Yudia Siska Anggraini

Aku adalah anak dari papa Sudirman dan mama Yuarnis. Kelahiran 1992. Aku biasa dipanggil Ika dari kecil oleh orang tuaku. Orang-orang yang sudah kenal dan dekat...

Selengkapnya
Navigasi Web
PERAN ILMU PENGETAHUAN DAN ILMU AGAMA  DALAM MEMBANGUN INTEGRITAS

PERAN ILMU PENGETAHUAN DAN ILMU AGAMA DALAM MEMBANGUN INTEGRITAS

 

 

KATA PENGANTAR

 Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berjudul Peran Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Agama dalam Membangun Integritas.

 Karya tulis ilmiah ini ditulis berdasarkan data dan fakta yang diambil dari beberapa buku referensi, untuk mendukung pendapat penulis dan memudahkan penulis menyelesaikan karya tulis ini.

 Karya tulis ilmiah ini membahas tentang sebuah integritas akan dapat terwujud dengan baik, jika ada ilmu pengetahuan dan ilmu agama di dalamnya. Sebab, pengetahuan tanpa agama akan sia-sia dan integritas seseorang akan hancur seketika.

 Akhirnya, penulis menyadari segala kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan karya tulis berikutnya.

      Asam Kumbang, November 2020

 

Penulis

I. PENDAHULUAN

Ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu untuk menerangkan berbagai hal di bidang tertentu. Orang berilmu tentulah orang yang memiliki pengetahuan atau bisa disebut pandai. Ilmu dapat diperoleh dari pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam upaya mendewasakan diri melalui pembelajaran dan pelatihan.

Menuntut ilmu adalah perkara yang diwajibkan dalam ajaran islam. Dengan ilmu, seseorang dapat melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, berinovasi dan berkreativitas dalam hidupnya. Dengan berkarya dan berinovasi, seseorang mampu memberikan hal yang bermakna bagi dirinya dan orang lain.

Agama merupakan ajaran atau kaidah yang berhubungan dengan kepercayaan kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa dan yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lain, serta manusia dengan lingkungannya. Integritas merupakan wujud atau keadaan yang berkaitan dengan konsistensi suatu tindakan seseorang. Integritas berasal dari dari bahasa latin, yaitu “integer” berarti utuh dan lengkap. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran atau ketepatan tindakan pada diri seseorang.

Manusia diciptakan Allah saling berbeda dengan manusia yang lainnya. Di antara perbedaan itulah diciptakanlah akal pikiran yang bisa digunakan untuk berpikir dan mengembangkan teknologi canggih, seperti yang terlihat pada zaman sekarang. Namun, semakin canggih teknologi yang hadir, semakin banyak pula cobaan yang harus dihadapi manusia itu sendiri.

Saat ini dalam beberapa kejadian atau peristiwa telah banyak dan jelas terlhat, bahwa semakin merajalelanya seseorang yang kurang akan ilmu pengetahuan dan siraman rohani atau agama yang memadai. Semua kita tentu sudah mengetahui, bahwa ilmu pengetahuan dan agama adalah tonggak dan kekuatan untuk seseorang dapat menghadapi ganas dan panasnya persaingan di dunia.

II. PEMBAHASAN

Sebuah integritas akan terwujud dengan baik, apabila ilmu pengetahuan dan ilmu agama seseorang mampu berkolaborasi dengan baik. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa integritas itu dianggap sebagai kejujuran dan ketepatan tindakan pada diri seseorang dan juga berkaitan dengan konsistensi suatu tindakan tersebut.

Di saat seseorang tidak mempunyai ilmu pengetahuan, maka ia takkan mampu membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik. Mana yang pantas dan mana yang tidak pantas dilakukan. Ilmu tanpa agama takkan berarti apa-apa dan takkan bisa berjalan dengan baik, meskipun terkadang seseorang yang tidak percaya atau tidak meyakini adanya Tuhan pun juga mampu memperoleh kesuksesan yang luar biasa. Apakah semua terjadi sesuai atas kehendak Tuhan? Sudah tentu iya, karena Tuhan masih memberikan kesempatan terhadap orang- orang yang memiliki integritas atau karakter yang kuat untuk mencapai kesuksesannya. Namun, kita tak pernah tau apa dampak selanjutnya bagi kehidupannya nanti.

Masa sekarang, banyak sekali kalangan remaja, bahkan kalangan dewasa yang terperangkap dalam pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak semestinya mereka ada di dalamnya. Pergaulan yang menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga meresahkan banyak orang. Banyak contoh tindakan yang tidak berintegritas yang bisa diambil dari berbagai sumber. Dimulai dari hal sekecil mungkin, hingga hal yang sudah tidak patut ditolerir, di antaranya:

1. Seorang anak yang tidak mau mendengar nasihat orang tuanya

2. Orang tua yang tidak memperhatikan lagi kebutuhan anaknya dari berbagai hal

3. Seorang siswa yang tidak pernah memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran

4. Seorang adik yang tidak sopan kepada kakaknya

5. Seorang istri yang tidak pernah menghargai suami

6. Seorang suami yang tidak bertanggung jawab terhadap istri

7. Seseorang yang rela mencuri sesuatu yang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

8. Kecanduan obat-obatan terlarang dan sejenisnya

9. Pembegalan di tengah jalan atau di mana pun ada kesempatan

10. Tawuran antar anak sekolah

11. Berbohong

12. Perampokan

13. Perselingkuhan

14. Pembunuhan

15. Korupsi, dan sebagainya

Poin-poin di atas merupakan sedikit dari sekian banyak perbuatan-perbuatan yang tidak pantas dilakukan. Seseorang yang berintegritas juga harus memiliki kemampuan dalam beretorika.

Retorika adalah berbicara, berarti mengucapkan kata atau kalimat pada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia. (Hendrikus, 1991: 14)

Retorika juga bukan hanya sekedar mampu berbicara dengan baik dan lancer, tetapi juga harus memperhatikan tatanan kebahasaan dan memiliki etika yang sesuai. Banyak kejahatan yang terjadi saat ini hanya karena seseorang tidak mampu mengelola cara berbicaranya dengan baik, sehingga menimbulkan kesan yang tidak baik dan membuat si pendengar sakit hati. Dalam sebuah pepatah Cina dikatakan, “Orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak, tidak selalu berarti seorang yang pandai berbicara.” (Nasrul, 2010: 54)

Keunikan manusia sebenarnya tidak terletak pada kemampuannya berpikir, melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. (Suriasumantri, 2007: 171)

Dalam hal seperti ini, sangat diperlukan pendidikan dan agama untuk mencegah terjadinya permasalahan yang lebih besar. Penjelasan lebih lanjut tentang banyaknya remaja yang terjerat penggunaan obat-obatan terlarang atau narkoba dan sejenisnya, akan menyebabkan hadirnya peristiwa baru dan merugikan banyak pihak.

Kemudian peristiwa seorang anak yang mengalami guncangan batin, seperti hamil di luar nikah. Menjalin sebuah hubungan tanpa ada ikatan apa-apa sesuai aturan dalam agama, bahkan hal ini juga telah banyak dialami oleh anak di bawah umur, sehingga pendidikan mereka harus berhenti di tengah jalan dan tak tau arah tujuan.

Siapa yang pantas disalahkan atas keadaan yang terjadi? Orang tua, keluarga, para pendidik atau bahkan individunya itu sendiri yang bermasalah. Semua kembali lagi kepada integritas atau karakter kuat seseorang yang dilandasi dengan ilmu pendidikan dan agama. Orang tua adalah manusia pertama yang dikenali anak sejak pertama lahir melihat dunia ini.

Oleh karena itu, orang tua tidak hanya dituntut untuk memberikan kehidupan yang layak dalam segi material saja, tetapi juga seluk beluk tentang pendidikan dan agama agar seorang anak tersebut mempunyai pribadi yang berintegritas.

Pendidikan adalah satu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang, sehingga mencapai kualitas hidup yang diharapkan. (Mudyahardjo, dkk, 1997: 4)

Definisi lain agama yaitu peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan, maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan. (Nasrul, 2010: 32)

Dalam Al-quran surat Ali Imran, ayat 112 dijelaskan, bahwa:

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali agama Allah dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.”

Berdasarkan terjemahan di atas, telah dijelaskan bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini, semua takkan pernah luput dari pantauan Allah, Tuhan yang Maha Esa. Dengan adanya bahasa, maka manusia mempunyai pegangan yang mengajarkan manusia agar mampu mengekang hawa nafsu dan tidak mengikutinya seperti kuda tanpa kendali. (Suriasumantri, 2007: 177)

Dari segi sosial, bahasa itu merupakan alat komunikasi di masyarakat. Bahasa bukan hanya sebagai alat interaksi sosial, melainkan juga memiliki fungsi dalam berbagai bidang lain. (Hendrikus, 1991: 31)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka bahasa itu merupakan alat untuk berinteraksi antarsesama, alat untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran kepada orang lain. Oleh karena itu, bahasa tersebut akan menggambarkan bagaimana kepribadian orang tersebut. Sebagaimana pepatah mengatakan, “Mulutmu, Harimaumu.”

Kemampuan berbahasa yang baik, sudah pasti membangun sebuah integritas yang baik pula dalam kepribadian orang tersebut. Merujuk pada contoh lain yang sangat berhubungan dengan sebuah integritas adalah kejujuran.

Seorang anak yang rela berbohong kepada orang tuanya demi memenuhi kesenangannya sendiri, seperti berkumpul bersama teman-temannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Berkata akan pergi belajar kelompok ke rumah teman, ternyata nongkrong bersama pacar di tepi pantai atau di tempat yang sunyi. Meminta uang kepada orang tua guna membeli kebutuhan sekolah, tidak taunya digunakan untuk membeli kuota internet demi kepuasan bermain game online. Lebih parahnya lagi, banyak di antara mereka yang kecanduan dengan hal-hal yang sangat tidak baik dan memberikan dampak negatif terhadap kehidupannya nanti.

 Setiap orang mengakui, bahwa sangat penting memiliki ilmu dalam kehidupan ini. Zaman semakin maju, persaingan pun semakin ketat dan terkadang menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Persoalan hidup pun semakin sulit, tanpa bekal ilmu yang memadai, maka akan semakin kesulitan bagi seseorang itu untuk menghadapi ujian di masa depan.

 Dalam ilmu, manusia dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, sebagai berikut. (Ibrahim dan Harsono, 2018: 28)

1. Orang yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu

2. Orang yang tahu, tetapi tidak tahu dirinya tahu

3. Orang yang tidak tahu, tetapi tahu bahwa dirinya tidak tahu

4. Orang yang tidak tahu, tetapi tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.

Penjelasan dari rincian di atas adalah pertama, bahwa ada mereka yang berilmu dan dapat memanfaatkan ilmunya secara baik untuk kepentingan agama dan kemanusiaan. Kedua, mereka yang tergolong berilmu, namun tidak mampu memanfaatkan ilmunya dengan baik. Ketiga, mereka yang tidak pandai, tetapi menyadari kekurangan dirinya. Kemudian, keempa yaitu mereka yang tidak pandai, namun tidak menyadari kekurangannya.

Bukankah untuk membangun sebuah integritas sangat diperlukan ilmu pengetahuan dan ilmu agama? Sebaiknya juga diperlukan penjelasan tentang manfaat menuntut ilmu bagi diri sendiri dan bagi orang lain. (Ibrahim dan Harsono, 2018: 31)

1. Bagi diri sendiri

a. Memperoleh kepuasan batik karena mampu mengatasi persoalan yang dihadapi.

b. Dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik.

c. Dapat melaksanakan ajaran agama secara benar.

d. Dapat menambah keimanan kepada Allah karena mampu memahami kebesaran Allah swt.

e. Memperoleh pahala di sisi Allah karena menaati kewajibannya menuntut ilmu.

f. Terangkat derajatnya.

2. Bagi Orang Lain

a. Memberi jalan terang dalam memberikan petunjuk.

b. Tempat orang bertanya dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

c. Dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalannya.

Begitu banyak manfaat yang bisa diberikan oleh orang yang berilmu kepada dirinya sendiri, bahkan untuk orang lain. Berikut ini juga akan diuraikan secara singkat tentang bagaimana cara orang berilmu berperilaku, di antaranya: (Ibrahim dan Harsono, 2018: 32).

1. Memiliki semnangat untuk menguasai ilmu tentang hal-hal yang belum diketahui;

2. Rajin mendatangi pengajian untuk memperoleh ilmu keagamaan;

3. Rajin mendatangi mejelis-majelis ilmu untuk memperoleh tambahan ilmu;

4. Cukup ringan mengeluarkan biaya demi tercapainya suatu ilmu;

5. Gemar bergaul dengan orang-orang yang berilmu untuk mendapatkan tambahan ilmunya.

Seseorang yang berintegritas, sangat erat kaitannya dengan akhlakul karimah, yaitu segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik dan sesuai dengan ajaran islam. Satu di antara beberapa akhlakul karimah, yaitu jujur. Jujur berarti lurus hati dan tidak curang. Islam mencintai kejujuran dan membenci kecurangan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat dibuktikan bahwa kecurangan pasti akan menimbulkan dampak negatif, berupa kekecewaan hati dari berbagai pihak yang dirugikan. Jujur juga akan memberikan manfaat bagi siapa pun yang menerapkannya, yaitu: (Ibrahim dan Harsono, 2018: 106).

1. Menimbulkan perasaan puas bagi orang yang diperlakukan. Perasaan puas tersebut tercermin dari wajahnya yang berseri-seri.

2. Terwujudnya kehidupan yang tentram karena baiknya pergaulan. Ketentraman dan ketenangan hidup adalah nikmat yang mahal harganya dan merupakan surga dunia.

III. PENUTUP

Dari penjelasan di atas tentang peran ilmu pengetahuan dan ilmu agama dalam membangun sebuah integritas, dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi seseorang untuk memiliki sikap yang baik dan sesuai dengan ajaran agama.

Ilmu pengetahuan tanpa ilmu agama takkan berarti apa-apa. Keduanya harus saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan dalam mewujudkan manusia yang berintegritas. Integritas tidak hanya dituntut untuk bersikap jujur, tapi lebih daripada itu. Integritas mencakup semua karakter yang terdapat diri manusia itu. Karakter yang kuat yang mampu mencerminkan kepribadian manusia tersebut.

Oleh karena itu, marilah kita sama-sama menciptakan diri yang berintegritas dengan cara menuntut ilmu pengetahuan dan dipayungi oleh ilmu agama yang memadai. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu integritas yang sebenarnya akan tercipta untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang damai dan tentram, sehingga mampu mampu menghadapi persaingan dunia dengan cara yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hendrikus, P. Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta: Karnisius.

H.S, Nasrul. 2010. Pendidikan Agama Islam Bernuansa Soft Skills untuk Perguruan Tinggi Umum. Padang: UNP Press.

Ibrahim, T. dan H. Darsono. 2018. Membangun Akidah dan Akhlak untuk Kelas IX Madrasah Tsanawiyah. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Mudyahardjo, Redja, dkk. 1997. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suriasumantri, Jujun. S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post