.

“Ini,” ujar Rahman menyodorkan helm padaku.

Kuambil helm dan memakainya, segera aku mendarat di jok motornya.

“Bismillah,” desisnya. Dan motorpun melaju dengan kecepatan sedang.

“Rumahnya daerah mana?” suaranya tidak terlalu jelas kudengar. Kebisingan jalan raya di Kota Bogor di malam Minggu menutup suaranya.

“Daerah Bantarjati,” jawabku setelah lama mencerna pertanyaannya tadi.

Motor melaju mengelilingi Kebun Raya Bogor. Melewati tugu Kujang dan Lawang Salapan yang menjadi icon Kota Bogor. Baru setengah perjalanan tepatnya di depan Museum Zoologi, gerimis turun. Motorpun segera menepi.

“Bagaimana?” tanya Rahman, “saya tidak bawa mantel.”

“Lanjut saja, hanya gerimis ko,” jawabku.

“Yakin tidak mau berteduh dulu.”

Aku menggeleng. Kami pun melanjutkan perjalanan. Gerimis masih terus menemani kami hingga sampai di Bantarjati.

“Masuk,” ajakku setibanya di rumah.

“Terima kasih,” jawabnya

Ibu yang membukakan pintu, tertegun melihat aku pulang dengan laki-laki.

“Silahkan masuk nak,” sepertinya ibu bisa menguasai keadaan.

Rahman pun tersenyum dan melepaskan sendalnya mengikuti kami memasuki ruang tamu.

“Silahkan duduk, saya ke dalam dulu,” ujarku.

“Ehem,” ibu menggodaku seraya membuatkan dua cangkir teh hangat.

“Apa sih ibu, itu temennya Mas Eko .”

“Eko pacarnya Meta?”

“Iya,” jawabku sambil mengambil nampan dan meletakkan dua cangkir di atasnya kemudian berlalu menuju ruang tamu.

Sejak saat itu, kami sering jalan berdua bahkan berempat dengan Meta dan Mas Eko. Itu pun jika Mas Rahman tidak bertugas. Aku memanggilnya Mas Rahman, perbedaan usia lima tahun membuat diriku merasa tak sopan jika hanya menyebut nama saja. Mas Rahman pun memanggilku Neng, supaya romantis katanya.

Maret 2009, hari bahagia kami. Mas Rahman resmi menjadi suamiku setelah tiga bulan kami mengenal satu sama lain.

Bermahar seperangkat alat sholat, beliau meminangku. Aura kebahagiaan terpancar di wajah kami. Menyongsong masa depan yang terbentang di pelupuk mata.

“Neng bangun, sudah sampai,” ucapan Mas Rahman membuyarkan lamunanku untuk kembali ke dunia nyata. Gerimis masih belum reda, romansa di tengah gerimis seperti awal pertemuan kami.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa. Salam sukses dan salam Literasi

04 Nov
Balas



search

New Post