Pada bulan ini kami para anggota media guru di tantang dengan lomba yang mengingat kembali masa-masa sekolah dan kasih sayang dari seorang guru. Sekolah merupakan tempat dimana setiap individu yang berperan dapat belajar dan menerapkan nilai-nilai karakter. Bagaimanapun kondisi yang dimiliki kita selalu menantikan saat-saat dimana kita dapat bersekolah, kita berharap dapat belajar bermain, dan bertumbuh dengan rasa aman dan terlindungi.

Untuk mengenang jasa-jasa guru yang sudah bertahta di hati membuat kita membuka kembali lembar-lembar kisah kasih dari guru yang sudah terpahat di hati. Dimana saat akan menulis saja sudah terbanyang bagaimana kasih dan sayang mereka dahulunya pada saya, tampa terasa bulir-bulir bening ini menetes seakan berloma-lomba ingin berebut keluar melewati kelopak mata dang mengibas kerinduan akan sosok beliau.

Dalam hal kasih sayang dan keikhlasan, Guru bagai mata air yang tak pernah kering sekalipun dihantam kemarau panjang. Guru adalah satu-satunya sosok yang tidak pernah membeda-bedakan manusia. Di tangannya semua anak adalah sang juara, di matanya semua anak pintar, di dalam pikirannya semua anak adalah ladang amal yang tak pernah tandus.

Bagi seorang guru, sejatinya murid bagi mereka adalah sang guru. Dialah sebenarnya sang guru yang membuat guru memiliki kasih sayang tak berbilang dan kasihnya sepanjang hayat bagi siapa saja tanpa pembeda.

Sikap beliau selalu menjadi pusat perhatian bagi kami. Cara beliau bersikap dan bertingkah laku tanpa disadari akan ditiru oleh siswanya. Hal ini dikarenakan beliau adalah panutan bagi siswanya, beliau tidak pernah bertindak seenaknya dalam bersikap. Begitu juga dengan penampilan, suasana hati, dan masalah yang dihadapi di luar lingkungan sekolah pun, tak luput dari perhatiannya. Setiap hari akan selalu memastikan kami dalam keadaan gembira, senang, dan bahagia. Ia akan menjadi penghibur dan pemberi solusi ketika ada masalah yang tengah saya hadapi. Beliau akan berupaya mengorek keterangan. Kemudian memberikan kesempatan untuk mencurahkan isi hati.

Sikap kehati-hatian dalam memperlakukan kami di sekolah, selau bijak sana dalam mengambil kebijakan terutama bagi kami siswa yang lagi bermasalah, selau memhamggap Tidak semua kesalahan yang dilakukan siswa bisa diberikan hukuman fisik maupun verbal. Tergantung dari keslahan itu sendiri. BIsa diselesaikan secara kekeluargaan atau tidak. Karena kekeluargaan merupakan solusi yang tepat dalam memecahkan masalah dibandingkan dengan hukuman fisik atau verbal yang justru akan menambah masalah.

Masih terbayang indah Saat saya masih duduk di sekolah dasar, masih ada diingatan bagaimana bapak guru selalu menasehati saya, selalu memperhatikan setiap perkembangan yang saya alami, dan mengoreksi akan kelebihan yang saya miliki, beliau selalu memotivasi agar kemampuan yang saya miliki tersebut terus terasah dan terpupuk indah. Apalagi Saat akan mengikuti lomba mewakili sekolah, dengan semangat melatih dan membimbing dengan ikhlas. Tak cukup di sekolah, beliau akan menambah jadwal di luar jam mengajar. Demi saya agar bisa meraih prestasi yang gemilang.

Ucapan yang terlontar dari beliau dengan kasih yang tulus adalah doa yang mustajab bagi kami. Jiwa dan semangat beliau terpahat di hati hingga kini. Motivasi yang ditanamkan oleh beliau terus tumbuh subur dan semakin mengakar. Segala dorongan, harapan, dan doa-doa yang beliau berikan untuk saya adalah lembar-lembar kisah abadi yang membentuk pustaka hati. Untaian kata dan kalimat yang pernah terucap semakin hari semakin terpahat erat pada dinding nurani.

Kasih sayang beliau ditunjukkan dengan penuh cinta kasih. Senyuman senantiasa terpancar di wajahnya. Walaupun mungkin mengalami beban pikiran yang berat dan bergumul dengan perasaan batin.

beliau selalu bahagia manakala melihat keberhasilan kami. Manakala gagal akan tetap memberikan semangat untuk terus belajar dan berjuang. Kekalahan adalah kesuksesan yang tertunda, itu katanya.