Yudha Aditya Fiandra

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Al...

Selengkapnya
Navigasi Web
MAU JADI YOUTUBER PAK!
(Menyonsong Pendidikan 4.0)

MAU JADI YOUTUBER PAK!

Anda mungkin pernah menonton video cuplikan yang menampilkan Bapak Presiden Jokowi sedang membuka sesi tanya jawab berhadiah ketika menghadiri peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2017 lalu di Pekanbaru, dalam akun Youtube resminya, Presiden Jokowi pun mengunggah cuplikan menarik ini, pada saat penulisan buku ini, video tersebut sudah hampir mencapai 200.000 kali penayangan.

Ketika itu, Presiden Jokowi meminta salah satu anak untuk berdialog dengannya, seperti yang biasa beliau lakukan ketika melakukan kunjugan dalam beberapa kesempatan sebelumnya. Presiden Jokowi pun bertanya soal cita-cita anak tersebut. Anak itu bernama Rafia Fadila, atau akrab dipanggil Rafi, siswa kelas VI salah satu SD di Pekanbaru.

"Saya mau bertanya kepada Rafi, cita-citanya mau jadi apa?" tanya Presiden Jokowi.

"Jadi YouTuber, Pak.” jawab rafi dengan spontan sembari disambut meriah oleh hadirin yang mayoritasnya anak-anak.

"Pasti senang main YouTube (medsos)." kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi kemudian bertanya, apa alasan Rafi ingin menjadi YouTuber.

"Jadi YouTuber itu kalau banyak subscriber-nya, bisa menghasilkan uang." jawab Rafi polos

Bagaimana anda menangkap gejala ini, apakah ini hanya sebatas candaan saja? Apakah tidak waktunya kita sedikit berpikir ulang?, tidaklah mungkin candaan dibuat-buat seorang siswa sekolah dasar. Tingkah polos siswa sekolah dasar, sejatinya jauh dari rekayasa. Ya, itulah ungkapan hati Rafi yang sebenarnya, bahwa ia lebih tertarik menjadi seorang Youtuber atau lebih spesifik kita sebut saja content creator daripada menjadi seorang Presiden yang ada dihadapannya ketika itu.

Jawaban Rafi mewakili jutaan anak-anak Indonesia seumurannya, tidak percaya? Coba anda melakukan wawancara sederhana, coba lakukan hal yang sama, tanyakan kepada anak anda, murid anda, keponakan anda yang seumuran dengan Rafi. Saya sudah melakukannya, hasilnya dari beberapa anak pada jenjang SD dan SMP yang saya tanyakan pertanyaan ‘kalau udah besar, mau jadi apa?’, hampir 80% jawaban yang saya dapati adalah profesi-profesi yang pada zaman saya seumuran Rafi dulu, profesi ini tidak diminati, bahkan tidak ada. Menjadi youtuber, gamer, influencer, selebgram, blogger, digital artist. Namun masih ada sekitar 20% yang memiliki cita-cita konvensional seperti anak zaman dahulunya, menjadi dokter, polisi dan guru ada didalamnya.

Pergeseran minat anak-anak, dewasa ini memunculkan dua industri yang paling dominan diminati anak-anak dan remaja pada umunya untuk dijadikan profesi setelah mereka dewasa nanti. Ya, industri IT dan keuangan. Data ini muncul dari hasil survei yang diadakan platform jaringan profesional, LinkedIn.

LinkedIn melibatkan seribu responden pelajar dalam surveinya, dalam hal ini ialah pelajar usia 16 sampai 23 tahun dan juga melibatkan profesional muda yang mempunyai rentang umur diantara 25 sampai 36 tahun di Indonesia. Hasil survei menunjukan bahwa IT industri menjadi profesi paling populer diantara lainnya, menggeser posisi profesi sains dan teknik, namun menjadi wiraswasta tetap menjadi idola setiap lintas generasi.

Salahkah anak-anak kita memilih cita-cita kekinian, saya bisa katakan tidak salah. Teori sederhananya, anak-anak mempunyai kecenderungan meniru dan mengidolakan seseorang yang menurutnya keren dan ideal, hal demikian sudah lumrah. Teori tersebut apabila kita gunakan dalam kerangka pembahasan cita-cita anak jaman sekarang, kita akan menemukan nama-nama seperti Atta Halilintar, Ria Ricis, Raditya Dika dan nama lainnya, yang anak-anak kita sebagai pengguna Youtube secara aktif, akan sangat hafal nama-nama ini. Tidak bisa dipungkiri pula, bahwa menjadi seorang Youtuber saat ini, dianggap sebagai profesi yang sangatlah menjanjikan, tidak kalah seperti pekerja profesional lainnya. Rata-rata Youtuber terkenal menghasilkan jutaan rupiah hanya dari satu atau dua video yang mereka unggah ke Youtube.

kita bisa arahkan Rafi menjadi Youtuber yang menghasilkan content positif dan bermanfaat dengan penanaman konsep literasi digital sedini mungkin untuk anak-anak seusia Rafi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Anak pintar dan kreatif harus diarahkan dan diberi ruang untuk berkembang, sembari tetap didampingi sehingga bisa semakin memberi pengaruh yang positif. Barakallah, Pak Yudha, tulisan yang keren

01 Nov
Balas

Hehe, iya mbak fitri. Saat ini anak-anak kita sudah memiliki pergeseran minat yang cukup kuat, cita-cita mereka sudah berbeda dari kita dahulunya. Tentu cara mendidik juga sudah harus berbeda dan tantangannya juga sudah berbeda.

02 Nov
Balas



search

New Post