“Tidak. Oh tidak, tidak. Kenapa jadi ada pekerjaan tambahan? Kegiatan saya jadi kacau.” Sarah terlihat panik sendiri.

“Sabar ya, Nak. Makanya kalau ada tantangan, segera diselesaikan sesegera mungkin. Jadi tidak menumpuk.” Ibu memberi saran.

“Harusnya bisa saya selesaikan semuanya, Ma. Biasanya juga begitu. Satu dulu kemudian menuntaskan lainnya. Tapi ini semuanya dalam satu waktu. Terpaksa dikebut nih,” gerutu Sarah.

“Oh begitu, ya.” Ibu mencoba memahami Sarah.

“Sekarang jangan risau. Energi positifmu akan habis kalau kamu uring-uringan seperti itu. Sekarang mulai susun rencana, ya. Coba lihat jadwal deadline-nya.” Ibu memberi saran lagi.

“Iya, Ma. Saya ngerti kok. Saya akan atur jangan sampai tabrakan,” celetuk Sarah sudah tidak menggerutu.

“Nah, pintar itu anak Mama,” puji ibunya.

“Setiap tantangan ada manfaatnya, kan. Jangan lupa pastikan jadwalnya.” Mama berujar kembali.

“Gak apa-apa dengan jadwalmu sekarang ini. Semoga dapat melatihmu pada kegiatan-kegiatan berikutnya yang lebih padat lagi. Mama percaya padamu.” Ibu mendukung Sarah.

“Iya, Ma. Sarah coba selesaikan nih. Semoga hasilnya maksimal dan memuaskan.”

“Nah gitu dong, anak Mama. Semangat.” Ibunya memberi dua jempol.