Yona Evasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Si Tangan Besi. Tantangan ke 149

Sejak Sekolah Menengah Pertama Nora hidup dalam lingkar broken home. Semenjak ibunya mengandung sembilan bulan, ayahnya menikah lagi dengan sepupu ibunya. Jiwa Nora tertekan, saat itu dia akan ujian akhir Sekolah Menengah Pertama, nyaris dia gagal ikut ujian. Ibunya yang penyabar, gadis desa yang sederhana menyabarinya. “Nak, jika kau sayang ibu, lupakan kelakuan ayahmu, berfokuslah pada pelajaran, biar nanti kau bisa mengganti air mata ibu”, ujar sang ibu sambil memeluk Nora dengan curahan air mata. Semangat Nora bangkit, seorang perempuan, Leni Hasan, tetangganya turut membangkit semangatnya.

Tetangga-tetangga Nora banyak yang mencibir Leni, yang selalu pulang lewat tengah malam. Ibu Nora tak mau ikut-ikutan menggosip Leni. Hubungan mereka seperti dua luka, yang saling membantu untuk menyembuhkan. Leni sangat perhatian dengan Nora terutama membantu biaya pendidikannya yang lumpuh sejak ayahnya menikah lagi. Ayahnya jarang menjenguk Nora dan adik-adiknya. Hati Nora perih, dia harus membantu ekonomi ibunya, agar adik-adik bisa bersekolah. Sepulang sekolah, dia gabung di terminal dengan preman-preman pasar. Ketika ujian akhir akan dilaksanakan, Nora memberanikan diri menemui ayahnya. Si ayah keluar kota. Nora memohon bantuan pada istri muda ayahnya. Bukan memberi tetapi dia diusir secara kasar, “pergi kau, minta tolonglah kau pada Tuhanmu”, kata istri muda ayahnya itu. Dengan hati yang luka, Nora kembali ke Terminal. Duduk termenung, bayangan kegagalan melanjutkan pendidikan gelap. Dia melangkah pulang ingin memohon pertolongan pada Leni tetangganya itu. Tiba-tiba terminal heboh, seorang perempuan muda, tergeletak dengan luka tusukan.

Nora menjauh, dengan angkot dia pulang ke rumahnya. Dia menemui Leni. Leni kaget tak pernah melihat Nora semurung hari ini, mukanya pucat. Nora menceritakan kesulitannya. Dengan ikhlas Leni membantu. Esoknya, beredar berita, perempuan yang ditusuk belati di terminal kemarin, istri muda ayahnya. pelakunya melarikan diri. Nyawanya tertolong setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit. Ayah Nora semakin tak memperdulikan anak-anak dan istri tuanya. Dia mulai main pukul pada istri tuanya, juga pada Nora jika meminta biaya hidup dan pendidikan. Seolah-olah dia bertangan besi. Hal itu selalu terbersit di hati Nora ingin melawan ayahnya. “Nak, tangan besi jangan lawan dengan tangan besi, lawanlah dengan sepotong lidi”, ibu itu menasihati Nora. Nora mengangguk dan kembali ke terminal. Dari situ nasib baik membawanya ke puncak karir di instansi penegak hukum.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah bu. Airmata berbuah bahagia

11 Jun
Balas

Alhamdulillah Nora bahagia.

11 Jun
Balas



search

New Post