Yossa Rahmalia

Menulis memberi napas dan energi baru. Penyedia ruang untuk tidak berhenti bermetamorfosis. Mengulik alam dengan segala titik peliknya. 'Belajar untuk menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
GAJAK (Edisi Surat untuk Sahabat)

GAJAK (Edisi Surat untuk Sahabat)

Tantangan Hari ke-239

#TantanganGurusiana

***

“No struggle can ever succeed without women participating side by side with men.”

Tidak ada perjuangan yang dapat berhasil, tanpa perempuan yang berpartisipasi berdampingan dengan laki-laki.

(Muhammad Ali Jinnah)

***

Aku ingin memberimu warkat tentang seseorang yang telah membuatku memuhasabah diri hari ini, Sobat.

Namanya Marwan. Ia seorang yang cerdas, memiliki pekerjaan mapan, serba bisa, namun ‘sedikit’ arogan. Ia juga seorang yang mudah bergaul sebenarnya, bagi orang-orang yang tidak terlalu mempersoalkan arogansinya itu.

Ia menikah tidak lama setelah diterima bekerja. Istrinya adalah teman kuliah yang juga sama-sama diangkat sebagai pegawai tetap di kantor tersebut. Kehidupannya sungguh baik dan terkendali.

Dira, istrinya, seorang yang tidak terlalu banyak bicara. Ia hanya akan memberikan isyarat kecil ketika sikap Marwan sedang ‘tidak disukanya’. Atau akan mengatakan dengan nada lembut dan tegas, “Bang...”, di kala Marwan sedang ‘keluar jalur’. Selanjutnya, Marwan akan surut dan mematuhinya. Tanpa kesal dan paksaan.

Kehidupan mereka cukup tenang. Seorang anak laki-laki melengkapi kebahagiaan. Pada saat anak mereka berusia lima bulan, Dira meninggal. Kanker dikabarkan menjadi penyebab kematiannya.

Marwan goyah. Anaknya butuh ibu. Pilihan akhirnya jatuh kepada Wati, sahabat dekat Dira. Ia tidak wanita bekerja. Darinya, Marwan beroleh sepasang anak.

Setelahnya, masalah mulai muncul satu persatu. Marwan sering uring-uringan setiap kali Wati selalu lambat dalam mengerjakan sesuatu. Atau ketika rumah berantakan berhari-hari tanpa ada keinginannya untuk merapikan. Marwan geram setiap saat mendikte hal yang harus dikerjakan istrinya itu.

Berikutnya, arogansi dan sikap kasarnya kian menjadi. Berulang, Wati dan anak-anak mereka menerima pukulan yang melukai. Wati hanya akan diam menyaksikan semua. Termasuk di saat salah seorang anak disuruh makan di luar rumah oleh Marwan. Selama berbulan-bulan.

Ada serentetan kekeliruan Marwan yang dibiarkan. Tanpa bantahan dan koreksi. Hingga kini, rumahnya adalah gudang hardikan dan kemarahan.

***

Apa penilaianmu, Teman?

Ada dua kehidupan dengan dua perempuan yang dilewati Marwan. Dua hidup itu melahirkan dua kepribadiannya yang berbeda. Ini bukan tentang finansial dan jabatan, Sobat. Tidak ada yang berubah dalam hal itu. Namun tentang gajak atau kiprah seorang perempuan.

Betapa ternyata seorang perempuan harus tampil menjadi si serba bisa, punya wibawa, dan dengan multikepribadian. Hadir menjadi kesatria dengan berbagai ‘warna’ pada masa yang dibutuhkan. Pahlawan dan alarm bagi anak dan suami.

Mengarungi hidup dan biduk rumah tangga, membutuhkan tips dan kiat. Keunikannya membuat seorang istri atau ibu harus cerdas, tegas, dan bijak. Perasaan dan kelembutannya harus menjadi penyeimbang logika yang mendominasi suami. Ketegasan dan kasih sayangnya mesti menjadi pengendali labilnya si buah hati.

Diam dengan hampa di saat keadaan berantakan, akan mengempaskan biduknya ke kerasnya karang. Sebagian penumpang, barangkali akan terlempar dan terluka. Tentu perlu waktu, menata dan berjuang untuk bangkit kembali setelahnya.

Sementara, ‘tarikan’ pada saat tali layangan mesti diulur, akan mengakibatkan kenur putus dan layangan lepas. Berarti, perempuan pemilik rumah tangga, harus tahu waktu untuk bersikap. Kapan ia harus mengulur, dan kapan ia mesti menarik kenur.

Pencipta telah anugerahkan laki-laki dan perempuan dengan kelebihan dan kekurangan. Rumah tangga adalah wadah untuk menyempurnakan. Melengkapi dan mengisi.

Kodrat itu mengisyaratkan bahwa wanita mesti bersuara. Secara verbal dan nonverbal. Dengan kecerdasan dan kehalusan budi.

Generasinya butuh rel untuk berjalan. Imamnya butuh alarm untuk bergerak. Lingkungannya butuh cermin untuk berkaca.

Perempuan harus bisa mewarnai. Jangan hanya puas menjadi pengekor yang tak berpikir. Atau menjadi abdi yang tidak punya hak sebagai pengendali.

Pepatah memang mengatakan bahwa diam itu emas. Namun emas itu akan menjadi arang ketika sebuah bom sedang bersiap untuk meledakkannya. Di saat itu, ‘bicara’-lah yang akan menjadi emas, Sobat.

Marilah menjadi perempuan yang cerdas, tegas, lembut, berakhlak, dan bijak. Karena dunia membutuhkanmu.

Semoga muhasabahku bisa engkau maknai, Sahabat.

Payakumbuh, 12 September 2020

Catatan:

gajak: kiprah; sepak terjang; tindakan; sikap;;

warkat: kabar; surat; isi surat;

muhasabah: introspeksi;

arogan: sombong; congkak; angkuh; mempunyai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap suka memaksa atau pongah;

kesatria: orang (prajurit, perwira) yang gagah berani; pemberani;

kenur: benang layangan; tali; benang besar;

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makasih utk santapan bergizinya hari ini

13 Sep
Balas

Terima kasih juga telah mampir, Bu. Selamat berakhir pekan. Barakallah.

13 Sep

Super sekali sa....

13 Sep
Balas

Sehat selalu, Rin. Maaf, belum bisa berkunjung. Salam untuk keluarga di sana. Barakallah.

13 Sep

Tulisan yang sangat inspiratif, terima kasih bu sayang sukses selalu salam literasi

18 Sep
Balas

Mantap Ossa...ibu suka baca tulisannya.

13 Sep
Balas

Belum rehat, Ibu? Selamat berakhir pekan. Sehat selalu. Barakallah.

13 Sep

Terimakasih bu, tulisan ibu sungguh sangat menginspirasi. Barokallah

13 Sep
Balas

Terima kasih juga telah mampir, Bu. Sehat selalu. Barakallah.

13 Sep

Selalu the best tulisan ibu...sukses selalu Bu

13 Sep
Balas

Sukses juga, Bu. Selamat berakhir pekan. Barakallah.

13 Sep



search

New Post