Setelah menunggu situasi, akhirnya bisa pulang ke Kampung menemui anak2 dan Istri tercinta. Semua diawali dari komitmen yang di langgar oleh keluarga dari aparat desa. Bisa masuk meski dengan sembunyi2 menemui keluarganya. Dan pada akhirnya menjadi perdebatan panjang.

Berdasarkan dari info tersebut sy nekad pulang kampung meski berkerja di daerah zona merah. Ya meski pada awalnya sempat ragu. Tapi setelah mengechek kesehatan juga riwayat empat belas hari ke belakang memang tidak ada apa2 dan sehat wal afiat. Makanya berani untuk menemui keluarga di Kampung.

Dan tentu saja protokol kesehatan tetap dijalankan seperti biasa, apalagi selama pandemi kantor tetap buka meski nggak selalu harus kerja di kantor. Yang bikin tenang karena, kami selalu menjaga dari hal2 yang berisiko untuk membatasi keluar rumah kecuali sangat penting.

Ketika samapi di depan rumah, si Adek keluar dengan muka yang datar...

"Ayah jangan salaman dulu, buka senua baju langsung dicuci terus itu Ayah harus mandi", katanya dengan suara lantang

"Iya Dek, siap", kataku nggak bisa membatahnya walau usianya baru 5 tahun

Tiba-tiba Kakanya berlari sambil teriak...

"Aaayyaaaaahhh....", dengan semangatnya ingin memelukku

"Kakak, dengar kata aku...Ayah harus mandi dulu. Baru boleh peluk ayah, salaman dan ke dalam rumah",kata si Adek nggak kalah kerasnya

Kakaknya pun langsung berhenti dan terdiam, lalu balik ke dalam rumah seolah kesal dengan adeknya.

Kemudian aku mandi, ganti baju dan menyemprot semua barang yg dibawa. Baru bisa dan diperbolehkan masuk oleh Adek yang berjaga di depan pintu.

"Makasih ya Dek, sudah ingatkan ayah", kataku sambil memeluk kedua anakku