yuhana fetri

menjadi guru adalah panggilan jiwa. Menyampaikan ilmu dan mendidik adalah kewajiban setiap individu maka jalan yang paling mulus adalah berprofesi sebagai guru....

Selengkapnya
Navigasi Web
KESETIAAN IBU

KESETIAAN IBU

KESETIAAN IBU

Bagian ke-3

“Mana air putih hangat, lupa lagi? tanya suaminya dengan intonasi yang penuh sindiran. Laki-laki itu yakin tidak ada segelas pun air hangat yang tesedia di rumah ini.

“Maaf, Bang, aku lupa mengisi termos,” jawab Nimas, ia setengah berlari menuju dapur. Tangannya cekatan menyalakan kompor gas, bantuan pemerintah beberapa tahun lalu. Ia memanaskan air sedikit saja, hanya segelas, sebanyak yang diminta suaminya.

“Bang, ini airnya,” Nimas meletakkan gelas yang dari dalamnya masih tampak kepulan asap.

“Nimas, Dina mana?” mata suaminya menatap Nimas tajam. Ia mengabaikan segelas air yang beberapa saat yang lalu diminta kepada isterinya. Nimas menciut, ia sangat paham jika suaminya tidak akan memperbolehkan anaknya bertandang ke rumah siapa pun.

“Bang, tadi Ais ke sini, ia minta izin membawa Dina untuk menginap di tempatnya. Aku jadi tidak enak untuk menolak. Ais anak yang baik, jadi aku memberi izin. Lagi pula mereka akan membuat tugas apa itu, kaya’ buat filem. Dina mana ada punya hp, apalagi yang bisa untuk membuat filem.” Nimas menjelaskan panjang lebar.

“Terserah, apa pun alasannya, mau tugas, mau apa, kan bisa siang dibikin. Mau jadi apa anak perempuanmu? Jadi wanita yang tidak benar? “ suami Nimas mengepalkan jemarinya. Ia meninju dinding dengan keras. Nimas menunduk lebih dalam, tangan kanannya mengelus dada, di sana, di organ paling penting dalam memompakan darah ada rasa nyeri dan debaran yang tidak beraturan.

Laki-laki itu menuju ke kamarnya. Kekesalannya membuat ia tidak menyentuh sedikit pun air yang disuguhkan Nimas. Padahal tadi isterinya sengaja merebus segelas air sesuai yang dimintanya. Laki-laki itu ingin beristiahat, betapa kealpaan yang dilakukan Nimas membiarkan anak perempuannya bertandang adalah sebuah kesalahan besar.

Alwi , suami Nimas itu memicingkan matanya, di tempat tidur beserakan kain yang sepertinya baru dikeluakan dari lemari.

“Nimasss!!” suaranya pekiknya seolah mampu membangunkan orang sekampung. “Ada apa nih, kenapa kain dibiarkan berserakan di tempat tidur? Kau lupa jika mataku tidak akan bisa dipejamkan di tempat yang berantakan seperti ini?” Alwi melemparkan kain-kain itu ke belakang pintu, ia tidak peduli jika kain bersih dan baru di keluarkan dari lemari.

Nimas baru tersadar, tadi Doni, anaknya yang berusia kurang tiga tahun meminta dicarikan baju bergambar pesawat, baju kesayangannya. Nimas hanya menunjukkan letak baju itu. Doni mengeluarkan semua kain yang terjangkau oleh tangannya. Nimas beranjak, ia menegakkan setrika yang sedang dipakainya untuk menggosok baju yang baru selesai dijahitnya.

“Maaf Bang, tadi Doni mencari baju, ia mengeluarkan kain yang ada di lemari,” Nimas besegera merapikan kain yang berserakan. Sementara tangannya lincah melipat kain, hidungnya mencium sesuatu dari ruang tengah. Nimas terperanjat, ia berlari ke ruang tengah, tempat ia menyetika.

“Astagfirullah!” suara Nimas lemah, dadanya terasa berat dan sesak, air matanya berhamburan dari netranya yang mulai mengabur. Di papan setrika, ia mendapati baju Bu Geni, hangus kena setrika yang tadi ditegakkannya. Ia lupa mematikan benda pelicin itu, mungkin angin atau tegaknya yang tidak tepat, seterika itu jatuh menimpa kain yang dari tadi dijaganya betul. Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren...next Pet

26 Feb
Balas

yop Un, Insya Allah

26 Feb

Oh Nimas, bertahanlah sampai Kau tahu bahwa pengorbanan itu adalah berat

25 Feb
Balas



search

New Post