Yudha Kurniawan

Salah satu editor mediaguru. Senang eksplorasi wilayah baru. Menjadi tenaga volunteer di beberapa wilayah baru, Indonesia dan CLC Etania Sabah Malaysia. Menjadi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengingatkanku

Satu cerita dari buku yang saya edit mengingatkan pada masa-masa ketika anak-anak kecil. Saya membayangkan keruwetan istri saat itu. Saya juga membayangkan apa saja yang sudah saya lakukan. Apakah termasuk suami yang panik dan cuek bebek tidak peduli atau termasuk yang mengerti dengan kesulitan istri.

Ya, sepenggal cerita dari guru di Binjai telah menampar keras bahwa begitulah seorang istri yang baru melahirkan anak pertama dan anak-anak berikutnya dalam waktu yang tidak jauh jaraknya.

*****

Sekarang kerepotan adalah teman akrabku. Memanfaatkan waktu luang adalah keahlianku, Sedapat mungkin aku dapat melakukan semua amanah dengan baik. Amanah adalah kewajiban dan kewajiban akan dipertanggungjawabkan. Baik kewajiban sebagai hamba Allah, kewajiban sebagai anak, kewajiban sebagai istri, dan kewajiban sebagai ibu. Kewajiban sebagai ibu merupakan kewajiban terberat bagiku. Aku tak ingin menyalahi kewajibanku dan membuat hidupku berjalan sia-sia.

Berkunjung ke rumah orangtua adalah hal yang paling menyenangkan bagiku saat ini. Setiap ada kesempatan berkunjung, tidak akan aku sia-siakan. Suamiku tahu kalau hal itulah yang dapat membuatku lebih rileks. Jika dia harus menjaga ketiganya sekaligus, dia sendiri tak mampu bertahan lama. Mungkin menjaganya tiga puluh menit saja rasanya sudah kerepotan.

“Mi, ayo ke rumah opung,” katanya kepadaku.

Dia tahu betul aku sangat senang jika diajak ke rumah orangtuaku. Semua yang kukerjakan akan kuhentikan dan aku langsung bersiap-siap. Karena di rumah orangtuaku ada adikku dan kakakku yang belum menikah. Biasanya jika aku ke sana, mereka langsung ambil anak-anakku dan bermain-main dengan mereka.

“Ayo Bi, kami sudah siap,” kataku setelah aku mempersiapkan diri, anak-anak, dan semua kebutuhannya.

“Sudahnya Mi,” kata suamiku sambil masih menyelesaikan pekerjaannya membuat laporan.

“Ya sudahlah, lihat mereka sudah rapi. Ayo keburu pakaian mereka kotor lagi,” kataku karena anak-anak biasanya bisa bertahan rapi itu hanya sebentar saja.

Di usia ini anak-anak selalu bermain-main dan berhenti hanya karena mengantuk dan ingin tidur.

Suamiku segera menghentikan kerjanya, “Ayo kita berangkat”.

Dia menyadari jika kami menunggu lebih lama, dia akan membawa anak yang sudah tidak rapi lagi.

*****

Saya akhirnya mendiskusikan tulisan guru ini dengan istri. Membaca bersama keluhan wajarnya. Ada bulir bening di ujung matanya. Saya mencoba memahaminya. Oh, begitu ya perasaanya, pikir saya. Saya sungguh baru bisa merasakan setelah mengupas tulisannya.

Sebenarnya tulisan sederhana, tapi istri saya setuju seratus persen. Mirip dengan kisah kami di masa awal berkeluarga. Demikian juga harapan-harapannya seperti membaca tulisan sendiri, begitu istri katakan.

Masyaallah, saya kok baru tahu? Ke mana saja saya selama ini? Betapa luar biasanya istri saya. Saya akui sangat kuat di saat kami berkeluarga lepas dari orang-orang tersayang, seperti orangtua kami. Kami tinggal sendiri, berusaha mandiri dan dibuktikannya.

Terima kasih ya, Ma. Selama ini sudah menanggung beban yang luar biasa sebagai ibu muda. Maafkan saya yang baru paham tentang arti pengorbanan seorang istri. Semoga menjadi ibadah dan pahala yang berlimpah. Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post