Asyiknya Main Pelepah Pisang (Mengenang Masa Kecil-Bagian 8)
Tantangan Menulis Gurusiana: Menulis Itu Asyik #51
#Tantangan Menulis 90 Hari
Mengenang Masa Kecil (Bagian 8)
Asyiknya Main Pelepah Pisang
Masih ingat terman bermain Anda sewaktu kecil? Nah, bila ingat apa saja bentuk permainan untuk anak laki-laki dan perempuan? Bila Anda masih mengingatnya mungkin saja yang ingin saya bagikan di dalam tulisan kali ini.
Bagi kebanyakan teman saya seusia saat itu, pelepah pisang jadi media alternatif populer. Bahkan tidak hanya pelepahnya, gedebok (batang pisang) pun bisa dibentuk jadi permainan yang mengasyikkan. Bentuk permainan berbahan pohon pisang ini di antaranya: senapan-senapanan, kuda-kudaan, dan rakit-rakitan. Modifikasi dari pelepah pisang paling banyak disukai karena selain ringan, bahannya gampang dicari dan tidak merusak batangnya. Lain halnya dengan gedeboknya, biasanya kami tebang utuh bila mana ada tandan pisang yang sudah matang. Nah, kalau ini pastilah diizinkan orang tua kami untuk ditebang.
Ibarat peribahasa yang menyatakan sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, kami pun membantu sekaligus bermain dalam waktu yang bersamaan. Setelah pohon pisan ditebang, kami pun diizinkan bermain “koboi-koboian” dengan menggunakan senjata mainan dari pelepah pisang. Juga, tidak lupa bentuk kuda-kudaan dan perlengkapan “perang” lainnya, misalnya topi-topian dari daun pisang yang sudah dibentuk mirip topi serta pedang-pedangan (tombak-tombakan) dan tameng. Bisa dibayangkan, kan? Pasti gagahnya. Apalagi dengan suara “indian-indian” dari Suku Sioux atau Suku Apache yang legendaris itu.
Pokoknya seru bila sudah terjadi perang-perangan. Seru suara orang indiannya, seru pula koboi yang menjadi lawannya. Sulit dijumpai permainan seperti ini dalam masa sekarang. Tapi, saya yakin ada beberapa daerah yang masih bertahan dan menjaga permainan tradisional daerahnya. Ciaat, Uuuuuuuuuu……serbuuuuuu!! Kami pun berpencar mencari “lawan” tanding yang masih bertahan. Permainan pun terhenti bila suara azan magrib berkumandang, pertanda kami harus bubar dan pulang ke rumah masing-masing.
Graha Bukit Raya I, 17 April 2020, 18.47
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ko sama pak saya kecil suka main tembakan pake pelepah pisang... Asyikk lah pak lanjut
Terima kasih, Bu.
Jadi ingat dr. Karl May. Suku Apache. Seru banget cerita masa kecilnya ya Mas Yudi.
Iya, Bu. Saya pun penggemar berat karya Karl May tersebut. Sekarang jarang didapat, termasuk buku langka. Terima kasih.
Masa kecil kita identik dengan alam. Alam mengajarkan kita banyak hal, termasuk berkreativitas. Senang membaca kisah Pak Yudi, jadi terkenang masa kecil.
Iya, Bu. Terima kasih.
Ini juga permainan saya waktu kecil, Pak. Ada lagi permainan lainnya. Pelepah itu bisa pula disayat kanan kiri kira-kira 10 cm. Terus digerakkan naik turun sehingga menimbulkan bunyi 'plak plak' begitu.
Iya, Pak. Terima kasih.