6 CARA MENGATASI PERILAKU OFENSIF SISWA
Dani datang terlambat, itu sudah menjadi kebiasaannya. Ketika ia masuk kelas, Yudha sedang berbicara dengan temannya sambil tertawa. Dani melihat adegan itu. Ia sakit hati dan langsung melayangkan tinju ke wajah Yudha. Perkelahian tidak dapat dihindari. Yudha yang dipukul secara tiba-tiba merasa sangat marah karena ia tidak punya masalah apa pun dengan Dani.
Semua guru pernah mengalami kejadian diatas. Mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) sampai ke Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan yang sudah jadi mahasiswa pun masih berperilaku seperti di atas. Menjadikan jalan kekerasan untuk menyelesaikan masalah atau untuk bertahan . Perilaku seperti itulah yang disebut dengan ofensif.
Menurut KBBI (2008) pengertian ofensif adalah serangan. Artinya ada sesuatu kekuatan dan alasan untuk melakukan serangan tersebut kepada pihak lain. Perilaku ofensif merupakan perilaku yang lahir dari pemikiran dan prinsip hanya kekerasan atau kekuatan yang bisa menegakaan kebenaran. Kebenaran yang ia maksud juga kebenaran menurut dirinya sendiri. Di samping itu orang dengan perilaku ofensif menganggap bahwa permasalahan akan terselesaikan dengan satu cara saja, yaitu kekerasan, Khalifah(2009).
Jika anak seperti ini ada dijumpai di dalam kelas, siswa yang lain akan merasa terancam. Bahkan guru pun merasa tidak aman, karena anak dengan perilaku ini biasanya nekat melakukan tindakan tanpa berpikir apa akibatnya.
Ada 6 cara unruk menghadapi siswa dengan perilaku ofensif ini, yaitu:
1. Beri tahu bahwa perilaku ofensif adalah sikap yang tercela.
Saat pertemuan pertama dengan siswa, guru telah menjelaskan bahwa sikap ofensif adalah tercela.Misal pada awal tahun ajaran , guru telah wanti-wanti agar jangan sampai melakaukan tindakan kekerasan. Guru juga memberi penjelasan akibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut, baik kepada orang lain juga keapada diri sendiri. Di samping itu ditekankan bahwa pembelajaran menekankan tiga aspek, salah satunya adalah sikap. Siswa akan paham bahwa sikap termasuk bentuk penilaian di dalam rapornya.
2. Memberi kan jaminan keamanan bagi siswa sehingga merasa tenang
Ketika terjadi perilaku tersebut di kelas, guru segera menindak perbuatan tersebut sehingga siswa yang lain merasa bahwa ia terlindungi oleh gurunya. Mereka tidak merasa was-was diganggu oleh temannya karena ada guru yang akan memberikan pembelaan terhadap mereka.
3. Perlakukan murid dengan santai, tapi tegas
Ketika guru menghadapi perilaku ofensif ini, sikap guru adalah tenang dalam menghadapinya. Berikan kesempatan anak untuk mengungkapkan segala yang ia rasakan, jangan memotong pembicaraan. Dalam memilih kalimat usahakan yang tidak memojokannya, tapi kalimat yang mampu memberikan kesadaran bahwa ia salah.
Sebagai contoh kasus Dani di awal, maka guru memprosesnya segera. Biarkan Dani berkata bahwa Yudha menertawakannya, dengarkan sampai ia tuntas dalam mengeluarkan uneg –uneg dan sakit hatinya. Guru bisa berucap,”Nak, Ibu tahu kamu sakit hati karena Yudha tertawa saat kamu masuk kelas. Nah, bisakah kamu memastikan, jika ia meneertawakanmu. Bagaimana kalau hanya kebetulan saja ia sedang tertawa, kamu masuk. Coba kalau seandainya kamu yang menjadi Yudha, apakah tidak sakit hati tiba-tiba dipukul? Dani, setiap masalah, ada jalan keluarnya. Tidak mesti dengan kekerasan. Perilaku semacam itu adalah salah.
4. Asingkan siswa yang ofensif
Untuk melindungi siswa lainnya maka guru boleh mengasingkan siswa yang melakukan ofensif. Hal ini bertujuan memberikan peringatan keras kepada yang bersangkutan. Misalkan disuruh belajar selama satu jam pelajaran di perpustakaan sekolah. Jika masih melakukan tindakan kekerasan, lakukan pengasingan lebih lama. Namun jika ia sudah mulai berubah, pujilah siswa tersebut secara tulus.
5. Ketika anak sudah tenang, bicaralah dengan anak yang bernasalah tersebut secara terpisah
Guru berbicara dari hati ke hati. Katakan sebenarnya temannya tidak bermaksud menyakitinya, tapi hanya salah paham. Berbicara dengan suara yang lembut dan tunjukan Anda sangat peduli dan menyayangi mereka.
6. Ajari siswa menyelesaikan masalahnya
Mungkin saja anak yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan mencontoh orang terdekatnya. Misal orang tuanya dalam menangani masalah di rumah tangga sering dengan kekerasan baik fisik maupan psikis. Peran guru adalah menjelaskan bahwa ada cara lain yang lebih terhor mat dalam menguraimasalah dan menyelesaikannya, misal melalui komunikasi baik lisan atau pun tulisan.
Bagi siswa yang sudah beranjak remaja maka suruh mereka menuliskan kekesalannya dan penyebab ia sakit hati. Lalu diskusikan bersama mereka tentang apa yang dituliskan. Katakan bahwa kemarahan tidak akan mampu meredam kebencian, tapi kesabaran dan lapang dada akan membuat keadaan lebih cerah.
Langkah di atas bisa menjadi masukan bagi guru yang sering menghadapi anak yang senang berperilaku mengedepankan kekerasan. Hanya beberapa solusi dari sekian banyak cara yang bisa dilakukan guru. Semoga bermanfaat
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih, berbagi itu bukan hanya indah, melainkan bertambah ilmu dan saudara.
Barokallahu ulasan yang keren bunda, terimakasih sudah berbagi ilmunya, sukses selalubsalam literasi