GAMELAN MENGALUN SAMPAI JAUH ....
Setiap Rabu dan Sabtu guru-guru berlatih karawitan. Tugas para pengrawit sudah disesuaikan dengan keahlian masing-masing. Guru-guru ini bukan lulusan akademi karawitan. Mereka yang sudah pinter-pinter dipasang di instrumen gamelan yang sulit. Guru A di Bonang Penerus, guru B di Kendang, guru C di Peking, guru D di Kempul, guru E di Gong, guru F di Kenong, guru G di Kethuk, guru H di Slenthem, guru I di Demung, guru J di Saron, dan guru K di Gambang. Guru yang suaranya bagus di Wiraswara dan Gerong. Jumlah semuanya ada 22 orang. Plus seorang pendengar terbaik, ialah aku sendiri.Gak apa-apa. Harap maklum. Untuk pemula sekali sepertiku, pertama harus menjadi pendengar yang baik, kedua untuk tidak bosan-bosannya berlatih. Pasti bisa. Terus semangat. Musik itu perasaan. Nanti kalau sudah peka, akan menjadi feeling. Anggota tubuh sudah bergerak tanpa berpikir lagi. Tinggal menikmati saja. Asyik sekali. Seorang pecandu musik, akan fly saat orkestra sedang berlangsung. Seperti itu barangkali yang dirasakan oleh Jalaluddin Rumi. Semua bergerak dalam denting suara. Whirling Dance membawa pelakunya dalam alam penuh kenikmatan. Seperti juga musik Kitaro. Besetan biola yang mendayu-dayu. Hentakkan piano Sang Maestro. Semua mengalir. Mungkin lebih nikmat dari apapun yang paling nikmat. Mungkin itu dapat dianalogikan dengan orkestra gamelan ini. Ada lagu Eling-eling. ji-nem, ji-mo, ji-mo, ji-nem. Rasanya enak di kuping, meresap di hari. Berikutnya ada lagu Kebo Giro, nem-mo, lu-ro, lu-ro, nem-mo, dan seterusnya. Ada lagu Waru Dhoyong, ji-ro ji-ro nem-mo lu-mo dan seterusnya. Ada lagu lainnya, ji-nem lu-ro mo-lu ro-ji, dan seterusnya. Setiap latihan ada not-not yang dipajang di dinding. Sayup-sayup yang terakhir itu lagi Ricik-ricik. Para pengrawit senior, saya ingatkan, nih: jangan tersenyum-senyum sendiri!! Ada sumbang-sumbangnya dikit. Harap maklum.Seperangkat gamelan ini milik pribadi. Era sekarang dirasa aneh masih ada orang yang mau mendedikasikan diri membeli seperangkat gamelan pribadi. Itu sesuatu banget. Guru SD yang berani menyisihkan gajinya untuk membeli seperangkat gamelan. Rata-rata bapak dan ibu guru lebih pas mengambil mobil baru, rumah baru, haji baru, atau ... (titik-titik) yang baru. Itu tadi, kalau sudah panggilan jiwa, apa boleh buat. Semua dilakukan. Di saat dunia sudah dilanda hedonisme dan materialisme biarlah ia menyentuh jiwa dengan sesuatu yang immateri. Orang boleh berkata, makan tuh gamelan! Memang perut kenyang dengan jadi pengrawit setiap hari? Ha ha ha, tidak mengapa orang berkata apa. Seni juga membutuhkan pengorbanan. Jalan terus! Gamelan masih dikenali oleh diri kita, anak-anak kita. Gong seperti apa bentuknya. Anak-anak mampu mengidentifikasi bentuk gong. Semboyan memelihara budaya yang bernilai luhur mungkin menjadi tanggungjawab bersama. Masyarakat dan pemerintah mengambil bagian dalam hal ini. Misal dengan membagi-bagian seperangkat gamelan ke sekolah-sekolah. Anak-anak diajak menikmati harmoni melalui gamelan. Anak-anak mahir menabuh gamelan, dan lihai menggebuk drum. Menabuh dan menggebuk kedua alat itu sama-sama keren. Suara gamelan yang sedikit tidak sumbang sayup-sayup terbawa angin lembah. Orang-orang dusun menyimak sebentar. Dikatakan sebuah harmoni, jawabannya terlalu samar. Merekapun mengangguk-angguk, dan berkata,”Gending guru melahirkan genre baru.”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya suka dengan musik gamelan
trmksh
Gaya bertutur yang mengalun, nasehat yang sayup-sayup...adem...
Senang melihat masih ada orang yang mau melestarikan budaya kita. Saya jg seneng lhat anak2 pd latihan saat menunggui anak latihan kempo dimahesa jenar.kyknya pengin ikut nabuh juga
Menurut saya alangkah beruntung nya orang yang bisa menjadi bagian dari pelestarian yang budaya bangsa. Seperti pak yudi ini. Luar biasa
trmksh
Komen panjenengan begitu berharga, butuh orang2 istimewa seperti anda!
Membangkitkan budaya yang sudah dianggap kuno ketinggalan jaman. Mantap Pak.
makasih komennya
makasih komennya
Semoga titik -titik yang baru adalah menulis buku baru Pak..
mohon doanya, doa orang baik akan menghipnotis saya
Semoga titik -titik yang baru adalah menulis buku baru Pak..
alhamdulillah akgirnya bisa masuk lagi ke gurusians.Musik gamelan nan indah, anggun, syahdu, memberikan kesan damai, alami, seakan menyatuuu gitu dg alam! saya penikmat dan jg vokal dan sesekali nabuh juga.
Ditengah-tengah kesibukan munculah sosok pelestari budaya. Smg melalui media ini menjadikan penggerak mencintai budaya adiluhung tetap menggema di era globalisasi. Selamat berkarya buat pak Yudi....
Ditengah-tengah kesibukan munculah sosok pelestari budaya. Smg melalui media ini menjadikan penggerak mencintai budaya adiluhung tetap menggema di era globalisasi. Selamat berkarya buat pak Yudi....
Ditengah-tengah kesibukan munculah sosok pelestari budaya. Smg melalui media ini menjadikan penggerak mencintai budaya adiluhung tetap menggema di era globalisasi. Selamat berkarya buat pak Yudi....
Ditengah-tengah kesibukan munculah sosok pelestari budaya. Smg melalui media ini menjadikan penggerak mencintai budaya adiluhung tetap menggema di era globalisasi. Selamat berkarya buat pak Yudi....
Ditengah-tengah kesibukan munculah sosok pelestari budaya. Smg melalui media ini menjadikan penggerak mencintai budaya adiluhung tetap menggema di era globalisasi. Selamat berkarya buat pak Yudi....
Ditengah-tengah kesibukan munculah sosok pelestari budaya. Smg melalui media ini menjadikan penggerak mencintai budaya adiluhung tetap menggema di era globalisasi. Selamat berkarya buat pak Yudi....