Yona Evasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Hilmatnya Ramadhan, Indahnya Syawal. Tantangan ke 132
Hilmatnya Ramadhan, Indahnya Syawal

Hilmatnya Ramadhan, Indahnya Syawal. Tantangan ke 132

Bulan ramdhan telah berlalu dan syawalpun sudah menghampiri. Banyak hidangan yang tersaji di berbagai meja.apakah meja makan maupun meja tamu. Sebagai bukti bahwa bulan puasa telah berakhir pada hari ini. Satu syawal. Di pagi nan indah ,suara takbir, tahmid, juga tahli sendari menjelang magrib.

Setiap asma Allah disebutkan, bergetar hati ini sebagai petanda kita orang beriman, begitu yang tertera dalam alquran surat Al Anfak. Diucapkan berukang kali pun tetap saja menyesak di dada. Tanda bahwa rasa syukur tak bisa diingkari. Sebagai hamba , sebagai mahkluk tuhan nan lemah dan tak berdaya.

Lebaran tahun ini sangat jauh berbeda dari tahun sebelumya. Wabah telah merenggut secercah kebahagian nan kecil, yakni ibadah yang biasa dilaksanakan secara berjamaah. Shalat, sendiri di rumah. Mulai dari yang wajib hingga yang sunah. Semua dilakukan demi menhindari wabah yang terus saja bertambah serta membuat derita. Ratusan bahkan hingga ribuah orang tengah tertatih meregang nyawa menghindari keganasan corona. Si imut nan sangat galak.

Kita sebagai muslim meyakini bahwa ibadah tetaplah memiliki caranya. Bahkan kebiasaan yang dilakukan kemudian ada kendala tetap saja memiliki nilai ibadah dan InsyaAllah ada pahalanya.. kita sebagai pribadi muslim melihat wabah ini bukanlah sebagai halangan utama untuk menghidupkan syiar agama. Tilawah. Yarawih. Zakat. Hingga shalat Ied bisa dilakukan dirumah tampa kehilangan ruh utama yakni dekat dengan Allah Ajawajallah.

Ramadhan sekarang telah pergi. Syawalpun tersenyum indah. Saling bersautan menanyakan apa hasil sebukan berpuasa kepada para pelakunya. Apakah kita hanyut bersama tenggelamnya matahari disenja ini. Ataukah tetap bersinar seiring mentari syawal. Apakah tilawahnya sekencang ramadhan ataukah lemah kerena sudah tersentuh ketupat dan gulai opor. Serta rendang dan hidangan sambal nan lezat laianya.

Apakah qiyam seteguh tarawih ataukah beberapa rakaat terasa pegal-linu hingga encok merabah tungkai dan tempurung kaki. Semuanya menguji kembali apa yang telah kita tunaikan selama ramadhan. Bulan nan penuh limpahan ampunan. Keberkahan. Serta pahala.

Ramadhan bagaikan pujaan yang didambakan. Inilah mengapa generasi awal menemukan pase setiap kali berjumpa dengan ramadhan ini. Generasi yang mengharapkan surga yang seluas langit dan bumi. Setelah sebulan berpuasa. Tidak perlu merisaukan mempertahankan semangat berpuasa disebelas bulan berikutnya.

Setidaknya, diawal bulan syawal ada amalan yang jika ditunaikan pahalanya sama dengan berpuasa selama satu tahun. Apakah itu. Yakni puasa enam hari dibulan Syawal. Enam hari tentunya sperempat dari satu bulan puasa ramadhan. Porsinya jauh lebih singkat dibandingkan dengan satu bulan. Pahalanya yang didapatkan pun tidak sedikit, setara dengan satu tahun. Lantas mengapa terasa berat? Ini karena kita sudah merasakan serta mengeyam sarapan dipagi hari. Serta orang-orang tidak lagi berpuasa.

Warung makan yang menyediakan makanan enak tampil menyolok. Godaannya bertambah-tambah. Hanya kekuatan iman saja yang bisa menaklukan itu semua. Di bulan-bulan berikutnya, bertaburan amalan puasa sunah yang bisa menjaga semangat puasa ramadan. Sudah barang tentu, kembali kepada niat pelakunya. Pun amalan lain, seperti tilawah yang bisa khatam beberapa kali semasa ramadan di bulan lain tak perlu kendor, dengan berbagai alasan.

Selama ramadan pun banyak sebab bisa diungkap kalau ingin mengatakan bahwa sulit pula tilawah yang banyak saat itu. Lemas-lah, kekenyangan-lah, capek-lah, dan lah-lah lainnya. Nyatanya, semua bisa diatasi dan khatam beberapa kali. Betul, bahwa puasa ramadan mampu melumerkan dosa-dosa yang ada.

Sebagaimana makna ramadan sendiri yakni membakar. Sebab itu harapan bahwa sesorang tampil bersih setelah puasa sebulan penuh. Bukan berarti boleh untuk menambah dosa lagi sebelas bulan berikutnya. Dan itu malah menunjukkan ketidak suksesan merengkuh keutaman ramadan sendiri. Karena ramadan telah mendidik mukmin agar makin senang dalam beribadah kepada Allah.

Kira-kira itulah yang berkecamuk dalam diri setiap muslim bertemu dengan satu syawal. Sedih, karena menunggu satu tahun lagi bertemu dengan bulan yang istimewa, namun gembira menyambut ampunan Allah. Namun apakah diri ini telah berubah? Tercelup dengan ruh ramadan; atau kembali lagi mengenyam sajian enak yang terhidang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mohon maaf lahir dan bathin

28 May
Balas

Terimakasih buncan. Mohon maaf lahir bathin juga

27 May
Balas

Minal aidzin walfaizin

26 May
Balas

Mohon maaf lahir bathin bu

27 May

Mantap bun, Mohon maaf lahir dan batin

25 May
Balas



search

New Post