Parafrasa dalam Puisi (17)
Parafrasa dalam Puisi (17)
Meneroka makna puisi karya Sapardi Djoko D. melalui parafrasa
Sapardi Djoko Damono atau sering dipanggil SDD dilahirkan di Solo, pada tanggal 20 Maret 1940 dan mengakhiri hidupnya (meninggal dunia) pada tanggal 19 Juli 2020. Sebelumnya ia tinggal di Ngadijayan kurang lebih 500 meter dari rumah penyair WS Rendra, namun sewaktu kecil, Sapardi sama sekali tidak mengenal calon penyair WS Rendra.
Sapardi sering mengunjungi beberapa toko penyewaan buku di kotanya. Ia mengenal dunia rekaan yang diciptakan Karl May, Sutomo Djauhar Arifin, William Saroyan, Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis, dan lainnya.
Sapardi mulai menulis puisi sejak SMA kelas dua, dan waktu begitu cepat melesat. Sapardi melanjutkan belajarnya di Universitas Gajah Mada (UGM. Sewaktu menjadi mahasiswa, ia suka bermain drama, main musik, dan siaran tentang sastra di radio. Selain itu Sapardi pun giat menerjemahkan karya sastra, dan menulis puisi.
Lulus dari UGM, Sapardi bergegas menikah dan bekerja sebagai guru di Madiun, Solo, dan Semarang. Sapardi sempat belajar di Amerika, lalu pindah ke Jakarta pada tahun 1973. Pada tahun 1973 ia membantu pembuatan dua film semi dokumenter bersama Australian Film Commision. Film tersebut dokumentasi tentang dampak modernisasi bagi kehidupan keluarga di Bali dan Solo, masing-masing selama dua bulan.
(Diadaptasi dari sumber: https://www.sudutkerlip.com/2021/08/biografi-singkat-sapardi-djoko-damono.html-diakses Selasa, 7 September 2021 pukul 13:26)
Hujan Bulan Juni
(Sapardi Djoko Damono)
Tak ada yang lebih tabah Dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak Dari hujan bulan Juni Dihapusnya jejak-jejak kakinya Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif Dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan Diserap akar pohon bunga itu
(Sumber: dntimes.com/hype/entertainment/alfi-suwaima/puisi-terbaik-sapardi-c1c2/3-diakses Selasa, 7 September 2021 pukul 13:31)
Hujan Bulan Juni merupakan buku kumpulan puisi yang ditulis oleh Sapardi dari tahun 1964-1994. Karya yang juga diadaptasi menjadi film pada tahun 2017 ini, sukses menarik perhatian penonton. Tak heran, kumpulan puisi yang pertama kali terbit pada tahun 1994, semakin dicari-cari oleh para pencinta puisi.
Saya mencoba meneroka dalam parafrasa sebagai berikut.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah dari (pada) hujan bulan Juni(.) Dirahasiakannya rintik rindunya (nan menggebu-gebu) kepada pohon berbunga itu(.) Tak ada yang lebih bijak dari (pada) hujan bulan Juni(.) Dihapusnya jejak-jejak (lelah) kakinya(,) yang ragu-ragu di jalan itu(.) Tak ada yang lebih arif dari (pada) hujan bulan Juni(.) Dibiarkannya yang tak terucapkan (lagi)(.) Diserap akar pohon bunga itu(.)
Setelah diberikan tanda pertalian yang pas, menjadi seperti berikut.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah daripada hujan bulan Juni. Dirahasiakannya rintik rindunya nan menggebu-gebu kepada pohon berbunga itu. Tak ada yang lebih bijak daripada hujan bulan Juni. Dihapusnya jejak-jejak lelah kakinya, yang ragu-ragu di jalan itu. Tak ada yang lebih arif daripada hujan bulan Juni. Dibiarkannya yang tak terucapkan lagi. Diserap akar pohon bunga itu.
Batununggal Indah, 8 September 2021 13:44
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, Saa langsung ikut meneroka dalam pikiran saya tentang Hujan Bulan Juni. Barangkali di tulisan berikutnya muncul, ditunggu, Pak
Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi
Terima kasih, Pak. Salam sehat selalu.
Saya suka puisi Hujan Bulan Juni
Iya, Bu. Saya pun. Terima kasih, Bu. Salam sehat selalu.
Keren Pak Yudi, jadi lebih paham makna puisinya.
Terima kasih, Bu. Salam sehat selalu.
Puisi sang maestro Sapardi sarat akan makna. keren Pak
Betul sekali, Pak. Sederhana, tapi sarat makna.
Salah satu puisi yg pling sy suka
Pun saya, Bu. Terima kasih, Bu. Salam sehat selalu.
Keren dan memukau parafrasenya. Salam sukses.
Masih biasa-biasa saja, Pak. Hehehehe....Terima kasih, Pak. Salam sehat selalu.