Yudia Siska Anggraini

Aku adalah anak dari papa Sudirman dan mama Yuarnis. Kelahiran 1992. Aku biasa dipanggil Ika dari kecil oleh orang tuaku. Orang-orang yang sudah kenal dan dekat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Para Penggila Angka

Para Penggila Angka

“Apa-apaan ini? Menilai tidak dengan perasaan. Coba bawakan ke diri kita! Gali diri kita, bagaimana kita.” Suara sumbang itu terdengar hampir ke penjuru dunia, seakan dinding ruangan itu hampir terbelah dan menimpa seisinya tanpa sisa.

Di sebuah perusahaan di sudut kota tua itu, memang sering diadakan meeting untuk menyelesaikan suatu masalah, tapi tidak jarang juga beberapa pihak akan menimbulkan berbagai masalah. Merekalah penggila angka.

Angka yang menurut mereka bagus dan membenarkan yang salah. Direktur perusahaan itu berkata, “Kali ini kita harus bersaing untuk membuat perusahaan kita lebih maju dan mendapatkan proyek yang besar itu.”

Salah seorang dari karyawannya menyampaikan keluhan mengenai teknik dalam pengelolaan angka tersebut.

“Maaf bos. Ada salah seorang staf yang mendapatkan nilai kinerja yang sangat rendah, yaitu di angka 50.”

“Apa??? Cuma 50? Yang lain bisa tinggi, kenapa cuma dia yang rendah? Memang dasar bodoh!” Urat mata direktur itu hampir menjalar menjelajahi setiap dinding yang berdiri kokoh di dekatnya.

“Apa perlu saya panggilkan orangnya bos?”

“Segera!” Ucapnya dengan nada yang sangat ketus.

Setelah beberapa menit, datanglah wanita separuh baya itu menghadap di depannya.

“Permisi Bu. Apa Ibu memanggil saya?” dengan raut wajah yang masih teduh dengan senyuman manisnya.

“Tidak perlu basa-basi! Bagaimana bisa kamu mendapatkan angka lima puluh untuk bisa memajukan perusahaan kita? Kamu mikir nggak sih, semua akan menjatuhkan nama perusahaan sayà.” Tanpa perasaan, dengan santai direktur tersebut telah mempermalukan wanita tersebut di depan beberapa orang yang sedang mengikuti meeting.

“Tapi saya punya alasan yang bisa diterima Bu.”

“ Saya tidak peduli, kita harus bekerja untuk mengelabui pihak sana agar bisa memilih perusahaan kita sebagai partnernya.”

“Bagaimana caranya Bu?” tanya wanita itu dengan rasa takut yang tak diinginkan.

“Kamu harus membuat laporan dengan menaikkan angka tersebut lebih tinggi lagi. Saya tidak peduli bagaimana pun caranya.”

“Bukannya kita harus jujur dalam melakukan segala hal Bu? Apalagi hasilnya nanti kita gunakan untuk kebutuhan hidup.”

“Kamu mau mengajari saya tentang hidup? Kamu masih kecil. Saya sudah lebih dulu merasakan asam garam kehidupan.”

“Jadi, selama Ibu menjalani hidup berpuluh tahun, menjadi seorang direktur, bertemu banyak orang hebat, pembelajaran yang bisa bos temukan hanya tentang kebohongan?”

“Kamu makin berani ya sama saya? Saya ini bos kamu lho?”

“Saya tahu. Oleh karena itu, saya hanya ingin mengingatkan tentang sedikit kebenaran yang saya ketahui kepada Ibu. Sebelum Ibu makin tersesat.”

Adu mulut itu berakhir setelah karyawan wanita tersebut mengundurkan diri dari perusahaan yang telah lama menjadi tempatnya untuk mencari nafkah. Beberapa orang penggila angka yang tidak menyukainya menampakkan senyum kebahagiaan sembari bibir yang komat kamit melepas kepergian wanita itu. Begitulah seterusnya, dari generasi ke generasi, apabila rasa antusias itu berubah menjadi sebuah ambisi yang tak terkendali.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post