Yudha Kurniawan

Salah satu editor mediaguru. Senang eksplorasi wilayah baru. Menjadi tenaga volunteer di beberapa wilayah baru, Indonesia dan CLC Etania Sabah Malaysia. Menjadi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Hari Tanpa Belanja

Saya baru tahu kalau tanggal 26 November diperingati sebagai Hari Tanpa Belanja. Kok ada ya? Tidak disangka ternyata puasa belanja pun bisa menimbulkan hal penting pada komunitas dunia. Ternyata Hari Tanpa Belanja diperingati sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap budaya konsumerisme yang menjangkit umat manusia menjadi tamak dan rakus.

Tamak adalah sikap rakus terhadap harta dunia tanpa melihat halal dan haramnya. “Jika sifat rakus dibiarkan lepas kendali maka ia akan membuat seseorang dikuasai nafsu untuk sepuas-puasnya. Sifat ini menuntut terpenuhinya banyak hal yang menjerumuskan seseorang ke liang kehancuran,” kata Ibnu al-Jauzi rahimahullah.

Islam telah mengingatkan sikap rakus manusia ini jauh sebelum Hari Tanpa Belanja disosialisasikan. Khususnya dalam Quran Surat Fatir ayat 5, “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kalian dan sekali-kali janganlah setan memperdayakan kalian tentang Allah.”

Sementara Hari Tanpa Belanja dimulai baru pada 1993 oleh Adbuster, sebuah organisasi nirlaba yang berpusat di Kanada. Tujuannya meningkatkan kesadaran kritis konsumen. Kini Hari Tanpa Belanja telah dirayakan secara internasional di lebih dari 30 negara.

Bagaimana dengan Indonesia? Adakah warga negaranya memikirkan kembali beberapa pertanyaan sederhana. Apakah saya benar-benar memerlukan barang tersebut? Berapa banyak yang sudah saya miliki? Apakah saya sering memakainya? Berapa lama masa pakainya? Bisakah jika hanya meminjam saja dari teman? Bisakah saya melakukannya tanpa barang ini? Apakah saya bisa membersihkan atau merakitnya sendiri? Apakah saya bisa memperbaikinya? Bagaimana dengan kualitasnya? Berapa harganya? Apakah dapat digunakan berulang-ulang? Apakah barang ini ramah lingkungan? Apakah bisa didaur-ulang? Apakah barang ini bisa ditukar dengan barang lain yang sudah saya punya?

Memang belum populer di Indonesia, apalagi jika mengingat sifat konsumtif para masyarakatnya. Jika tidak bisa digunakan atau bosan tinggal buang. Beli dan beli sesuai keinginan bukan kebutuhan.

Nah, kalau mengenai keinginan dan kebutuhan seringkali saya juga kebingungan. Apalagi jika budget berlimpah. Kalau sudah begini, istri saya yang mampu mengingatkan untuk mengerem belanja. Ingat-ingat untuk ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta. Memahami bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik.

Bisa dicoba yuk.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post