Yolla Yulandhini

Hobi membaca sejak kecil, Enid Blyton adalah penulis favoritnya. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Semangkuk Mie Rebus

Semangkuk Mie Rebus

Tantangan hari ke-15

“Mas, nih mie nya dah mateng!” seru Ayu memanggil suaminya yang sedang asik menggergaji bambu untuk tempat makan ayam-ayam peliharannya.

“Siapa yang mau mie?” Bagas balik bertanya.

Ayu yang baru selesai masak sontak merengut. Ingin rasanya dia lempar semangkuk mie panas ke muka Bagas. Bukankah sejam yang lalu dia meminta mie rebus pakai telur dan cabe rawit.

Ayu mengambil mangkuk mie yang tadi dia taruh di meja dapur, lalu membawanya ke halaman belakang rumah dan menumpahkannya ke kandang ayam milik Bagas.

Sejak kejadian itu, Ayu berdiam diri tidak menyapa Bagas. Dia memilih tiduran menemani Amira dan Amora, putri kembarnya tidur siang.

Bagas yang baru selesai membuat tempat makan ayam keheranan melihat ada mie yang berceceran di kandang ayamnya. Dia teringat dengan mie buatan istrinya tadi.

Tadi dia memang berbicara dengan istrinya tentang mie rebus yang enak jika dimakan di siang hari pakai telur dan cabe rawit. Tapi itu hanya obrolan saja bukan berarti Bagas ingin makan mie rebus.

Bagas segera masuk ke dalam rumah dan menemui Ayu yang sedang tiduran.

“Mah, tadi mie nya di kasihkan ke ayam bukan?”

Ayu tak menjawab, dia masih kesal dengan suaminya. Di tengah kesibukannya mengurus dua balita kembarnya yang sedang rewel. Dia baru sempat memasak mie setelah anak-anaknya beranjak tidur siang. Berlari ke warung membeli mie instan, sawi dan telur. Lalu segera memasak untuk suami tercinta. Tapi bukannya dipuji hasil masakan istrinya. Disentuh dan dilihat pun tidak. Istri mana yang tidak akan terluka hatinya.

“Maaf ya mah, dikira tidak dibuatkan mie,” ucap Bagas sambil memandangi punggung istrinya.

Ada sesal di hati Bagas. Mengapa tadi dia menjawab seperti itu. Apa salahnya tadi dia memakan mie rebusnya.

Bagas tidak tahu kalau penolakannya tadi telah membuat air mata Ayu menetes. Ayu yang tidak pernah diperlakukan kasar oleh suaminya, merasa ucapan Bagas tadi begitu menyakitkan. Tidak bisakah Bagas menghargai sedikitpun usaha untuk menyenangkan suaminya.

Kalau pun Bagas tidak mau memakannya, dia bisa membawa mangkuk mie rebus itu ke kandang ayam dan membuangnya. Paling tidak tanpa sepengetahuan Ayu.

Padahal Bagas sering mengingatkan istrinya untuk selalu menerima pemberian orang lain berupa makanan. Suka atau tidak suka selalu diterimanya.

“Kasihan yang sudah masaknya, kalau disimpan buat besok nanti keburu basi,” itu yang selalu Bagas ucapkan jika mendapatkan makanan dari tetangganya.

Walau pun sudah larut malam dan perut sudah kenyang. Ayu akan berusaha memakannya demi menghargai jerih payah tetangganya

Akh Ayu memang baper. Baper karena rasa cinta pada suaminya. Hal sepele yang membuat mereka berdua menyadari arti saling menghargai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya, Bun. Salam sukses selalu, Bun

27 Oct
Balas

Mantab cerpennya bu. Inspirasi seorang suami yang selalu mengajarkan suatu hal kepada istrinya, meski hanya soal makanan. Semoga sukses selalu. Salam literasi

26 Oct
Balas

Terima kasih pak

26 Oct



search

New Post