Yoyo suharti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Mas Gimin Mendua ( Bagian 2)

Ketika Mas Gimin Mendua ( Bagian 2)

Ada yang membuat Mirah gerah beberapa hari ini. Setelah kesalahan Mirah yang lalu, kecemburuan yang tidak beralasan. Mirah cemburu dan menganggap Mas nya punya simpanan, ternyata hanya seekor burung Nuri, dan Mirah berjanji untuk tidak Akan mencurigai Mas nya lagi.

Mirah bahagia, menikmati hari-harinya bersama Mas Gimin tercinta. Walaupun Mirah dan Gimin belum dikaruniai anak, tapi mereka berdua masih seperti dua belas tahun yang lalu, sama seperti ketika dulu baru menikah.

Tapi itu kemarin-kemarin, sekarang ada yang membuat Mirah kembali cemburu. Berawal dari kedatangan Minul, seorang asisten rumah tangga di rumah Narti saudara sepupu Mirah. Minul genit dan kemayu menurut Mirah, kalau genit dan kemayu pada lelaki lain Mirah tak perduli, tapi ini pada Mas Gimin nya.

Minul sering lewat rumah Mirah untuk ke warung, beli keperluan rumah tangga. Lenggak lenggok Minul seperti sengaja didepan Mas Gimin, belum lagi kalau berbicara dan membalas sapaan Mas Gimin bicaranya seperti di manja-manjain, Mirah sangat gemas dan kesal.

Segala gerak-gerik Minul menjadi perhatian Mirah, bahkan Mirah sering mengintip dari gordyn jendela apa saja yang Minul lakukan. Memang rumah Narti terlihat dari rumah Mirah, dan Mirah bisa melihat ketika Minul mengepel, menyapu ataupun membuang sampah.

" Kemana Nuuullll... ?", terdengar suara Mas Gimin bertanya pada Minul ketika Minul lewat depan rumah Mirah.

" Beli gas pakdeee...." Kata Minul manja.. Hhhhh, Mirah ga kuat untuk tidak marah.

" Ehemmmmm...!!!!" Mirah sengaja, tapi terlihat Mas Gimin seperti tak tahu. Lihatlah, Mas Gimin seperti tak perduli padaku, gumam Mirah dalam hati. Mirah sangat marah.

Hal itu membuat Mirah sibuk, ditambah lagi hatinya yang panas. Seperti hari itu di hari minggu ketika Mas Gimin libur kerja, Mirah melihat Minul sedang menyapu didepan rumah Narti. Sesekali mata Minul melirik ke rumah Mirah. Mirah merasa Minul ingin mencari perhatian Mas Gimin, sedangkan diluar Mas Gimin sedang mencuci motor kesayangannya. Terdengar Mas Gimin menyenandungkan sebuah lagu tembang kenangan Broery Marantika..

" Mana pernah kutauuu'uuu,

Jatuh cinta padamuuuu,

Didalam hati ini sayang, hanyaaa namamuuu... "

Hati Mirah panas, Mirah merasa Mas Gimin bernyanyi untuk Minul.

" Stop mas..!! Jangan nyanyi..!!" kata Mirah keras. Gimin kaget, eehh, ndak biasanya Mirah kesal mendengar Mas nya nyanyi, biasanya Mirah malah menambahkan syair yang dinyanyikan Gimin. Tanpa banyak tanya Gimin langsung berhenti bernyanyi. Hmmmm., jangan-jangan kesambet, bisik Gimin dalam hati. Mas Gimin pun kembali sibuk mengelap motor kesayangannya.

Pagi itu setelah Mas Gimin berangkat kerja, Mirah berniat ke pasar untuk membeli keperluan hari-hari. Mirah pun naik angkot menuju pasar, pandangan Mirah keluar jendela menyapu jalan. Dan..?

Tiba-tiba Mirah melihat Minul dalam boncengan motor. Mirah memeluk erat pengendara motor itu. Cuuuuss...!!! Motor itu melaju sangat cepat, Mirah hanya melihat pengendara itu sama seperti Mas Gimin. Badan nya yang gempal, jacket dan helm yang digunakan juga sama seperti yang Mas Gimin punya. Tanpa pikir panjang, dirasuk rasa cemburu dan curiga Mirah meminta sopir menghentikan laju mobilnya dan Mirah langsung turun untuk pulang. sepanjang jalan nafas Mirah sesak, Mirah menahan rasa sakit itu. Awas Mas, lihat saja kalau pulang..ancam Mirah.

" Assallamuallaikum, diiiikkkk..? Mas mu pulang diiikkk..." Hmm, itu suara Mas Gimin. Mirah keluar dari dalam rumah langsung menyambut Mas Gimin dengan marah.

" Kamu tegaaa maas,. Kenapa Kamu tega sama aku..?!" teriak Mirah histeris.

Gimin sangat kaget, ada apa lagi ini?

" Tega kenapa dik? Mas mu ini sudah membuat salah apa..?" tanya Gimin tak mengerti. Akhirnya dengan menggebu Mirah menyatakan semuanya, kekesalan, kecumburuan, sakit hati, dan mengatakan bahwa mas Gimin ada main sama Minul, dan Mirah sudah menangkap basah tadi. Mas Gimin hanya bengong, terdiam dan tergugu, jadi ini yang membuat Mirah uring-uringan selama ini.

Sekuat hati Mas Gimin mengatakan bahwa apa yang dikatakan Mirah itu tidak benar, Gimin tidak pernah larak lirik sama Minul, tidak mencintai Minul, tidak ada main, apalagi sampai memboncengi Minul naik motor. Tapi Mirah malah makin menangis keras. Mas Gimin tidak tahu harus bagaimana lagi, hanya diam terduduk di lantai..

" Assallamuallaikum.. Mas Gimiinn? Yu Miraahh..", Ya Tuhan, itu suara Minul, Mas Gimin cepat dan bejalan keluar. Mas Gimin takut Mirah makin histeris. Dilihatnya Minul berdiri didepan pintu bersama dengan seorang lelaki, tubuh lelaki itu hampir mirip dengan Mas Gimin.

Mendengar suara Minul Mirah pun buru- buru keluar, ini saatnya aku mendamprat Minul, kata Mirah dalam hati dengan sangat emosi. Dan Mirah melihat Minul berdampingan dengan seorang lelaki.

" Yuuu.., " kata Minul polos.

" Yu Mirah, aku mau pamit, mulai hari ini Aku udah ndak kerja di Ibu Narti lagi. Ini Mas Domo suamiku mbak, Mas Domo ndak ijinkan aku kerja, aku mau pulang kampung.." kata Minul sambil menarik tangan Mirah untuk bersalaman..

Mirah terdiam, jadii..? Yang tadi berboncengan dengan Minul itu bukan Mas Gimin? Minul ternyata sudah punya suami..

Mirah menunduk, lagi-lagi Mirah salah..

Setelah Minul dan suaminya pulang, Mirah mendekati Mas Gimin, Mirah tidak tahu harus berkata apa. Kecemburuan Mirah berakar negatif, menjadikan Mirah pedas, sensitif, mencurigai, dingin, dan posesif. Terlihat Mas Gimin masih syok dengan celoteh Mirah yang menyakitkan tadi. Mirah diam, meraih tangan Mas Giminnya. Mirah cuma bersimpuh dibawah kaki Mas Gimin, tanpa kata...

( Bogor, 16 september'18)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mr Gim sahabatku ? Bun

17 Sep
Balas

Wah, benarkah pak WA Sutanto? Terimaksih sudah membaca cerpen ini.. Slam literasi.

17 Sep



search

New Post