Awalnya dulu agak janggal memaknai kalimat tsb. Bukankah kita dianugerhlaan akal fikiran yg membuat kita lebih mulia dari mahluk lainnya. Dan nafsu yg membuat kita juga tergerak untuk memenuhi apa yg ada dipikiran.

Ingin ini dan itu boleh2 saja. Syaratnya kita mampu meraihnya dengan kemampuan, intelegensia bahkan orang2 yg support akan hal itu.

Yang kita lupa kemudian adalah manajement resiko. Kita kadang sering mengesampingkannya karena nafsu yg begitu besar memenuhi isi kepala kita. Kita juga lupa, nggak selamanya kita berada diatas. Bisa sewaktu2 terjun bebas ke bawah. Bahkan mungkin butuh lama untuk bangkit membenahi diri kita sendiri.

Mereneungi dan memperbaiki hal itu pun tidak bisa dengan serta merta. Kita butuh niat yg kuat, tekad baja dan kecerdikan untuk menjaga semua fikiran positif tetap terjaga.

Karena kita tidak hidup sendiri, ada orang2 di sekitar kita yang peduli. Ada mereka2 yg wajib menjadi tanggungjawab kita. Baik secara lahir bathin, atau finansial belaka.

Keinginan memang sumber penderitaan, jika kita tidak bisa nengendalikan nafsu dalam diri kita sendiri.

(Semoga sy bisa memperbaiki langkah kemaren, meskin terlihat sulit. Tapi tidak ada yg tidak mungkin ketika kita mau berusaha, berdoa dan berserah diri. Amin)