SERANG –Tidak ada yang dapat membendung semangat guru-guru untuk mengikuti pelatihan menulis satu guru satu buku (Sagusabu). Pelatihan Sagusabu ini diselenggarakan untuk memfasilitasi guru-guru agar dapat menghasilkan karya tulis berupa buku. Selama ini kegiatan menulis masih identik dengan profesi wartawan, kolumnis, ataupun pengarang buku. Bagaimana dengan Guru? Sampai saat ini kemampuan menulis guru masih terbilang rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan Eko Prasetyo selaku pemateri, “Salah satu alasan diselenggarakan kegiatan Sagusabu dikarenakan oleh masih rendahnya kemampuan literasi guru. Hal ini dibuktikan dengan tingkat plagiasi guru yang terbukti sangat tinggi. Kebiasaan copy-paste masih melekat pada image guru.”

Kegiatan Sagusabu ini bertempat di Sport center Nurul Fikri Boarding School Serang. Lokasi kegiatan yang berada di dekat lembah dengan suasana yang asri membuat para guru semakin bersemangat dalam mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang dimulai sejak hari Sabtu, 18 Agustus 2018 sampai dengan hari Minggu, 19 Agustus 2018 sangat berkesan bagi para guru yang hadir, Rizky Abdulrahman Wahid salah satu peserta menyatakan, “Kegaitan ini sangat menarik, baiknya diadakan secara berkala”. Rangkaian kegiatan yang padat dan berlangsung sekitar 36 jam, tidak menciutkan semangat para guru dalam belajar menulis. Tekanan demi tekanan yang diberikan oleh Eko Prasetyo dan Mohamad Ihsan selaku pemateri tidak lain untuk memotivasi para guru agar semakin semangat menulis. Mohamad Ihsan mengatakan, “Semua bapak-ibu di sini bisa menulis, masalahnya mau atau tidak. Apa bapak-ibu perlu dipaksa untuk menulis? Bapak-ibu mau untuk dipaksa untuk menulis?”. Paksaan dan tekanan dalam menulis adalah suatu stimulus agar guru dapat mulai menulis, karena selama ini masalah utama bagi guru dalam menulis adalah memulai. (Yoga)