ABU BERTEBARAN renungan
kita sering melihat abu yang bertebaran, disaat kita melihat abu yang bertebaran pasti kita ingat dari mana asalnya. kita mencari sumber abu tersebut namun kita bisa hanya menduga saja sebab secara kepastian sulit kita mendapatkannya. sifat abu tersebut pasti tidak jauh berbeda dengan dasar yang pertama jika abu hitam maka dasarnya pasti hitam jika abu putih maka tak lain dan bukan dasarnya pasti putih saja. kemana pun kita akan melihat keaslian abu tersebut tidak akan pernah bertukar. semakin kita cari dasar abu tersebut semangkin pusing kita sebab abu itu bertebaran begitu banyak hanya kita bisa pasrah dan menduga saja, namun ada kepastian sedikit jika abu tersebut masih satuy kelompok atau belum bertebaran. itu artian kita melihat abu tersebut lambat atu cepat jika cepat kita melihat abu berarti kemungkinan besar kita akan mengetahui dasar abu itu tapi jika kita lambat melihat atau kelihatan abu tersebut berati kita sulit mencari dasar abu itu. maka keberungtungan bagi orang yang melihat cepat abu itu namun kerugian lah bagi orang yang melihat abu itu terlambat. terlamabta dan cepat itu adalah soal waktu namunsekarang kita sudah melihat abu itu, bagaimana sifat kita melihat abu itu apakah kita akan mencari dasarnya atau akan kita b iarkan begitu saja dalam artinya tidak ambil pusing. sikap seorang yang jujue dan berani pasti dia akan berkomentar dan mengambil tindakkan disaat dia melihat abu itu setidaknya dia mengingatkan keteman temannya bahwa itu adalah abu.
Abu yang bertebaran tersebut menjadi barometer bagi kita kenapa abu tersebut bisa dia bertebaran tidak diam ditemapat pembakaran dan diseitar pembakaran saja. jiak kita fungsikan akal pastilah kita menjawab nbahwa abu tersebut dietrbangkan oleh angin mungkin kah kita menyalahkan angin ? atau kita menduga abu itu sifatnya tidak menentap sehingga dia akan mencari dan bertebaran apakah kita mmenyalahi sifat abu ? ataupun kita menduga abu itu sudah takdirnya baik dari segi warnahnya atau dari segi sifatnya munghkin kah kita menyalahai penciptaan abu? manusia akan selalu berfikir dan mencari solusi yang terbaik manusia tidak akan pernah menyerah dan mengatkan kami sudah puas. abu yang bertebaran saja bisa membuat kita terdiam sejenak belum bisa kita mengambilkeputusan, apalagi kita kiaskan dengan yang lainnya seperti keberhasilan seseorang kegagalan seseorang dan nasib seseorang. penulis disini akan menuliskan mentransfer ilmu kepada murid yang kita kisahkan seperti abu tadi...
Seorang murid kita pintar dan baik apakah gurunya yang baik dan pintar atau jiak murid kita bodoh dan jahat apakah gurunya yang bodoh dan jahat. kiat ambil abu tadi maka ini saling berkaitan abu hitam apasti berasal dari yang hitam dan abu putih pasti bersala dari yang putih namun sanggupkah kita mengatakan kepada diri kita jika kiat seorang guru bahwa murid nakal dan bodoh berarti gurunya yang nakal dan bodoh jika murid pintar dan baik mumgkin tidak masaalah. bolehkah kita mengatakan guru hanya mengajarkan dan mendidik saja soal keberhasilan allah yang menetukan ? atau kita guru mengtakan kewajiaban sudah berhasil tidak berhasil itu urusan dia .. ataupun kita berkata orang tuanya yang lebih tanggung jawab bagaimana anaknya tapi kita harus ingat orang tuanya sudah diserahkan kepada kita bahkan dia sudah diberikan uang atau gaji kepada kita baik melalui uang darimorang tua maupun melalui negara. kemana kah kita akan lari dalam kondisi ini seperti abu tadi biasakah kita lari bertebaran dan mencari sembunyi sembunyi supaya tidak kelihatan orang, maksudnya disaat pelajar mahsiawa yang bersalah maukah kita guru atau dosen disalahkan ? ini butuh renungan bagi seorang guru atau seorang pendidik, setiap pagi kita pergi mendiididik baik siswa maupun mahasiswa berbulan bulan bahkan bertahun bahkan smapai pulan tahun guru atau dosen kita panggul di pundak ini.
Abu yang baru bertebaran pasti kita bisa melihat dasrnya dari satu tempat, disini kita qiyaskan dengan baru saja kita mengajar seorang anak didik dari segi opan santun tatakarama akhlak dan budi pekerti namun belum sampai kita kekantor baru keluar dari lokal kelihatan anak kita yang kita ajari tidak tidak berakhlak atau berkata kotor, kejadian seperti ini maukah kita dikatakan sama dengan belaiu dengan artian kita juga tidak berakhlak,, ini pukulan yang mendalam untuk menjawabnya iya atau tidak. jika iya berarti kita sudah siap mental jika tidak berarti mental kita tidak siap. kita siap mental menjawab bahwa kita juga tidak beraklak sebab guru itu ditiru berarti kita sudah gagal mendidik. gagal disini banyak penilaian baik dari segi penyampaian atau dari segi pengamalan artinya kita hanya menyamapaikan saja namun tidak membuatnya sebab banyak guru ini menyamapaikan kepada muridnya bags namun dia tidak perbah dia buat apa yang mereka samapaikan. menyamapaikan dengan hati pasti diterima oleh hati namun jika menyamapaikan tidak dengan hati maka yang menrima juga dengan tidak dengan ahti masuk telinga klanan keluar di telingan kiri. yang baiknya menyamapaikan dengan hati dalam artian apa yamg klita sdamapiakan itu sudah kita perbuat dulu dan diterima juga dengan hati dalam artian murid tersebut hormat dan salut kepada kita. memang susah menjadi guru buak bicara saja bukan asal samapi materi saja berbeda sengan penceramah atau pendakwah yang sipendakwah asal samapi tugas selesai tidak ada penilaian tidak evaluasi tapi guru tetapakan membimbing anak didiknya samapai tuntas. maka dari itu samapaikan lah apa yamng telah kita kerjakan dan samapaikan lah dengan lubuk hatimyang paling dalam.
Seorang petani di sawh dia akan mendapatkan upah sesui dengan kerja yang dikerjakanya ada borongan ad juga harian namun kerjanya jelas sama juga dengan tukang dan buruh , coba kita bayangkan wahai guru sudah berapa kesesuin upah dengan uang yang telah kita terima. memang mendidi tidak bisa diukur sebagai mana diswah atau buruh namun setidaknya ada perubahan sikap dan ilmu yang didapatkan dari guru. perlu kita renungkan uang yang kita makan tersebut apakah sudah sesui dengan kerja yang kita kerjakan coba kita renungkan secra mendalam apa lagi jika kita bandinkan dengan buruh tani dan pekerjaaan borongan. seorang guru bukan pekerjaan sambilan seorang dosen bukan pekerjaan sambilan sebab yang didik adalah anak manusia untuk menceraskan kehidupan bangsa. biarlah kita banyak bekerja dan berfikir daripada kita tidak mau tau yang pentimg pagi masuk lokal sesui dengan jam dan pulang dan mendapat kan kegiatan sambil lainya di rumah kita tidak melihat hasilkerja kita tadi. ilmu memang dari guru namun jikanguru tersebut tidak sesui dengan rugi dan laba tentu kita akan berhutang dunia akhirat. menjadi guru harus dipersiapkan dengan matgang dan niat yag iklas sesui dengan palsafah bangsa kita guru pahlawan tanpa jasa.
Renungan bagi kita sebagai guru atau dosen, kenapa banyak kejadian hari ini guru guru yang struk yang sakit sakitan yang lumpuh yang kecelakaan bahkan ada yang menderita, kita bukan menyelahkan mereka tapi kenapa ini terjadi, padahal dia sudah berjuang dengan mati matian mencerdaskan anak bangsa. ini kita bawa kedalam renungan hidup kita jangan terjadi di dalam kehidupan kita ini. mustahil sesuatu itu terjadi tanpa sebab. ini boleh kita pergi kerumah sakit survai lah disana kebanyakan orang yang bekerja kurang sesuai dengan gaji yang dia terima.. semoga tidak terjadi di diri kita ini.... selamat hari guru baiarlah kita banyak bekerja gaji sedikit yang kita terima daripada gaji banyak yang kita terima namun kerja kita sedikit......
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar