Memaknai Hari Guru
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya.Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Tepat sekali rasanya saya mengingatkan kembali puisi yang sudah ditulis Dorothy pada tahun 1954. Puisi yang dipublikasikan di koran Torrance Herald di Southern California hingga kini masih terasa kuat pengaruhnya. Terutama pada pendidikan anak usia dini. Sampai tahun 1998, puisi ini telah diterjemahkan dalam 35 bahasa. Wow keren.
Sebagai bagian dari pendidikan, saya memilih untuk introspeksi ke dalam dibanding merayakan Hari Guru yang sedang berlangsung sekarang. 25 November menjadi hari bersejarah buat para guru. Tidak bisa dipungkiri, guru memberi peran yang luar biasa pada pendidikan kognitif, psikomotorik, dan afektif anak.
Mengantarkan anak menemukan dunianya bukan dunia sekarang. Dunianya kelak di masa mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang bertanggung jawab terhadap masyarakatnya, terhadap lingkungannya. Nanti pada saatnya tiba.
Puisi Dorothy Law Nolte sebenarnya telah menampar pendidikan yang salah kaprah diselenggarakan. Saya memahami guru bukan hanya profesi tapi sosok manusia dewasa yang menjembatani langkah-langkah anak sesuai dengan bakat dan minat. Memberi kesempatan indranya tersentuh kecakapan yang diinginkannya. Bukan sekadar berburu nilai yang tertera di dokumen penting, tapi keterampilan yang andalnya mengisi lapangan kerja bahkan membuat lapangan kerjanya sendiri.
Bagi saya, Hari Guru bukan tentang selebrasi tapi introspeksi. Sudah seberapa besar menorehkan keinginan bukan keterpaksaan pada anak? Sudah seberapa dalam menyelami kebutuhan mereka bukan kebutuhan guru atau orang tua? Sudah seberapa jauh memfasilitasi kemampuan belajarnya?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar