Terkejut! Satu kata terlontar ketika aku becermin. Kerut seputar mata, tanda hitam seputar pipi, rambut yang sudah dwiwarna, itu semua kodrat alam yang mesti kulewati. Setengah abad lebih usiaku iini, namun aku merasa belum melakukan apa-apa. Masih banyak PR yang belum tuntas. Salah satunya membahagiakan ibu serta putri semata wayangku.

Ibu, usiamu telah renta. Walau matamu telah mulai memudar, namun kasihmu yang tulus tak pernah pudar. Pahit dan perihnya saat kau membesarkanku masih tersimpan dalam ingatan di benakku. Peluh dan air mata telah terkuras tuntas. Kita telah melewati masa- masa itu bersama. Tak lupa perjalanan yang indah saat kita mengunjungi tanah suci pun telah kita nikmati bersama. Namun semua itu belum membuatku merasa puas membahagiakanku. Aku masih ingin bersamamu dalam keikhlasan dan kesabaran.

Putriku bernama Ayya. Dialah putri semata wayangku. Sejak usia 2 tahun dia telah ditinggalkan ayahnya menghadap Sang Khalik. Aku berjuang sendirian saat membesatkannya. Sejarah terulang sama seperti ibuku membesarkanku. Pahit getirnya telah kurasakan saat membesarkan putriku. Seluruh peluh dan air mata telah tertumpah untuknya. Sebuah proses panjang telah mengantarkan putriku duduk di bangku pascasarjana saat ini. Perjalanan panjang masih harus kita tempuh. Begitu juga tugasku sebagai ibu belum selesai. Aku masih ingin mengantarkan putriku ke jenjang pernikahan. Berharap dia mendapat imam yg baik, agar aku tenang melepasnya. Semoga....

Ibu dan putriku, merekalah dua wanita curahan kasih sayangku. Aku berharap hari-hari ke depan kita penuh bahagia. Jangan lagi ada tangis. Kalaupun ada tangis itu adalah tangis bahagia. Itulah harapanku.....