Sangkakala
Saya baru mengerti tentang sangkakala yang dimaksud tour guide di Museum Nasional.
Seperti biasa, saya selalu tertarik dengan pengetahuan kuno. Maka mengunjungi Museum Nasional memberi kepuasan tersendiri bagi alam pikiran saya. Mengapa demikian? Tidak lain karena pengaruh ayah yang suka bercerita.
Dulu semasa kecil, saya adalah anak yang paling merindukan ceritanya. Biasanya disampaikan sebelum tidur atau pada saat tertentu yang cukup luang waktunya. Ketika ayah bercerita maka gambaran-gambaran samar akan muncul di rongga kepala. Kemudian dilengkapi dengan adegan-adegan yang kian jelas dan semakin berwarna membentuk imajinasi yang semakin kompleks. Saya menyukainya. Saya menikmati setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. Seperti sedang berlayar di samudra lepas dengan mengikuti tiupan angin, kadang lembut kadang kencang. Ujung-ujungnya, saya tidak bisa lekas tertidur. Ayah pun demikian karena harus menjawab pertanyaan saya yang tidak berkesudahan.
Sangkha dalam bahasa Sansekerta adalah sejenis rumah siput atau semacam tanduk dalam arti lainnya. Menurut mitologi Hindu sebagai atribut dewa Wisnu. Bermakna terompet untuk membangunkan Kumbakarna yang tidur nyenyak dalam relief Ramayana di Candi Prambanan. Sementara, kala bermakna ditiup secara berkala. Pada zaman dahulu sangkakala biasa digunakan dalam saat tertentu. Seperti untuk meminta perhatian orang banyak atau ketika hendak mulai berperang mengumpulkan prajurit dan banyak lagi.
Sejak kecil saya mendengar kisah kiamat dari para ustaz yang menjelaskan dahsyatnya tiupan sangkakala itu, seperti dalam H.R. Ahmad dan Muslim, “Kemudian ditiuplah sangkakala, tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali akan mengarahkan pendengarannya dan menjulurkan lehernya (memerhatikannya). Lalu, tidak tersisa seorangpun kecuali dia mati. Kemudian Allah menurunkan hujan seperti gerimis. Kemudian tumbuhlah jasad-jasad manusia setelah disirami. Lalu ditiuplah sangkakala untuk kali berikutnya, tiba-tiba mereka bangkit dari kuburnya dalam keadaan menanti (hisab).”
Maka dalam pemahaman saya, sangkakala bukan sembarang terompet. Pastilah ada hal penting yang dihimbau untuk didengarkan segera. Berharap fokus memberi perhatian khusus pada berita yang akan disampaikan. Berita yang amat penting.
Saya menyakini bahwa cerita sangkakala menjadi pengingat tentang segala perbuatan. Baik dan buruk yang berada di sekitar kita. Boleh jadi kita pernah mencicipi keduanya. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk Tuhan yang lemah sekaligus kuat. Adakalanya tak berdaya, di lain waktu mampu menginspirasi.
Semua itu menjadi pilihan. Berjalan ke surga atau ke neraka sebagai kampung abadi kelak kita berada. Wallahu alam bishawab.
Kang Yudha
Sumber gambar: http://simpanangambarhakekat.blogspot.com/2014/04/sangkakala.html
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar