Ketergantungan terhadap sesuatu hal itu memang meresahkan, karena tak ada kemampuan sedikitpun diri ini untuk menolak apabila berhadapan dengannya. Termasuk juga program komputer. Sebuah program dengan gambar jendela ini memang menyita semua aset yang kita miliki. Mau tak mau harus mau, jika pembuatnya menginginkan kita melakukan sesuatu hal.

Kepopuleranya mengalahkan semua saingannya. Bermerek Windows™, dengan beragam versi, yang dijual kepada masyarakat dengan harga sangat mahal. Untuk 1 perangkat pula. Istilah certificate wajib dipunyai oleh software yang berjalan diatasnya. Jika menolak, akan ditakuti – takuti dengan istilah “bahaya’, “tak stabil’, dan “rentan”. Diantaranya windows – windows itu, Windows 10 adalah windows yang sangat memaksa. Penggunanya diharuskan untuk selalu update atas segala kegagalan yang dihasilkannya, bahkan untuknya muncul istilah ‘beta forever’. Karena selalu melakukan perbaikan – perbaikan dalam jumlah besar, sebagaimana dilakukan oleh sebuah program yang masih dalam tes beta sebelum diluncukan ke pasar.

Pemakaian windows dalam kontestasi Ujian Nasional berbasis Komputer juga begitu dominan sehingga Kemendikbud selalu mendasarkan kebijakan program komputerisasi pendidikan kepadanya. Dengan jumlah yang mencapai lebih dari 500 juta komputer di seluruh dunia, Windows nyaris tak terbendung. Harga yang tinggi memang membuatnya mampu menghasilkan program yang tampil menawan bahkan untuk orang awam komputer sekalipun. Program bajakanya sangat mudah ditemukan. Cukup dengan mengunduh 3 – 5 gb, software seharga 2 jutaan ini akan dapat dimiliki. Jika bukan untuk kepentingan yang memerlukan keamanan tinggi, program curian ini sudah sebaik aslinya, bahkan komputer bantuan dari pemerintah pun sering sudah dibundle dengan program windows versi orisinal. Bisa dibayangkan berapa harga tambahannya. Padahal jika mau, uang untuk beli program ini dapat digunakan untuk menambah komputer lebih banyak lagi. Sehingga tidak ada lagi sekolah yang menumpang di sekolah lain untuk mengadaan UNBK.

Untuk memberikan sedikit gambaran agar tidak terlalu tergantung kepadanya dapat dilihat dari dari sisi ekonomis, sosial dan religius berikut.

Penggunaan software asli jelas akan memberikan dampak besar dalam pertumbuhan ekonomi kreatif maupun sektor pajak. Setiap penciptaan dapat dihargai dengan harga yang wajar. Maka siapapun dia seorang sebagai seorang pencipta, akan meningkatkan rasa untuk terus berusaha dan berkarya. Tapi tidak bagi pengguna, dimana kewajaran harga mungkin tak akan pernah didapat. Jika itu yang terjadi seharusnya mampu mencari alternatif dari program – program tesebut. Untuk Windows, dapat kita gunakan Linux mint sebagai alternatip. Cukup bayar Rp. 50.000 untuk beli paket internet lalu tinggal download programnya, atau bisa juga untuk membelikan camilan buat teman agar bisa instalkan :) ke komputer kita. Sah.. program halalpun didapat. Sebuah paket distro Linux yang mampu memenuhi kebutuhan harian kita. Jika memang kebutuhan itu spesifik, maka ada jenis distro lain untuk itu Apapun alasannya, membajak itu adalah mencuri !!! Agama manapun tak menghalalkan pencurian. Bahkan telah pula telah dilegitimasi oleh Fatwa MUI 1/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI). Jika program itu untuk mendukung bekerja, tegakah kita memberikan makan dari pencurian itu? Jika untuk sekolah, apakah berhasil pendidikannya?

Apa rela?