Di Jantung Kampung.Tantangan ke 174
Dirasa saat ini
Tubuh menggigil karena dingin
Meriang terasa panas dingin
Lelah menjadi demam
Bibir menjadi lebam
Berselimut tebal
Tak juga bikin kebal
Tubuh Tetap gemetar
Pemandangan jadi nanar
Gigil demam semangkin menjadi
Diam bak mengeram hati
Menggigil tubuhku diguyur rinainya hari
muka pucat pasi hampir mati
seperti sebuah film yang diputar
memori-memori kecil membuat hatiku bergetar
kemanakah aku harus mencari
Agar kembali berseri
menjadi obat penurun panasku, sekali lagi berseri
Seperti laut, yang melayarkan sepi
Datang obat penawar diri
mengaburkan kabar tentang
Semua ini
dendang lagu ditabuh
mengairi rindu yang menjadi-jadi.
cintaku pada bulan, bintang dan
langit yang tumbuh di jantung kampung
terbaca-baca luka seperti kias
di belantara aku hidup selarut gula
dalam kopi yang disajikan ibu untuk ayah.
kutanak sunyi berhamburan
ruang tamu, ruang tv,
semua yang menunaskan lelah terbakar sepi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi yang indah ibu.. Salam
Slam kembali bu...terimakasih sudah berkunjung
Puisi keren. Mantab. Salam literasi, salam hangat, jabat erat selalu.
Terimakasih pak....slam litarasi
Keren Yona..
Terimaksih buk was cantik