Tanpa disengaja ketika melihat dimedsos tepatnya difb salah satu teman. Terbacalah tulisan tentang pelatihan menulis buku yang diselenggarakan oleh IGI Jakarta bekerja sama dengan media guru. Awalnya tidak berminat, apalagi datang jauh-jauh ke Jakarta. Tetapi tulisan di fb tersebut terbayang dan terngiang di ingatan, ada perasaan yang bertolak belakang antara ikut atau tidak.

Beberapakali tulisan itu dipelajari. Akhirnya memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam pelatihan menulis buku tersebut. Saya berusaha mempromosikan agar ada kawan untuk berangkat ke Jakarta. Awalnya takut untuk menawarkan, takut diledekin (ngapin pelatihan mengeluarkan dana sendiri), masalahnya pelatihan ini biaya mandiri. Tetapi saya tidak putus asa. Mencobalah menawarkan kepada kawan-kawan guru, ibaratnya seorang sales ingin menawarkan barang dagangannya. Takut tidak laku.

Sekian banyak kawan-kawan yang dihubungi, Alhamdulillah saya bisa menggaet 6 orang kawan yang berminat untuk bergabung dalam pelatihan menulis tersebut. Mulai dari pendaftaran, tiket pesawat dan penginapan saya yang urus.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu tepatnya tanggal 20 Januari 2017 kami terbang ke Jakarta bermodalkan semangat yang besar, walaupun saat itu kami belum gajian. Biasanya kalau guru ikut pelatihan dengan mengeluarkan biaya sendiri ogah ah….tapi lain dengan kami, bahkan mengeluarkan uang jutaan yang dikeluarkan mulai dari tiket, penginapan dan makan selama kegiatan, demi untuk mendapatkan ilmu yang ingin digali dari nara sumber yang luar biasa.

Tidak dibayangkan bisa berjumpa dengan penulis muda dan hebat sebut namanya pak Eko alias pak erte. Memanfaatkan waktu yang singkat demi menggali ilmu tentang menulis buku. Maklumlah setelah tamat S1 idak pernah diasah untuk terus menulis, apalagi menulis buku.

Sebelum menuju tempat kelas menulis tepatnya di aula Kemdikbud, kami bingung untuk menggunakan kendaraan yang dipakai. Kami tahunya cuma taxi dan angkot. Kalau naik taxi muatan cuma 4 orang sedangkan kami ber 6 orang. Panitia menyarankan pakai grep. Bertanya dalam hati apa itu grep?. Ha..ha… ternyata mobil yang muatannya lebih banyak seperi avanza, innova, saya kira sejenis makanan. Lagi-lagi dapat penalaman.

Kelas menulis mulai dibuka, ada perasaan takut dan menggigil saat memasuki ruangan, apakah saya bisa untuk membuat buku. Setelah mendengar pengarahan dan paparan dari nara sumber (Pak Eko dan Pak Ihsan). Seakan – akan timbul semangat baru untuk mencoba. Setelah pengarahan dari Pak Ihsan, masing-masing peserta ditawarkan untuk menanda tangani sebuah spanduk yang mempunyai komitmen satu guru satu buku. Lagi-lagi menggigil dan cemas apakah saya bisa. Satu persatu peserta tampil menandatangani spanduk tersebut. Akhirnya saya pun maju untuk ikut serta menandatangani spanduk tersebut dengan nawaitu agar saya bisa.

Setelah pemaparan dari pak Eko. Masing-masing peserta di tantang untuk menulis. Awalnya menuliskan sebuah lingkaran yang besar. Isi lingkaran di tulis permasalah yang sedang hangat atau apa yang ingin ditulis. Selanjutnya membuat cabang-cabang dari lingkaran sebanyaknya. Akhirnya membuat sebuah paragraph. Banyak hal yang terjadi. Ada tulisan yang dimutilasi alias di beri tanda kuning, yang mesti diperbaiki. Sungguh luar biasa….berada dikelas menulis ini

Tidak sia-sia pengorbanan kami jauh-jauh datang dari Riau. Berharap di 2 mei mendatang akan melahirkan sebuah buku. Mudah-mudahan dengan pengorbanan yang besar juga akan menghasilkan buah yang besar juga.Amin…Sungguh perjalanan yang dahsyat.